Keadaan kantin tengah ramai sekarang. Banyak siswa yang berkeliaran hanya sekedar untuk mengisi cacing-cacing yang ada di perut mereka. Tak terkecuali Chika, ia tengah menyantap sepiring siomay kesukaannya. Pandangannya menatap lurus ke arah Aldebara yang tengah menyeruput ice kopi yang ia pesan. Entah kenapa tatapan Chika begitu dalam tak seperti biasanya. Seolah matanya berbicara lewat tatapan itu.
"Chika!! Woi bengong aja" senggol Manda dengan lengannya hingga membuat Chika tersedak.
"Uhuuuk-uhuuukk"
Dengan sigap Aldebara menyodorkan minum ke Chika. Ia menepuk pundak Chika dengan pelan sembari mengelusnya.
"Gapapa?" Tanya Al jongkok, memastikan Chika baik-baik saja.
Chika menggeleng lalu tersenyum "Gapapa, makasih yah" ujar Chika. Ia mengelus dadanya pelan berusaha menelan siomay yang tadi membuatnya tersedak.
"Duh, Chik Maaf-maaf gue gak sengaja. Lo gakpapa kan?" Tanya Manda khawatir lalu mengelus pundak Chika.
"Apaansih gitu doang. Santai aja" ujar Chika santai.
"Aduuuuhhh perhatian banget deh si bapak negara, jadi iri nih Calon bini" ejek Fadil saat Al sudah kembali lagi ke tempat duduknya.
"Biasa Dil, cinta pertama" ikut Azam sambil mengunyah kentang goreng di tangannya. Akhir-akhir ini ia juga sudah kembali ramah dan baik kepada Chika. Tidak terlalu sinis seperti kemarin-kemarin.
"Gimana sih rasain cinta pertama?" Tanya Fadil cengo. Seplayboy-Playboy nya dia, dirinya belum pernah menjalin hubungan pacaran. Entahlah, katanya belum ada yang cocok.
"Rasanya tuh, indahhh kaya cinta monyet" jawab Azam asal sembari menarik tangannya seolah membentuk pelangi.
"Cinta monyet, elo kali monyetnya"
"Gak lah gue Cintanya"
"Beratinya monyetnya aku gitu?" Tanya Manda berdecak pinggang dengan mata membulat.
Azam segera merangkul Manda "Ya enggak sayang, mana ada sih monyet cantik. Gemes lagi" ujar Azam sembari mencubit pipi Manda keras.
"Teruussss, terussss aja. Dunia punya kalian berdua deh. Yang lain monyet" ujar Fadil menatap geli ke arah Azam.
"Lo aja kali monyet. Gue mah ogah" sahut Aldebara dengan santai. Tangannya masih setia memegang cup es nya lalu menuangkannya ke mulut agar bisa mengulum es batunya. Dari dulu Al memang suka mengulum es batu entah kenapa namun ia sangat menyukainya.
Chika terkekeh mendengarnya. Ia tak pernah menyangka akan mengenal mereka. Dia benar-benar senang, tak ada kemunafikan antara mereka. Setia kawan pun sangat terlihat. Tak seperti temannya lama dulu yang berteman hanya sebatas uang. Apalagi mengenal Aldebara, sungguh itu adalah anugerah terindah dari Tuhan yang ia dapatkan. Saat Chika menatap ke arah Aldebara, cowok itu juga menatapnya hingga tatapan mereka bertemu satu sama lain lalu tersenyum.
Dunia memang selalu punya cara untuk mengambil apa yang kita punya. Namun Tuhan punya Seribu cara untuk menggantikan yang hilang dengan sesuatu yang lebih indah tanpa kita duga dan ada sedikit pelajaran hidupnya.
*****
Chika duduk santai di pinggir lapangan basket. Ia tengah memperhatikan Aldebara yang tengah memantul-mantulkan bolanya ke lapangan menghabiskan sore hari.
Saat terlintas sesuatu di pikiran Chika, ia mengeluarkan sebuah buku kecil bergambar kartun sofia the first dengan Cover wana ungu.
Selama ini kita hanya bisa menatap keindahan langit dari bawah. Namun kita tak akan pernah tahu kapan kita akan berada di langit dan menatap bumi dari atas sana. Tapi sebelum itu terjadi, ada hal yang pengen banget aku lihat....
KAMU SEDANG MEMBACA
CHIKAL [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!] [PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] Mengapa saat dewasa kita menggunakan pulpen sebagai pengganti pensil? Karena agar kita mengerti, betapa sulitnya menghapus sebuah kesalahan. Walau telah berhasil di hapus, tetap saja akan m...