"Assalamualaikum" ujar Baron lesu memasuki rumah. Ia langsung menghempaskan tubuhnya kasar ke kursi di ruang tamu.
Chika menyambutnya dengan senyum lebar "Eh, ayah udah pulang? Capek banget yah pasti?"
"Dikit"
Chika mengambil tangan Baron lalu memijatnya secara perlahan "Ayah kenapa? Kok kaya kusut banget"
Baron menghembuskan napasnya panjang "Ayah di pecat nak"
"APA!!? Kok bisa?" Tanya Chika kaget.
Baron menunduk "Aldebara...." lalu ia mulai menceritakan semua kejadiannya kepada Chika. Diam-diam Anita juga menguping di balik tirai dapur. Jujur ia merasa sangat sedih, bingung harus bagaimana. Kenapa ujian keluarganya, semakin hari semakin terasa begitu sulit.
*****
Aldebara tengah duduk di depan kelas bersama Azam dan Fadil. Hari ini mereka tak ke kantin untuk jam istirahat karena sudah dari jam keempat tadi mereka sudah membolos ke kantin.
"Duhhh gabut nya diriku" ujar Fadil dengan nada sedikit lebay di buat-buat.
"Mati aja Dil"
"Gak dulu Zam, pengen punya istri yang cantik dulu"
"Emang ada yang mau sama lo?"
Fadil membusungkan dadanya "Jelaslah, ada cuma pasti dia lagi mengagumi gue dalam diam"
"Halu lo"
"Gak usah belagu deh, lo aja jomblo"
"Gue jomblo pilihan kali"
Fadil tertawa meremehkan "Pilihan gaya lo, mana Mauren? Jadian kalian?"
"Enggak, kayaknya gue gak cocok sama Mauren. Gue Kemaren cuma khilaf" ujar Azam dengan nanar.
"Mampus lo"
Aldebara tak mau ambil pusing. Ia hanya menyandarkan tubuhnya ke dinding. Sebenarnya ia juga tengah bosan sekarang, seolah tak ada alasan lagi untuk dia tersenyum.
"Aldebara, boleh ngomong sebentar?"
Mereka bertiga menoleh secara bersamaan. Ternyata itu adalah Rachika, ia membuyarkan lamunan Aldebara. Sedangkan Azam dan Fadil yang mengerti pun segera pergi dari sana memberi mereka kesempatan untuk saling bicara.
"Gu...."
Belum sempat Chika berbicara, Aldebara bangkit dari tempat duduknya. Namun dengan cepat Chika mencekal tangannya.
"Gue cuma mau ngomong sama lo"
"Gak ada waktu"
"Bentar doang, please" mohon Chika dengan tatapan penuh harapan ke Aldebara.
Namun cowok itu tak sedikitpun menatapnya, pandangannya lurus ke depan. Dengan pelan Chika menghembuskan napasnya, setidaknya Al memberi waktu untuk berbicara
"Lo kenapa tega pecat ayah gue?"
Aldebara menoleh ke bawah "salah?"
"Yah gue tau, ayah gue salah. Tapi Al please, ayah gue butuh banget pekerjaan itu. Dia harus biayain gue sama adik gue sekolah dari mana kalo gak kerja?"
"Bukan urusan gue"
"Kok loh jahat banget sih. Lo tahu gak sih rasanya jadi orang susah kaya keluarga gue. Pekerjaan itu berati banget buat ayah"
"Lo bisa profesional? Ini sekolah bukan kantor" ujar Aldebara dengan nada dingin.
Mata Chika mulai berlinang, ia tak menyangka Al jadi secuek ini dengan dirinya "Please Al, gue minta tolong banget sama lo. Pagi tadi Ayah cuma bisa natap kosong ke depan saking bingungnya harus cari uang kemana lagi"

KAMU SEDANG MEMBACA
CHIKAL [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!] [PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] Mengapa saat dewasa kita menggunakan pulpen sebagai pengganti pensil? Karena agar kita mengerti, betapa sulitnya menghapus sebuah kesalahan. Walau telah berhasil di hapus, tetap saja akan m...