Part 2

18.2K 2.5K 101
                                    

Kedua :

Taman dikuil tak disangka-sangka sangat indah sehingga membuat Dasha tertarik untuk kesana. Dikuil suci ini sangat bersih sangat-sangat bersih, mungkin karena para pekerja disini sangat rajin bahkan satu daun yang jatuh pun tidak ada. Dasha bertepuk tangan kagum, mungkin ia akan betah tinggal dikuil ini untuk menghabiskan sisa-sisa umurnya. Benar kan ya, bukankah setiap orang yang sudah tinggal dikuil tidak akan menikah? Dasha lumayan meragukan itu, ia pun bertanya pada pelayan yang selalu menemaninya disini, Abigail.

"Abi, kau punya pacar?" tanya Dasha, iseng. Abigail menunduk, dan wajahnya memerah seketika, astaga oke fix ini cewek sedang jatuh cinta, klaim Dasha tanpa bukti autentik.

"Belum Nona." jawabnya pelan. Belum berarti nanti punya. "Abi, apa aku akan tinggal dikuil sampai nenek-nenek?" Dasha menatap Abigail penuh harapan, semoga saja Abigail tidak mengatakan 'Tentu saja Nona, Nona adalah pemilik sihir suci harus mengabdikan diri pada kuil.' membayangkannya saja Dasha merinding apalagi mendengarnya secara langsung.

Terlihat Abigail menghela napasnya panjang, "Tentu tidak Nona, Nona bisa menikah karena Nona memang tidak ada terikatan dengan kuil, Nona tamu istimewa yang menetap dikuil, hanya itu." jelasnya pada Dasha, gadis berambut coklat itu mengelus dada lega. Ketakutkannya tidak akan terjadi.

Selepas percakapan tadi, pendeta tua memanggil Dasha untuk masuk untuk membicarakan hal yang paling penting. "Ada apa Kakek?" tanya Dasha menyeruput teh hangat yang sudah disiapkan oleh pelayan, memang tidak punya malu. Dasha tidak merasa ia terdampar, atau sedih setidaknya karena berada ditempat yang aneh. Dasha malah sangat menikmati semua ini, ia merasa seperti dirumahnya sendiri.

Pendeta merasa tak enak hati untuk mengatakan hal ini, tapi ini memang harus dikatakan, "Nona, maaf sebelumnya tapi saya harus mengatakan ini. Mengenai pesan dari Dewa, Nona eee.. Nona harus menikah." ujar pendeta tua dengan gugup.

Dasha yang mendengarnya hanya mengangguk setuju, ya umurnya sudah 20tahun, itu bagus jika ia menikah, lagipula lelaki didunia asing ini lumayan tampan jadi Dasha tidak masalah. "Oke tidak masalah." jawab Dasha ringan, pendeta itu melotot mendengar jawaban Dasha, "Nona setuju menikahi tiga lelaki sekaligus?"

Buurrrr

Tanpa sengaja Dasha menyembur pendeta dengan teh yang baru ia minum. "Apa?! tiga lelaki sekaligus? Astaga, bagaimana bisa? Kakek jangan berkata yang aneh-aneh." Dasha langsung terlonjak bangun.

"Benar Nona, saya tidak bohong, isi pesan Dewa adalah keturunan terakhir dari Dewi dan tiga keturunan terakhir Dewa harus dipertemukan dan saling terikat Nona." jelas pendeta tua itu, tapi Dasha sudah kesal duluan, jika menikah satu lelaki si tidak masalah tapi jika harus tiga sekaligus, ayo silakan yang mau mendaftar menggantikan Dasha. Dasha siap resign!

"Aku perlu berpikir Kakek, menikah bukan hal main-main. Tidak ada deadline kan?" tanya Dasha, dan lagi-lagi pertanyaan Dasha membuat pendeta itu kebingungan, "Deadline apa Nona?" tanya balik pendeta.

Astaga Dasha belum sadar juga jika istilah didunianya sangat asing jika dikatakan disini, inilah akibat terlalu pusing mengerjakan tugas akhir sewaktu belum masuk kedunia ini. "Maksudku, tidak ada batas kapan aku harus menikahi mereka kan?" pendeta mengangguk paham, "Belum Nona untuk saat ini." Dasha bernapas lega. Setidaknya Dasha harus mengenal terlebih dahulu siapa-siapa calon suaminya itu.

---

Hari sudah menjelang malam, di istana kekaisaran Niels terlihatlah seorang lelaki tampan berambut hitam dengan bola mata merah. Ia sedang berdiri dibalkon ruangan kerjanya menikmati waktu istirahatnya dengan melihat cahaya rembulan dan minuman berwarna merah yang bisa dipastikan itu alkohol.

