Ketujuh :
—Pertemuan dengan Leon membuat kekhawatiran Dasha tentang calon suaminya itu hilang, ya walau tinggal dua orang lagi yang belum ia temui, tapi setidaknya ia sedikit merasa lega dan mungkin sangat lega jika kedua calon suaminya yang lain setampan juga dengan Leon. Ya katakanlah Dasha lebih memilih tampilan, memang benar adanya. Dasha menyukai lelaki tampan! Sangat munafik jika ia berkata tidak. Setelah perkenalan singat diruang tamu kuil, Leon mengajak Dasha berjalan-jalan sekitar taman kuil. Dasha setuju, namun apa yang terjadi sekarang? Suasana yang canggung menyelimuti keduanya, ya keduanya, hanya mereka berdua yang berjalan-jalan ditaman kuil itu.
Bunga-bunga yang indah dan suara kicauan burung memberikan kehidupan disuasana canggung Dasha dan Leon saat ini. Dasha menengok kekanan dan kekiri mencari para pekerja yang biasanya membersihkan taman, tapi kenapa sekarang tidak ada? Jika begitu ini benar-benar Dasha dan Leon saja disini.
"Ada apa Nona?" tanya Leon,
Dasha menoleh kearah lelaki disampingnya itu, jujur saja ini ya, Dasha masih belum terbiasa dengan wajah tampan lelaki disampingnya ini. Untung saja jantung Dasha sudah terlatih sebelumnya melihat lelaki tampan dikehidupannya dulu dan semalam melihat Lucas yang juga tampannya tidak ada obat. "Tidak Yang Mulia, aku hanya merasa bingung saja, tumben sekali pekerja dikuil yang biasanya ditaman tidak ada sekarang." jawabnya langsung mengalihkan pandangannya.
"Iya, aku yang menyuruh pendeta untuk mengosongkan semua pelayan ditaman kuil." kata Leon. Dasha terbelalak mendengar itu, wow ini namanya kekuatan seorang Kaisar ya.
"Kau pasti sudah mendengar pesan dari Dewa kan? Bagaimana pendapatmu?" kedua orang itu terhenti dan saling memandang, Dasha tampak berpikir sebelum menjawab, ya jika salah menjawab tidak tau bagaimana nasib nyawanya nanti, "Ya aku sudah mendengarnya, tapi aku belum memutuskan Yang Mulia. Lagipula aku baru menemuimu saja, belum bertemu dengan yang lainnya." jawab jujur Dasha. Ya sebenarnya Dasha sudah bertemu ketiganya, cuman ia tidak tau saja. Secara Lucas belum memberitahu identitasnya dan juga Kenneth tidak bertemu langsung.
Leon tersenyum mendengar hal itu, "Bagaimana jika kau memilih diantara kita bertiga? Lagipula isi pesannya hanya bertulisan kau harus menikah dengan 3 keturunan terakhir Dewa kan. Bukan kau harus menikah dengan seluruh keturunan terakhir Dewa."
Bukannya makna dua kalimat itu sama ya? batin Dasha, ia mau menyanggal juga takut karena Leon adalah Kaisar. Jadi Dasha hanya tersenyum dan diselingi tawa kecil, "Hahah, Yang Mulia bisa saja memberi pertanyaan." Dasha tertawa lalu refleks memukul lengan Leon. Lelaki itu tidak ikut tertawa, wajahnya datar apalagi saat Dasha memukul lengannya. Dasha yang tau tindakannya itu mungkin tak sopan langsung meminta maaf, "Maaf Yang Mulia." ucapnya menunduk.
"Nona, aku hanya memberitahu padamu, aku tidak suka membagi milikku pada oranglain. Jadi kuharap kau bisa dapat memilih diantara kami bertiga saja." ujarnya, Dasha terkesiap apakah ini termasuk sebuah ancaman?
"Hhh, maaf pasti kau terkejut karena perkataanku. Tapi aku memang harus mengatakan itu, karena bagiku milikku adalah milikku, aku tidak mau berbagi." sambungnya lagi. Dasha menengakkan kepalanya, tersenyum lalu berkata, "Akan ku ingat Yang Mulia." Leon ikut tersenyum.Interaksi keduanya ditaman itu sebagai pamitan yang diberikan Leon, karena ia harus kembali ke istananya dan menyelesaikan tugasnya sebagai seorang Kaisar.
Dasha dan para pendeta serta pelayan mengantar kepergian Leon dan pasukan istana keluar gerbang. Disaat bayangan dari Leon dan pasukan sudah mulai menghilang, serta pendeta dan pelayan lain sudah masuk kembali kekuil. Abigail berbisik kepada Nonanya, "Nona, apa yang dikatakan Yang Mulia? Biasanya jika ia meminta berbicara berdua seperti tadi pasti ada sesuatu yang penting." Dasha mengangguk.
Abigail langsung memegang kedua pundak Dasha lalu berkata, "Nona, apa yang diucapkan Yang Mulia Kaisar itu pasti benar dan sungguhan. Jadi kau harus bersiap Nona." Abigail menatap Dasha dengan mimik wajah serius. Astaga membuat beban pikiran Dasha saja kan.
