"Ini dia pak. Dia yang sudah melakukan tabrak lari sampai adik saya meninggal"
"Saudara Johan. Silahkan kamu ikut saya ke kentor polisi sekarang juga"
"Tapi saya salah apa pak?" Tanya Johan dengan raut wajah terkejut.
"Anda sudah terlibat dalam kasus tabrak lari. Berdasarkan bukti dan saksi yang ada anda terbukti sebagai pelakunya"
Johan menggeleng "Gak saya gak salah pak" ujarnya berusaha memberontak. Ia memundurkan langkahnya hendak kabur, namun sudah terlambat karena polisi sudah mengepungnya.
"Sialan lo Aldebara! Liat aja lo. Gue bales"
Aldebara tak menjawab, ia hanya menatap tajam ke arah Johan yang sekarang sudah dibawa oleh petugas kepolisian. Al masih sangat tidak terima atas meninggalnya Nano. Apalagi Johan tidak mau bertanggung jawab dan malah kabur begitu saja. Untung saja Al mengetahui markas Johan dan teman-temanya biasa berkumpul, jadi dia bisa dengan mudah menemukan cowok itu.
****
Berita jadiannya Sasa dan Aldebara menggegerkan di sekolah hari ini. Seantero sekolah sibuk membicarakan mereka karena tak menyangka, setelah sekian lama mengejar Aldebara akhirnya Sasa bisa mendapatkan cowok itu. Chika pun tak lepas dari pembicaraan mereka. Entah dari mana mereka semua tahu tentang Chika yang mengaku hanya memanfaatkan Aldebara saja. Sepanjang hari ini banyak pasang mata yang menatapnya sinis bahkan ada yang dengan sengaja membulinya.
Dari tadi Chika hanya mengaduk-aduk mangkuk siomay yang ada di depannya tidak bernafsu makan. Pandangannya menatap ke arah meja Aldebara dan teman-temannya. Disana juga ada Sasa yang tengah tertawa. Biasanya yang duduk di sana adalah dirinya, namun sekarang Sasa yang berada di sana.
"Chik kok gak makan sih?" Tanya Manda.
Chika menggeleng, ia mendorong piring siomay nya "kenyang gue man"
"Kenyang-kenyang. Lo belum makan apa-apa dari pagi tadi"
Chika tak menjawab, ia hanya tersenyum simpul "Lo nyesel kan udah bikin Al benci sama lo"
"Enggak" jawab Chika sembari menggeleng.
"Udahlah Chik, keliatan dari mata lo. Oh iya, lo baca berita gak tadi di sosmed"
"Enggak, emang ada apa?"
"Itu si Johan. Dia di tangkep sama polisi. Katanya yang nabrak Nano itu dia"
"Hah? Lo serius"
"Emang muka gue lagi bercanda?"
"Kasihan Olive" guman Chika pelan. Amanda ikut mengangguk setuju.
Byurrrrr
Tiba-tiba saja, Mauren mengguyur Chika dengan jus jeruk yang ia pegang hingga membuat Chika gelabakan langsung berdiri.
"Aduhhh, udah miskin. Banyak tingkah lagi, sok-sokan polos padahal mah munafik. Bisa-bisanya lo manfaatin Aldebara demi kepentingan pribadi lo itu"
"LO APA-APAANSIH!!!!"
"Diem yah Lo!! Ngapain juga lo temenan sama orang kek dia? Dia itu muka dua, sok polos di depan, sok baik padahal hatinya busuk"
"Eh lo kalo gak tau tentang Chika mending lo diem aja" peringat Manda menunjuk wajah Mauren.
Mauren melipat kedua tangannya di depan dada "Seluruh orang di sekolah ini juga udah tahu kali kalo dia ini cuma manfaatin Aldebara. BETUL GAK GUYS???"
"BETULLLL"
"Gak nyangka yah. Gue kira dia cewek baik-baik ternyata lebih busuk dari sampah"
"Iya gila gak tuh, sampe Aldebara aja dia berani manfaatin"
"Secara miskin, jadinya matre"
Chika menutup telinganya, ia tak dapat lagi mendengar hinaan tentang dirinya. Ia sempat menatap ke arah Aldebara berharap cowok itu akan membelanya. Namun harapan Chika musnah, Al tak melakukan apapun, bahkan ia seolah tak peduli. Ia malah cuek menatap layar ponselnya.
Dengan air mata berlinang, Chika segera berlari keluar dari kantin. Ia benar-benar malu sekarang, semua orang mungkin sangat membenci dirinya.
*****
Dengan penuh keberanian, Chika menghampiri Aldebara yang tengah memantul-mantulkan bola basket di tangannya ke lapangan. Al memang suka menghabiskan waktu istirahat hanya sekedar untuk bermain basket.
"Gue mau ngomong sama lo" ujar Chika menghadang Aldebara.
