Part 21

5.6K 871 10
                                    

Duapuluh satu :

Angin malam yang berhembus itu menerpa wajah gadis yang kini tengah melamun dibalkon kamarnya. Tangan gadis itu ditaruhnya dibesi pembatas balkon untuk menompa dagunya. Pikirannya kini berputar pada kejadian hari ini, ya, masih teringat jelas suatu berita yang membuat dirinya tak bisa tidur malam ini, apalagi jika bukan karena pesan dari Dewa.

'Ini sudah menjadi pesan Dewa, Dasha. Kami pun tidak bisa mengelak lagi.' kata Leon dengan pandangannya menunduk.

'Kami tidak akan memaksamu, tapi semoga kau bisa menerima ini. Kami bertiga juga tak mau sebenarnya tapi bagaimana lagi.' tambah Kenneth diakhiri senyum tipisnya, terlihat wajahnya kecewa tapi mau bagaimana lagi jika ini sudah keputusan Dewa.

'Keputusanmu akan kami terima Dasha, ya walau ini dadakan tapi kami akan menunggunya besok.' Lucas memberikan senyuman yang lebar, lelaki itu mengusap pelan rambut Dasha.

Mengingat hal itu Dasha kembali memfokuskan pikirannya, ya, ini adalah keputusan yang harus ia ambil. Walau dadakan, tapi ini berkaitan dengan nyawa orang banyak. "Aku tidak mungkin bersikap egois kan? Astaga kenapa sangat ribet banget sih!" gadis itu mengacak rambutnya frustasi.

"Hei Dewa! maksudmu apa memberikan pesan tadi siang!" pekiknya sambil menunjuk-nunjuk langit. Untung saja semua orang sudah terlelap dalam tidurnya, jika tidak mungkin saja Dasha sudah dikurung dipenjara karena melawan perintah Dewa.

memangnya apa yang salah dengan pesanku? terdengar suara yang tak asing muncul dalam pikiran gadis itu, ya bisa dipastikan itu adalah suara Dewa.

"Bisakah kau tarik pesanmu? Aku mana bisa melaksanakannya." ketus Dasha. Mungkin jika orang lain melihat Dasha sekarang adalah gadis gila yang berbicara sendiri dibalkon kamarnya pada tengah malam begini.

Suara itu kembali terdengar, hahaha, bukankah itu sudah menjadi takdirmu? Sudahlah, lebih baik kau segera memutuskan pilihanmu, kehidupan kekaisaran Niels ini sekarang ada ditanganmu. ucapnya lalu menghilang.

Gadis itu berdecak lalu memukul pelan besi pembatas. Jujur saja walau ini berkaitan dengan kehidupan satu kekaisaran tapi ini benar-benar sulit. Ah sudahlah, lagipula ia sudah masuk kedalam sini jadi ia memang harus melaksanakannya bukan? Mau melawan juga ia tak bisa.

---

Sempat terpikir hanya Dasha sajalah Nona bangsawan yang belum tidur ditengah malam ini. Tapi ternyata ada juga yang belum terlelap sekarang. Bisa dilihat jendela kamar yang sengaja dibuka lebar memberikan akses angin malam yang dingin masuk secara bebas menyelimuti udara dingin setiap benda yang ada dikamar itu. Diatas ranjang yang besar dengan empat penyangga setiap sisi itu terlihat seorang gadis berambut pirang duduk disana. Ia memakai gaun putih dengan rambutnya yang digerai, entahlah apa yang membuatnya tak tidur malam-malam begini.

Tak lama kemudian terlihat sebuah siluet lelaki yang gagah masuk dari jendela yang terbuka lalu berdiri didepan gadis pirang itu. Wajahnya tak terlihat karena penerangan yang sangat minim dikamar gadis itu, hanya bermodalkan cahaya rembulan dan aroma yang sangat khas dari lelaki itu.

"Nona, maafkan saya. Saya siap menerima hukuman. Saya tidak mendapatkan informasi mengenai pesan Dewa." ucapnya langsung berlutut, gadis itu tampak memberikan senyum seringainya kemudian ia turun dari ranjangnya, menepuk pundak lelaki kesatria yang tengah berlutut itu.

"Sudahlah bangun Thomas, pasti kita akan tau apa isi pesan itu. Kita lihat keputusan apa yang akan dipilih oleh keturunan Dewi itu." ucapnya dengan tatapan kebencian.

Ya, jika kalian masih asing dengan nama kesatria itu, ia adalah kesatria yang selalu berada disamping Effie Collin. Gadis bangsawan yang memiliki banyak topeng untuk menutupi watak aslinya yang seperti Iblis. Oh semoga saja ia tak membahayakan nyawa Dasha.

"Nona, bagaimana dengan rencana yang diatur oleh Tuan Collin?" tanya Thomas, lelaki itu memang tidak tau bagaimana jalannya rencana yang dilakukan Ayah dan Anak yang menjadi majikannya itu, karena saat itu Thomas sedangkan menjalankan perintah Effie.