Sehabis itu, Dasha dan Abigail berjalan masuk kedalam kuil. Tapi baru beberapa langkah, mereka berdua berhenti saat mendengar suara teriakan seorang gadis yang tak tau sopan santun.
"Hei kau!" teriaknya, Dasha dan Abigail pun menoleh kebelakang.Jarak antara gadis yang pasti kalangan bangsawan ini dan Dasha lumayan jauh, Dasha harus menyipitkan matanya untuk memperjelas wajah gadis itu. Lama kelamaan karena gadis itu berjalan cepat, terlihatlah wajahnya dan warna rambutnya yang unik, ungu. Eh, ungu? Bukankah gadis didepan Dasha ini adalah gadis yang sama direstoran itu?
Gadis asing yang tidak diketahui namanya itu mendekati Dasha dengan wajahnya penuh amarah, apakah gadis itu cemburu karena melihat Dasha makan malam dengan Lucas?
"Kau! Kau yang makan malam bersama dengan Tuan Penyihir Agung kan?" kata gadis itu dengan suara tinggi dan menunjuk-nunjuk Dasha.
Penyihir Agung? Apakah Lucas?
"Maksud Nona, Tuan Lucas?"
Mata gadis itu membulat saat Dasha mengatakan nama Lucas, "Astaga kau berani sekali memanggil namanya!" pekik gadis itu dibarengi dengan tangannya yang sudah mulai berayun mau menampar Dasha. Beruntung Dasha sudah mulai menebak akan terjadi adegan ini, ia pun menangkap tangan kanan gadis itu yang hampir mengenai wajah mulusnya, "Hei Nona, bukankah kau seorang gadis bangsawan? Apakah orangtuamu tidak memberikan guru etika? Jika kau cemburu padaku karena makan malam dengan Tuan Lucas, kau harus lebih cantik dulu dariku." kata Dasha, tegas dan penuh penekanan. Gadis berambut ungu itu terasa terintimidasi dengan aura Dasha tadi. Ia pun langsung berlari menjauhi kuil menuju kekereta kudanya yang lumayan agak jauh dari pintu gerbang kuil.Abigail bertepuk tangan sambil menggelengkan kepala melihat perilaku Dasha pada Nona bangsawan itu, "Wah Nona sangat hebat." katanya.
"Siapa gadis itu? Kau mengenalnya?" tanya Dasha yang masih melihat kepergian Nona bangsawan itu.
"Ah, itu Nona Violet, putri dari Count Avel. Nona Violet memang sudah terkenal sangat menyukai Penyihir Agung Nona. Ckckck, jika Nona tau ya diperjamuan teh yang pernah diselenggarakan Nona Effie Collin putri dari keluarga Earl. Nona Violet selalu membicarakan Penyihir Agung, cih sangat kentara sekali dirinya begitu mencintai Penyihir Agung." jawabnya. Melihat jawaban dan pembawaan Abigail, Dasha merasa Abigail ini sangat cocok jika menjadi host acara gosip. Tapi ngomong-ngomong Dasha menjadi lebih suka Abigail seperti ini yang lebih santai daripada saat pertama mereka bertemu yang terlalu formal.
---
—Violet Avel putri kesayangan dari Count Avel. Kini kita bisa melihat gadis itu sangat marah dan kesal dengan Dasha Odelia, si keturunan terakhir Dewi. Ya, ia baru bertemu Dasha dan langsung membencinya karena Dasha makan malam dengan Lucas, lelaki yang sangat disukai Violet. Baru makan malam saja Violet sudah membenci Dasha, bagaimana jika ia tau isi pesan Dewa itu yang menyuruh Dasha menikah dengan tiga keturunan Dewa? Bisa-bisa Violet langsung gantung diri.
"Sialan sekali gadis itu, tunggu saja akan kubalas nanti." gumamnya. Saat ini Violet tengah dalam perjalanan menuju mansion dari keluarga Earl Collin, ya, ia hendak menemui sahabat tersayangnya Effie Collin. Mungkin dengan bercerita sedikit dengan Effie membuat hatinya lega.
Kereta kuda milik Violet itu akhirnya tiba dikediaman Earl Collin. Ia turun lalu masuk kedalam mansion itu, dan tak disangka Effie bagai peramal ia sudah ada didepan pintu menyambut Violet.
"Wah, sepertinya putri Count tengah kesal ya." katanya tersenyum.
---
the last descendants
dah deh masa amannya ya, rivalnya Dasha mulai keluar... xixixi
- Jika punya pelayan lebih suka seperti siapa?
Rosita
Abigail
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Descendants
FantasySUDAH TAMAT (Bukan Novel terjemahan, 100% original) ------ Dasha Abella, seorang gadis muda yang sedang pusing memikirkan tugas akhirnya itu, tidak menyangka akan masuk kedalam dunia asing yang tidak ia kenal sama sekali. Dunia penuh sihir, dimana...