Part 18

5.9K 982 16
                                        

Kedelapanbelas :

tuk kit tuk

—Suara tapakan dan lengkingan suara kuda dapat terdengar sangat jelas, ya, kereta kuda yang berdominan warna kayu itu menyusuri jalanan Ibukota dikekaisaran Niels. Sedikit dapat mengintip dari jendela kereta terlihat bayangan seorang gadis bangsawan yang sangat cantik dengan memakai gaun berwarna cerah. Sesekali gadis itu memunculkan kepalanya untuk menikmati pemandangan dari luar jendela lalu tersenyum hangat. Dilihat dari gerak-geriknya, gadis itu dalam keadaan mood yang bagus.

"Nona, bagaimana jika nanti di mansion Earl Collin Nona Effie mencari gara-gara?" ucap Abigail yang tampak sangat khawatir pada Nonanya. Dasha hanya tersenyum mengejek, "Tenang saja, aku sudah mempunyai rencana." sahut gadis itu dengan tenang.

Tak lama dari obrolan singkat itu, pintu gerbang mansion Earl Collin terbuka. Ya, mereka sudah sampai ke-medan perang yang sesungguhnya. Dengan keanggunan layaknya putri bangsawan pada umumnya, Dasha menuruni kereta kuda dan berjalan dengan tegap dan memberikan aura sangat dingin serta tegas dalam satu waktu. Gadis itu dan pelayannya ditemani kepala pelayan dari kediamaan Earl Collin menuju taman, tempat pesta teh diselenggarakan.

Semua pelayan di mansion itu melihat dan merasakan aura yang dipancarkan oleh Dasha. Mungkin sekarang mereka langsung bisa mengklaim bahwa Dasha adalah Tuan Duke Kenneth Bartlett versi wanitanya.

"Salam Nona-nona, saya Dasha Odelia dari kediamaan mansion Marquis Bryony." gadis itu membungkuk dengan sangat sempurna dan jangan lupakan senyum hangat yang ia berikan pada Nona-nona bangsawan yang sudah berkumpul.

"Wah, akhirnya aku bisa melihat Nona keturunan Dewi yang sudah lama mendekam dikuil. Ah, benarkan Nona Bryony? Eh, Nona Dasha. Maaf salah menyebutkan nama keluargamu." sahut seorang gadis bangsawan yang Dasha yakin keluarganya dibawah keluarga Marquis. Ya, Dasha tau akan terjadi seperti ini, makanya ia hanya tersenyum dan menunggu apa mereka bisa tertawa lagi setelah ini.

"Sudahlah, lebih baik kita mulai saja." kata Effie yang datang seolah menolong padahal ia sangat senang jika Dasha menjadi olok-olokan temannya. Dengan sebuah kode yang diberikan Effie, para pelayan pun langsung menyiapkan teh dan beberapa makanan kering dan basah sebagai pelengkap dalam perjamuan ini.

Mungkin Effie merasa Dasha tidak tau mengenai tata krama dalam perjamuan, sehingga ia memberikan banyak sekali sendok dan garpu. Ya, sudah ketebak sekali ia ingin mempermalukan Dasha dan sepertinya para Nona bangsawan lain juga sudah tak sabar untuk menyindir Dasha.

ckck, sungguh kasihan sekali, sepertinya mereka harus menelan mentah ekspetasi mereka karena gadis berambut coklat itu sudah fasih dalam tata krama apapun itu. Ya, bisa dilihat sekarang ia menyeruput tehnya dengan anggun bahkan terbilang sempurna, lalu juga ia memakan dan menggunakan alat-alat makan itu dengan benar dan tanpa salah sedikitpun, dari gerakan, tingkat ketinggian tangannya, serta duduknya pun sangat sempurna. Bahkan Effie saja pernah salah melakukan itu.

Rasanya Dasha sangat senang melihat mata mereka yang terbelalak karena terkejut, tapi tenang saja, akan ada sesuatu yang lebih mengejutkan dari ini semua.

"Ehem, Nona Violet kudengar Tuan Count mendapat emas yang sangat bagus. Wah, pastinya Nona sangat senang bukan jika memiliki emas yang begitu bagus dan langka itu." Effie memberikan kode ke Violet untuk menjalankan rencananya, dan Violet pun dengan segera memanggil pelayannya untuk membawakan sebuah kotak yang ia bawa.

"Oh tentu saja Nona Effie, ini aku juga sengaja membawa emasnya yang sudah dipahat sesuai simbol keluarga kalian masing-masing dan ini gratis untuk kalian." Violet membuka kotak itu lalu membagikannya kepada Nona bangsawan yang hadir sesuai dengan simbol keluarga mereka.

Para Nona bangsawan lain menatap takjub dengan emas murni yang diberikan Violet itu.

"Nona Violet sangat dermawan, lihatlah betapa bagusnya emas ini."