Gadis berambut pirang bergelombang itu menghela napasnya panjang, "Gagal, entahlah siapa yang menduga ada kejadian yang lebih menghebohkam dari rencana Ayah." jawab Effie melipat tangannya didada.

"Apakah itu baik atau buruk untuk kita Nona?"

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan Thomas itu membuat Effie tak tahan untuk tertawa, "Hahaha, tentu saja ini baik Thomas. Kita bisa menggunakan ini untuk meracuni pikiran rakyat tentang image Nona itu."

"Lalu apa rencana kita selanjutnya Nona?"

Effie berjalan kearah jendela, lalu ia pandangi bulan yang berbentuk bulat sempurna itu, "Kita ikuti saja alur dari rencana Ayah. Kau tetaplah mencari keberadaan makhluk itu, karena makhluk itu adalah senjata terkuatku nanti." Perintah Effie yang dibalas anggukan oleh Thomas, ya, lelaki itu langsung menghilang setelah menerima perintah dari Nonanya.

"Mari kita lihat." gumam gadis itu lalu menutup jendela kamarnya.

---

Keesokan harinya, disaat matahari belum muncul sempurna Kenneth sudah datang ke mansion Marquis Bryony. Lalu disusul oleh Lucas yang kaget tiba-tiba melihat seorang Duke yang terkenal dingin dan tanpa belas ampun pada lawannya itu sudah duduk dengan tampannya diruang utama Duke.

"Kupikir aku yang pertama." kata Lucas lalu ikut duduk disamping Kenneth.

"Bisakah kau duduk disana saja, kursi itu untuk Dasha." Lucas hampir tersedak meminum teh yang sudah disediakan sebelumnya saat mendengar perintah Kenneth. Sialan, siapa Kenneth berani memerintahmya? "Hei, terserah aku mau duduk dimana tau." balas Lucas. Kenneth yang malas ribut itu menghela napasnya lalu ia beranjak dari duduknya alias pindah tempat duduk menjauhi Lucas.

Sungguh tak habis pikir, apakah badan Lucas bau sehingga Kenneth menjauhinya? Tapi jika semisal bau juga itu pasti bau ramuan herbal yang enak dihirup. Ah sialan,  buat apa juga memikirkan hal ini. Masa bodo Kenneth menjauhinya toh yang penting bukan Dasha yang menjauh.

Lumayan lama mereka berdua menunggu sampai pada akhirnya Leon datang disaat matahari sudah muncul. "Wah, sepertinya aku yang terlambat ya." ujar Leon lalu duduk, bergabung dengan yang lain.

Jika dilihat-lihat lagi tampilan ketiga lelaki yang sedang diam tanpa mengeluarkan satu patah kata itu pun tampil dengan sangat formal dan rapih. Ya, mereka memakai pakaian formal dari status mereka masing-masing. Astaga, tolong katakan pada mereka, ini bukan acara formal atau acara yang dihadiri banyak orang. Tapi ini hanya mendengarkan keputusan dari Dasha saja!

Beralih ke kamar Dasha, gadis itu tidak tau jika dirinya sudah ditunggu oleh ketiga lelaki diruang utama mansionnya. Jadi Dasha melakukan ritual paginya dengan sangat santai, para pelayan yang tau pun tutup mulut tanpa memberitahukan bahwa Dasha sudah ditunggu, itu semua karena perintah dari Kenneth. Lelaki itu tak mau membuat Dasha terburu-buru jadi ia memerintahkan semua pelayan bahkan pasangan Marquis untuk tutup mulut akan kehadirannya.

"Nona, mari kita turun." ajak Abigail dengan terburu-buru ia menarik tangan Dasha. Abigail tau ini sudah sangat telat pasti para keturunan Dewa sangat bosan menunggu selama empat jam.

Anak tangga yang lumayan banyak itu sudah dituruni Dasha satu persatu, lalu terlihatlah penampakan tiga lelaki yang saling terdiam. Apakah mereka sudah menunggunya sejak tadi? Pikir Dasha kala itu.

Satu dehaman sukses membuat tiga lelaki itu menoleh kearah Dasha.

Oh lihatlah mata mereka yang tidak beralih dari penampilan Dasha sekarang. Sepertinya ini alasan kenapa Abigail mendadaninya dengan sangat rapih, dari pemilihan gaun juga riasan.

Dasha yang agak malu dilihat oleh tiga lelaki tampan itu langsung bergabung bersama mereka.
"Hmm, apa kalian menunggu lama?" tanyanya, ketiga lelaki itu kompak menggeleng tanda mereka tidak lama menunggu.  Tapi bukankah empat jam itu waktu yang cukup lama?

"Apa kau sudah memutuskan?" Leon menatap lekat Dasha. Tidak, bukan Leon saja tapi kedua lelaki lainnya juga ikut menatap Dasha.

Gadis itu menghela napasnya, ia akan mengatakan keputusannya ini dalam satu tarikan napas. "Ya aku sudah memutuskannya."

---

the last descendants

awkwkwkwkkw apaan itu??

The Last Descendants Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang