Chika berjalan masuk ke dalam gerbang sekolahnya dengan lesu. Dari tadi ia menghubungi Aldebara untuk memastikan apakah menjemputnya atau tidak namun Al tak kunjung mengangkat telpon darinya. Saat hendak melewati parkiran, Chika dapat melihat Al tengah duduk santai bersama teman-temannya, Bahkan mereka bercanda ria lalu tertawa bersama. Chika tak mengerti mengapa Al bersikap seperti itu, apa mungkin Al masih marah soal semalam.
"Chikaaaaaa" peluk Manda dari belakang. Chika sempat terkejut dan hampir tumbang karena tidak siap.
"Ihhh kok di tekuk sih mukanya. Kenapa? Ada apa lagi sih?"
"Gakpapa"
"Eh iya. Lo gapapa kan semalem? Semua orang heran tau kenapa Al tiba-tiba jadi gak ikut balapannya. Al juga pas di tanya kenapa, juga gak jawab. Emang kenapa sih?"
"Semua orang nyalahin gue yah?"
"Em- iya sih. Tapi gak semua cuma beberapa"
"Kayanya Azam benci banget sama gue"
Manda menggaruk tengkuknya "Duh gimana yah Chik. Kayanya sih iya, tapi gue juga gak bisa belain lo. Tau kan cowok itu jalan pikirannya suka beda sama kita"
"Iyaa man gapapa"
"Tapi lo tenang aja, walau satu dunia musuhin elo. Cuman gue yang gak akan pernah ninggalin lo. Karena kita sahabat"
Chika tersenyum lebar kepada Amanda. Ia benar-benar beruntung bisa kenal dengan orang seperti Manda. Walau sering kali membuat dirinya kesal, namun Chika sangat menyayangi Manda.
"Gue beruntung bisa kenal makhluk bawel kaya elo" ujar Chika lalu memeluk Manda dengan erat. Dengan senang hati Manda menyambut pelukan Chika. Mereka berpelukan cukup lama lalu melepaskannya karena banyak pasang mata kini memperhatikan mereka.
"Yuk ke kelas" ajak Manda seraya merangkul Chika.
Chika menangguk "yuk" jawabnya. Ia sempat menoleh ke arah Al dan kebetulan Al juga menoleh ke arahnya, hingga terjadi kontak mata tetapi hanya beberapa detik karena Al langsung mengalihkan pandangannya kembali ke arah teman-temannya. Chika hanya tersenyum simpul, ia tak masalah Al marah kepadanya, yang penting ia bisa melindungi nyawa Aldebara.
*****
Olive menghempaskan kasar tubuh Chika ke dinding toilet sekolah, hingga membuat kepala Chika terbentur keras. Chika sempat memejamkan matanya, ia memegang kepalanya yang sekarang merasa sangat pusing.
"Lo bener-bener ya, ngaku lo. Pasti ini semua gara-gara lo, pasti lo kan yang bikin Haikal mutusin gue" ujar Olive seraya menjambak rambut Chika kuat.
"Gue gak tau Liv"
"Gak usah sok polos deh lo. Gue tau yah, Beberapa hari ini lo jadi makin deket sama Haikal. Pasti elo yang jadi orang ketiga dalam hubungan gue"
"Lepasin sakit Liv" ringis Chika.
"INI GAK SEBANDING SAMA APA YANG LO REBUT CHIKA!! HARUSNYA LO TUH MIKIR. LO PACARNYA ALDEBARA TAPI KENAPA LO MALAH DEKET-DEKET SAMA HAIKAL!!!"
Chika hanya memejamkan matanya. Ia ingin sekali melawan namun entah kenapa tenaganya menjadi melemah sekarang. Ia berusaha kuat menahan rasa sakit yang menjalar di seluruh kepalanya.
"OLIVEEE!!!" Teriak Manda dari pintu toilet. Ia baru saja datang lalu segara menjauhkan tangan Olive dari kepala Chika.
"LO TU APA-APAAN SIH?"
"HARUSNYA LO TANYA TEMEN LO ITU. MAKSUD DIA APA HAH? NGEREBUT HAIKAL DARI GUE????"
Manda tersenyum sinis "Heh!! Lo pikir ada gitu yang mau sama cowok modelan Haikal. Lo pikir Haikal keren? Harusnya lo mikir dong. Punya otak gak sih, jelas-jelas Chika itu pacarnya Aldebara"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHIKAL [COMPLETED]
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!] [PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] Mengapa saat dewasa kita menggunakan pulpen sebagai pengganti pensil? Karena agar kita mengerti, betapa sulitnya menghapus sebuah kesalahan. Walau telah berhasil di hapus, tetap saja akan m...