"Benar, aku belum pernah melihat emas secantik ini."

Violet menjadi besar kepala. Violet dan Effie itu sama, sama-sama mencari muka pada semua orang. Tapi maaf sekali, Dasha tidak takjub dengan emas yang diberikan Violet malah ia merasa itu hanya bualan Effie dan Violet membesar-besarkan emas biasa yang diberi efek sihir sedikit.

Dari situ, para Nona bangsawan satu persatu memberikan hadiah sebagi tukar menukar dalam perjamuan itu. Ya, dalam surat Effie tidak memberitau mengenai hadiah, untung saja otak Dasha itu cerdas ia dengan sigap menghubungi Nyonya Baroness Jurgen. Setelah semuanya sudah memberikan hadiahnya, kini giliran Dasha. Tatapan para Nona-nona yang ada disana seakan mengejek, emang apa yang dapat diberikan oleh seorang gadis bangsawan yang tidak pernah ikut perjamuan ini?

Jika kalian melihat Dasha sekarang, dapat dibilang gadis itu sangat terlihat tenang. Ia sedari tadi menyeruput tehnya menikmati ocehan para Nona bangsawan yang membanggakan satu sama lain padahal Dasha yakin itu semua kepalsuan. Ya, dikehidupan menjadi seorang bangsawan itu penuh kepalsuan, keirian, kedengkian, kemunafikan, itu sudah melekat dalam hubungan pergaulan kelas atas. Mungkin ada beberapa yang tidak seperti itu, tapi Dasha yakin demi kecantikannya kebanyakan bangsawan itu seperti yang ia bilang tadi.

Karena tak mau membuat mereka menunggu, Dasha memberikan kode pada Abigail untuk memberikan kotak yang ia bawa sebelumnya.

Dasha membuka pelan kotak itu lalu menunjukkan sebuah sulaman sapu tangan yang sangat cantik, dan sulaman itu terdapat simbol dari keluarga masing-masing. Semua orang terkejut, karena baru kali ini mereka melihat sulaman sapu tangan yang begitu indah.

"No—nona bukankah ini sulaman Nyonya Baroness Jurgen yang sangat terkenal dikekaisaran Niels. Astaga, aku sampai bergetar mengambil sulaman ini saking indahnya."

"Benar, aku tak menyangka mendapatkan sulaman sapu tangan ini. Bukankah ini sangat mahal?"

"Iya, kau tidak tau, benangnya dari emas murni. Astaga apakah aku mimpi mendapatkan ini?" timpal Nona bangsawan dari keluarga lain.

Dasha tersenyum puas melihat hal ini. Sekarang dapat Dasha pastikan para Nona bangsawan lainnya itu akan mendekati Dasha karena pemberian hadiah yang sangat istimewa itu. Oh ya, jangan lupakan wajah Effie dan Violet yang merah menahan marah. Hahah, mungkin jika ini komik wajah mereka sudah diberi efek asap seperti banteng yang siap menyeruduk.

---

Awalnya Dasha tak terlalu yakin, namun saat kemarin ia datang ke mansion Baron Jurgen untuk melakukan transaksi, Nyonya Baroness dengan cepat mengiyakan. Ya transaksi itu berupa, Dasha akan membantu menyembuhkan penyakit anak Baroness yang kecil itu, dengan imbalan Baroness harus mengajari Dasha menyulam sapu tangan dan membantunya membuat sulaman sapu tangan untuk acara pesta perjamuan teh ini.

Masih teringat jelas dalam ingatan Dasha bagaimana ia mencoba memeriksa anak dari pasangan Baron itu yang banyak tabib tidak tau penyakitnya, dan setelah Dasha mencoba mengecek dari gejalanya anak dari pasangan Baron itu terkena penyakit sejenis campak. Baroness tidak percaya awalnya karena nama penyakit itu yang aneh dikekaisaran Niels, ya, wajar saja karena itu nama penyakit yang ada didunia Dasha.

Karena demam yang tidak juga menurun, Dasha menyarankan untuk tenang karena sepertinya Putra mereka itu akan segera sembuh. Ya mungkin dengan memberikan obat penurun panas, obat antibiotik dan konsumsi vitamin A. Putra mereka akan segera sembuh. Baroness tak percaya hanya itu saja obatnya, padahal sudah berapa tabib yang tidak mengetahui dan menganggap Putranya terkena penyakit yang mematikan.

Ya memang dapat menimbulkan kematian, tapi sepertinya imun dari rakyat disini sangat bagus. Dasha pun mencoba menenangkan Baroness agar tidak terlalu khawatir mengenai hal ini.

Dasha sangat bersyukur dengan pengetahuannya didunianya dulu. Karena itu juga ia dapat membantu orang yang ada didunia aneh ini.

---

the last descendants

The Last Descendants Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang