"Fadil gak masuk Zam?" Tanya Al yang baru saja tiba. Ia melepas jaket yang ia kenakan kemudian menaruhnya diatas motornya.
Azam menggeleng "Kenamarah maminya tuh" ujarnya dengan nada bercanda.
"Malam ini jadi kan?"
"Iya jadi. Lo tenang aja"
"Lo gak ada persiapan apa-apa Al?"
Al menggeleng "Santai aja kali. Lagian ini demi harga diri temen kita. Palingan gue bakal ke bengkel dulu pulang sekolah nanti" ujarnya menepuk bahu Azam yang sedikit tak yakin.
"Pagi" kejut Manda yang tiba-tiba datang dengan suara nyaringnya.
"Eh, kamu. Pagi jugaaaa" sahut Azam yang terkejut akan kehadiran Manda yang datang secara tiba-tiba.
"Kalian ngomongin apa? Kaya serius banget" tanya Manda kepo. Dari tadi saat melangkah kesini ia dapat melihat raut wajah serius antara Aldebara dan Azam pacarnya.
"Biasa, soal balapan" jawab Azam santai.
"Kamu mau balapan?"
Azam menggeleng. Ia merangkul Manda agar lebih dekat dengannya "Enggak. Bukan aku. Tapi Al"
Manda hanya mengangguk. Ia sedikit lega karena bukan Azam yang akan balapan. Jujur Manda sedikit tak suka dengan kebiasaan mereka. Amanda sering ikut Azam ke area balap mereka. Melihatnya saja sudah merinding karena itu benar-benar mempertaruhkan nyawa. Namun Manda juga tidak bisa melarang Azam karena ia tak mau di pikir egois karena Azam juga punya hak untuk hidupnya. Paling Amanda hanya menasihati Azam agar tidak terlalu sering ikutan.
"Lo jangan bilang-bilang Chika tentang hal ini" ujar Aldebara tiba-tiba bersuara. Ia duduk bersandar di motornya dengan menenteng tas di sebelah kanan.
"Kenapa"
"Biar gue aja yang ngasih tau kalo udah tepat waktunya" ujar Aldebara datar. Amanda hanya mengangguk tak mau ambil pusing. Lagian ini urusan Aldebara dan Chika sebagai sepasang kekasih, ia tidak berhak untuk ikut lebih dalam lagi.
"Itu Chika. CHIKA SINI!!!!!" Teriak Amanda memanggil Chika di depan gerbang. Ia baru saja turun dari angkot. Awalnya Chika menyerengit aneh, namun akhirnya ia mendekat.
"Naik angkot?" Tanya Aldebara menatap Chika yang baru saja berdiri di hadapan mereka.
Chika mengangguk. Ia memang tak mau lagi menyusahkan Baron. Lagian naik angkot tidak terlalu buruk.
"Kenapa gak minta jemput?" Tanya Al lagi. Pandangannya tak lepas dari Chika.
"H-Hah? Jemput?" Tanya Chika terkejut.
"Ekhem. Yang baru pacaran mah beda yah. Masih panas-panasnya. Mending kita masuk yuk Zam" ujar Manda dengan senyum mengejek lalu menatap Azam.
Azam yang mengerti pun mengangguk "Yaudah kita deluan ya. Selamat pacaran" ujar Azam ikut-ikutan sambil menyenggol tubuh Al sebelum melenggang pergi bersama Manda.
"Besok biar aku yang jemput"
"Ih gak usah. Gue bisa berangkat sendiri. Udah kaya tukang ojek aja" kekeh Chika.
"Aku itu pacar kamu. Dan aku gak mau liat pacar aku kesusahan. Emang kamu gak risih naik angkot?"
Chika menggeleng polos "Enggak. Gue udah mulai terbiasa kok. Ya emang awalnya kaya risih banget sampe mual. Tapi lama-lam keya biasa aja tuh"
"Yaudah mulai besok aku jemput" ujar Al dengan nada memerintah dan seperti tak membutuhkan jawaban lagi. Ia mengambil tangan kanan Chika lalu menggenggamnya. Mereka berjalan santai menuju ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHIKAL [COMPLETED]
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!] [PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] Mengapa saat dewasa kita menggunakan pulpen sebagai pengganti pensil? Karena agar kita mengerti, betapa sulitnya menghapus sebuah kesalahan. Walau telah berhasil di hapus, tetap saja akan m...