Final :
cip cip
-Pagi itu Dasha bangun dengan begitu cepat. Mungkin bisa dibilang ia tidak tidur karena memikirkan nasib anaknya kedepan. Dengan langkah yang gontai karena terlalu lemas, Dasha dibantu oleh Abigail untuk keluar dari kamar besar miliknya. Dasha kini tampak seperti orang yang benar-benar sakit, siapa sangka kehilangan sihir suci membuatnya menjadi begitu lemah tak berdaya.
Langkah demi langkah ia ambil ditemani oleh Abigail yang menuntunnya pelan. Kali ini tujuan Dasha adalah kamar anak-anaknya, ya, ia akan memberikan roh spirit itu pada anak-anaknya sekarang.
"Kamar mana yang akan kita temui lebih dulu Yang Mulia?" tanya Abigail, dengan cepat pula Dasha menjawab, "Arsen."
Setelah itu mereka pun langsung menuju ke kamar Arsen.
Kleeek
Anak laki-laki berumur 7 tahun itu tampak tidur dengan pulas diranjangnya. Walau ini sudah pagi tapi ini memang belum jam mereka bangun. Dasha pun langsung mendekati putranya, ia duduk diranjang tersebut sembari mengusap penuh kasih sayang rambut anaknya. Tak lama kemudian, cahaya merah yang Dasha genggam disatu tangannya yang lain itu muncul. Ah, sepertinya roh spirit Api ini menyukai Arsen, batin Dasha.
Kristal bercahaya merah itu muncul, lalu perlahan masuk kedalam tubuh Arsen melalui dahi anak laki-laki itu. Arsen tidak mengeluarkan gerakan yang merasa dirinya terganggu akan masuknya roh spirit didalam tubuhnya, ia tetap dalam posisi tidurnya.
"Tolong jaga anakku." kata Dasha, dan lagi-lagi dahi Arsen bersinar lalu menghilang seperti semula sebagai tanda bahwa roh spirit Api mendengar perkataan Dasha tadinya.
"Ayo Abi, kita harus ke kamar yang lain sebelum mereka bangun." Dasha pun berjalan menuju pintu kamar Arsen dengan perlahan takut membangunkan putranya itu.
Saat bayangan Dasha sudah menghilang dan terdengar bunyi pintu yang tertutup. Arsen membuka matanya, ia tadi hanya berpura-pura tidur, ya, Arsen sudah bangun sedari tadi. Cuman ia penasaran apa yang Ibunya lakukan saat masuk kekamarnya tadi, dan ternyata Ibunya masuk untuk memberikan sihir padanya. Tanpa disadari oleh dirinya juga air matanya menetes begitu saja. Arsen tidak bodoh, ia tau jika seorang pemilik sihir suci memberikan sihirnya maka ia akan mati. Arsen pernah membaca itu saat ia mengunjungi menara sihir milik Ayah Lucas sewaktu kecil.
"Kenapa? Kenapa harus Ibu?" isaknya mencoba menahan airmatanya agar tidak jatuh, tapi sayangnya airmata itu jatuh dengan sangat deras. Sedewasanya Arsen tetap saja ia hanya anak kecil berumur 7tahun yang sangat perlu perhatian dan kasih sayang seorang Ibu.
---
-Akhirnya tugas Dasha sudah selesai. Ia sudah mengantarkan roh spirit itu pada anak-anaknya. Roh Api bersama Arsen, Roh Air bersama Atrio, Roh Angin bersama Eros, Roh Tanah bersama Scarlet, dan terakhir Roh Putih bersama Xander. Hhh, Mungkin keturunan Xander nanti akan tetap menjadi seorang Penyihir Agung tanpa bisa menguasai Sihir Elemen.
"Kau sudah membaginya?" suara tiba-tiba Leon yang sukses membuat Dasha terjengit kaget.
"Benar."
"Kau mau jalan-jalan? Hari ini aku tidak akan bekerja dan akan menghabiskan hariku bersama istri." Leon mengulurkan tangannya, Dasha pun tersenyum hangat dengan bibirnya yang kering dan pucat itu. Ia pun meraih tangan Leon dan menerima ajakan lelaki itu untuk berjalan-jalan.
Dari sini tampaklah sepasang suami istri yang tengah bergandengan romantis. Dasha yang menyelipkan tanganya dilengan Leon dan Leon pun terus mengusap tangan Dasha yang memeluk lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Descendants
FantasySUDAH TAMAT (Bukan Novel terjemahan, 100% original) ------ Dasha Abella, seorang gadis muda yang sedang pusing memikirkan tugas akhirnya itu, tidak menyangka akan masuk kedalam dunia asing yang tidak ia kenal sama sekali. Dunia penuh sihir, dimana...