Al tak memperdulikan, ia menganggap seolah Chika tak ada. Namun Chika tak menyerah ia kembali menghadang Aldebara "Minggir!" Titah Al sinis.
"Gue cuma minta waktu lo bentar"
"Gue gak ada waktu buat lo"
"Gue mau ngebalikin ini" ujar Chika seraya mengulurkan paper bag ke arah Aldebara. "Ini hp gue sama Caca yang pernah lo kasih. Kayaknya gue udah gak pantes nyimpen ini"
"Kalo ngerasa gak pantes tinggal buang. Yang pasti gue gak mau pegang barang dari bekas tangan lo. Najis" ujar Al lalu kembali memainkan bola basketnya.
"Lo tuh sombong banget sih. Gue tau lo orang kaya, tapi setidaknya lo bisa ngerhargai orang miskin kaya gue"
"HEH!! Gue kurang ngerhargai lo kaya apa lagi Hah? Lo udah permainin perasaan gue. Kalo gue mau, gue bisa permaluin lo di depan semua orang"
Air mata Chika menetes, ia tidak dapat menahannya lagi "Yaudah lakuin aja. Permaluin aja gue"
Aldebara tersenyum miring "WOIIIII!!! KALIAN LIAT ORANG YANG BERDIRI DI DEPAN GUE INI. KALIAN JANGAN SAMPE KETIPU SAMA CEWEK MUNAFIK INI NANTI KAYA GUE LAGI"
Sontak seluruh murid Sma Trisakti berkerumun memperhatikan Chika. Dari lantai dua pun penuh oleh murid-murid yang melihat kejadian itu.
"DIA INI CEWEK MISKIN. JADI KALO DIA NGEDEKETIN KALIAN BERATI DIA CUMA MAU MANFAATIN KALIAN. BAHKAN KAYANYA DIA UDAH GAK PUNYA HARGA DIRI LAGI, SAMPE-SAMPE MAU JUAL DIRI DENGAN JADI PACAR GUE HANYA KARENA GUE TAJIR"
Chika menganga lebar, ia tak percaya Al benar-benar mengatakan ini ini di depan umum. Di depan semua orang. Karena emosi, sontak Chika menampar pipi Aldebara dengan tangannya hingga membuat suasana semakin menenggangkan.
"Maksud lo apa hah bilang gue jual diri? Gue emang cewek miskin Al. Tapi gak seharusnya lo bilang kaya tadi" ujarnya serak dengan air mata bercucuran di pipinya.
"Emang ya lo gak punya hati!"
Aldebara mendekatkan wajahnya, menatap Chika dengan tajam "Coba lo bayangi, gimana rasanya mencintai orang yang selama ini cuma manfaatin lo. Sakitnya gak ngotak asal lo tau" bisik Al pelan namun tajam.
"Okeh memang dari awal gue yang salah Chik. Gue yang maksa lo buat jadi milik gue. Gue yang maksa lo buat sayang dan gue juga yang maksa lo buat jadi dunia gue. Tapi bukan gue yang jahat. Lo!! Elo yang jahat!! Kalo dari awal lo cuma butuh duit gue bilang"
Aldebara merebut paperbag di tangan Chika. Ia membanting kasar dua buah ponsel mahal itu hingga hancur tak bersisa. Melihat itu Chika hanya memejamkan matanya, air matanya terus mengalir. Mereka benar-benar tengah menjadi pusat perhatian sekarang.
"Udah? Udah puas? Udah cukup bikin gue malu?" Tanya Chika ke arah Aldebara. Ia menarik kerah baju cowok itu setelah mengusap air matanya kasar.
Al melepas kasar tangan Chika dari kerah bajunya. "Ini belum sebanding sama apa yang lo lakuin ke gue"
"Lo mau balas dendam kaya gimana lagi Al?"
Aldebara tak menjawab. Ia menatap tajam ke arah Chika seolah menunjukan kebenciannya hanya lewat tatapanya "Gue bakal bikin lo nyesel karena udah berani main-main sama Aldebara!" Ujarnya lalu melenggang pergi dari sana.
Jujur ia jengah melihat Chika yang terus-terusan menangis. Rasa peduli ini masih ada namun tidak tahu harus diperlihatkan atau di buang jauh-jauh.
Tidak semua orang bisa paham hatimu sehancur apa. Kepalamu semeledak apa dan badanmu seremuk apa. Sebab tak semua perasaan dapat di kalimat kan. Itulah kenapa air mata di ciptakan.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
CHIKAL [COMPLETED]
Teenfikce[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!] [PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] Mengapa saat dewasa kita menggunakan pulpen sebagai pengganti pensil? Karena agar kita mengerti, betapa sulitnya menghapus sebuah kesalahan. Walau telah berhasil di hapus, tetap saja akan m...