"Lapor Yang Mulia." ucap seorang bawahan lelaki itu, orang itu memakai pakaian serba hitam, "Saya mendapatkan informasi mengenai pesan dari Dewa yang turun tadi siang Yang Mulia."

Lelaki tampan itu kini menatap bawahannya itu, ia menggoyangkan gelasnya pelan sehingga air didalamnya itu ikut bergoyang. "Katakanlah."

"Tadi siang, Penyihir Agung Lucas datang kekuil untuk melihat langsung pesan Dewa. Ruangan Dewa ditutup sangat rapat tapi saya masih bisa masuk dengan menyamar sebagai pendeta. Saya mendengar, isi pesan itu adalah satu keturunan terakhir Dewi harus menikah dengan keturunan terakhir Dewa." lapornya.

pranggg

Lelaki itu marah, ia tidak menyangka jika isi pesan Dewa seperti itu. "Kenapa pesannya seperti itu? Aku tidak mau berbagi istri dengan dua orang itu. Lagipula akulah yang lebih berhak karena aku adalah Kaisar dikekaisaran ini." katanya diakhiri memukul tiang besar yang ada disana. "Kau pergilah." suruhnya, bawahan itupun langsung menghilang.

Ya lelaki tampan berambut hitam itu adalah Leon Istvan, sang Kaisar Negeri ini. Leon juga adalah salah satu keturunan terakhir dari Dewa, dan Leon tidak akan berbagi istri dengan orang lain.

---

Dilain tempat, Mansion yang berada di Ibukota itu tampak gelap namun terdengar suara dentingan pedang yang beradu, sepertinya ada yang sedang berlatih. Remang-remang namun masih bisa terlihat dua orang yang sedang berlatih pedang, sepertinya mereka berdua sudah berlatih sedari tadi. "Duke, bisakah kita sebaiknya istirahat, besok masih ada pekerjaan yang harus segera ditangani." ucap Gil, orang kepercayaan Duke itu.

Terdengar suara napas yang terengah-engah dari Duke itu. Ia memasukan pedangnya kedalam tempatnya, "Baiklah kita akhiri saja." katanya, lelaki berambut perak itu lalu melangkahkan kakinya meninggalkan tempat latihan itu, namun baru beberapa langkah ia berhenti lalu membalikkan badannya kebelakang, "Kau tadi kekuil bukan? Apa kau tau isi pesan dari Dewa?" tanyanya. Gil pun langsung menghampiri Tuannya itu dan menjelaskan apa isi pesan tersebut. "Benar Tuan, isi pesan tersebut lumayan membuat anda terkejut saat mendengarnya," kening lelaki yang dipanggil Tuan itu mengerut, semakin penasaran, "Jadi isi pesan itu adalah keturunan terakhir Dewi harus menikah dengan keturunan terakhir Dewa, Tuan Ken."

deg

Ya lelaki berambut perak itu adalah Kenneth Bartlett, ia adalah Duke Bartlett yang dihormati semua orang. Ken juga salah satu keturunan terakhir dari Dewa, maka dari itu ia sangat terkejut. Ia tau bukan dirinya saja keturunan terakhir Dewa, karena dua orang yang tidak pernah akur dengannya itu juga adalah keturunan terakhir Dewa.

"Sial, kenapa juga harus itu isi pesannya. Lalu bagaimana dengan keturunan terakhir Dewi itu? Aku saja belum pernah melihatnya apa kau pernah melihatnya?" tanya Ken pada Gil. Wajah Gil langsung memerah, ya, Gil sudah melihat Dasha, gadis cantik berambut coklat itu. Jika saja Dasha bukan keturunan terakhir Dewi, Gil yang akan melamarnya.

"Gil? Apa kau masih waras? Kubunuh kau jika membayangkan gadis yang menjadi istriku itu." ucap geram Ken, Gil pun langsung kembali serius, "Benar Tuan Ken, saya sudah melihatnya."

Ken menaikkan alisnya, "Bagaimana orangnya?"

"Keturunan terakhir Dewi memang tidak diragukan lagi Tuan, nama Nona itu adalah Dasha Odelia, ia adalah Putri satu-satunya pasangan Marquis Bryony, namun saat tau Nona Dasha memiliki sihir suci, ia langsung dikirim kekuil untuk memperkuat sihirnya. Nona Dasha sangat cantik tuan, rambutnya berwarna coklat, dan senyumnya sangat cantik." jelas Gil yang membuat Tuannya itu tersenyum, sepertinya Kenneth tidak sabar lagi bertemu dengan Dasha.

"Besok, kita akan kekuil." kata Ken yang membuat Gil melotot, "Tuan anda harus pergi kesebelah selatan daerah kita karena anda sudah berjanji akan kesana."

Kenneth mengusap wajahnya dengan kasar, pekerjaan terus saja datang bagaimana ia akan bertemu dengan calon istrinya itu.

---

the last descendants

The Last Descendants Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang