7 hari kemudian.
Aldebara membuka matanya secara perlahan setelah dokter yang menanganinya berhasil membuka perban yang selama ini membungkus matanya. Samar-samar Al dapat melihat ke depan. Ia kembali mengerjapkannya dan akhirnya dapat melihat dengan jelas ke depan. Yang pertama ia lihat adalah Azam, Fadil dan Sasa.
"Bagaimana?" Tanya Dokter itu.
Aldebara tersenyum lebar sebagai sebuah jawaban. Akhirnya seisi ruangan menghembuskan napas lega karena operasi mata Aldebara berjalan dengan lancar. Ia sudah bisa kembali melihat dunia ini setelah merasakan kegelapan lebih dari satu minggu.
"Alhamdulilah" sorak mereka senang secara bersamaan.
"Syukur, operasinya berhasil. Kalau begitu saya permisi keluar dulu. Kalo ada masalah bisa langsung panggil saya" ujar Dokter tersebut.
"Makasih dok"
Azam dan Fadil menjabat tangan Aldebara secara bergantian "Selamat bro, kan gue udah bilang. Semunya bakal baik-baik aja" ujar Azam dengan senyum lebar.
"Yoi, selama ada kita. Lo bakal baik-baik aja" sahut Fadil ikut-ikutan.
"Thank man. Kalian selalu ada buat gue" ujar Aldebara dengan senyum tipis. Untuk berkali-kalinya ia selalu merasa beruntung berteman dengan Azam dan Fadil.
"Santuyy asalll duit tetep ngalir" canda Fadil cengengesan.
"Apapun yang lo mau beli aja. Gue yang bayar, anggap sebagai ucapan makasih"
"Serius? Termasuk kalo gue minta motor baru kan?"
Azam menoyor Fadil "Lo mah di kasih hati minta jantung"
Fadil hanya tertawa cengengesan "Canda kali"
"Selamat yah Al, gue seneng akhirnya lo bisa liat lagi" ujar Sasa dengan senyum tipis.
Aldebara mengangguk "Thanks, sa"
*****
Akhirnya sekarang Aldebara sudah bisa kembali masuk sekolah. Ia benar-benar bersyukur setelah melewati cobaan yang begitu besar akhirnya ia sudah bisa kembali hidup dengan normal. Benar, Allah tidak akan menguji hamba-Nya melebihi batas kemampuannya.
Ia berjalan gontai di koridor hendak menuju kelas dengan menenteng tasnya seperti biasa. Tatapannya yang tadinya datar, kini berubah tajam saat melihat Haikal di depannya.
"Udah sehat nih" cibir Haikal dengan tangan di saku. Aldebara berusaha tak memperdulikannya, ia tidak mau merusak hari bahagianya ini hanya untuk seorang Haikal.
"Lo lupa yah. Kan lo kalah, masih inget kan perjanjiannya" ujar Haikal di belakang Aldebara hingga membuat Al membalikan badanya.
"Lo gila, gue hampir mau mati. Lo malah masih mikirin taruhan itu. Seenggaknya kalo gak punya hati yah punya otak" ujar Al tajam menunjuk ke arah keningnya.
Haikal mengangkat kedua alisnya "Gak mati kan? Jadi taruhannya tetep jalan"
Aldebara mengepalkan tangannya. Ia benar-benar terpancing emosi dengan ucapan Haikal. Cowok ini benar-benar Sudah merusak mood Aldebara. Lehernya pun berubah menjadi merah padam karena tersulut emosi yang membara.
"Ikut gue pulang sekolah. Sportif" ujar Haikal lalu melenggang pergi meninggalkan Aldebara yang tengah menahan emosi.
*****
Amanda hendak menuju kantin, namun sebelum itu ia sempat berpapasan dengan Aldebara dan menabraknya hingga membuat daftar absen yang ia bawa berhamburan di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHIKAL [COMPLETED]
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!] [PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] Mengapa saat dewasa kita menggunakan pulpen sebagai pengganti pensil? Karena agar kita mengerti, betapa sulitnya menghapus sebuah kesalahan. Walau telah berhasil di hapus, tetap saja akan m...