Empat puluh satu :
—Arsen Istvan, Putra pertama yang lahir dari hubungan Dasha dan juga Leon. Ya, hanya selisih 10 menit dari kelahiran Arsen, Atrio Istvan pun lahir ke dunia. Mereka kembar tapi hanya warna rambut dan bola mata saja yang sama. Jika dilihat lagi wajah mereka tidak mirip, malah wajah mereka lebih mirip dengan kedua orangtuanya. Arsen mirip dengan Leon sedangkan Atrio lebih mirip dengan Ibunya. Walau Arsen menyerupai 11 12 dengan Leon, tapi percayalah sifatnya berbeda.
Arsen yang terlahir sebagai anak pertama dari keturunan Dewa dan Dewi itu sangat menyayangi adik-adiknya dan juga keluarganya. Ia tumbuh menjadi anak kecil yang sudah berpikir kedepan, sikapnya dewasa dan adil serta bijaksana dalam menghadapi juga memutuskan sesuatu sehingga membuat Dasha dan juga suami-suaminya sangat percaya pada Arsen. Dulu sekali, memang benar Arsen sangat ingin bertemu dengan Ayah kandungnya. Tapi ia sekarang menyesali itu, ya, ia baru tau Ayahnya adalah orang yang sangat egois. Apa maksud Ayahnya telah mengusir Ibu, ia serta Atrio saat masih didalam kandungan hanya demi sebuah rencana? Apakah itu masuk diakal?
Dukk
"Lelaki itu memang tidak pantas menjadi suami Ibu apalagi menjadi Kaisar disini." kesalnya sambil menutup buku yang ia baca tadi. Arsen sangat tidak fokus membaca karena memikirkan betapa bodoh serta egoisnya lelaki yang menjadi Ayahnya itu.
Arsen termenung, apa jadinya jika ia dan Ibunya kembali ke istana? Tidak ada yang menjamin jika sang Ayahnya itu tidak akan melakukan hal bodoh seperti dulu lagi bukan? "Benar, Ibu tidak boleh kembali bersama dengan Kaisar bodoh itu." putusnya lalu mulai beranjak dari kursi.
"Mau kemana Arsen?" masuk Leon, lelaki itupun langsung menutup pintu kamar anak laki-lakinya itu. Untung saja ia segera datang kesini, telat sedikit mungkin Arsen sudah pergi entah kemana.
Arsen yang masih berdiri ditempatnya tadi, menaikkan salah satu alisnya, karena merasa penasaran ada urusan apa lelaki dewasa itu datang menemuinya.
"Ada urusan apa Yang Mulia Kaisar datang menghampiri saya?" tanyanya santai namun terdengar ketegasan didalamnya.
Leon tertawa kecil sebentar lalu melangkahkan kakinya mendekati putranya, "Apa salah jika Kaisar ini ingin bertemu dengan putranya?" terlihat wajah Arsen yang berubah menjadi lebih-lebih tak suka pada Leon. "Apa Yang Mulia Kaisar mempunyai anak? Saya tidak pernah tau hal itu, karena yang saya tau adalah Yang Mulia Kaisar mengusir Ratunya yang sedang mengandung demi sebuah rencana." balasnya menusuk.
Kening Leon mengerut, ia berpikir didalam benaknya siapa yang berani mengajari anaknya itu berperilaku tidak sopan seperti ini? Arsen yang bisa membaca pikiran orang lain melalui raut wajahnya itu pun langsung menyambar pikiran Leon, "Tidak ada yang mengajari saya seperti ini, karena saya belajar sendiri dan tentu ini adalah yang diturunkan oleh Ayah kandung saya." Arsen menyeringai puas.
Tak marah mendengar hal yang mungkin sudah kurang ajar itu, Leon justru bangga pada putranya. Ya, Arsen sangat mirip dengannya waktu kecil.
"Baiklah, terserah jika kau membenciku Arsen tapi ada satu hal yang harus kau ketahui. Ibumu setuju kembali ke istana, jadi kau harus ikut juga bukan?"
Kaget, tapi Arsen mencoba menutupi itu. Karena ia sudah menduga juga jika Ibunya akan setuju.
"Benarkah? Jika begitu biar saya tebak, apakah Yang Mulia Kaisar akan membujuk saya juga?"
"Benar." jawabnya cepat.
Arsen mendengar jawaban itu berdecih, "Sepertinya akan sulit Yang Mulia, saya tidak percaya pada perkataan Yang Mulia. Bagaimana saya bisa yakin dan percaya jika Yang Mulia tidak akan menyakiti Ibu serta adik-adik saya nantinya." Arsen menatap tajam pada Leon.
"Aku akan bersumpah. Jika Ibumu tersakiti olehku atau bahkan meninggal aku akan menyusul sehari setelah ia meninggal." ucap Leon penuh keyakinan, ia pun menempatkan tangannya ke dada kirinya sebagai bukti jika ia benar bersumpah akan hal itu.
"Baiklah jika begitu, saya akan ikuti kemauan Ibu." kata Arsen yang membuat Leon tersenyum bahagia. Akhirnya Leon bisa membawa istri serta anak-anaknya kembali kedalam jangkauannya.
---
—Ketika semuanya sudah setuju, mereka pun langsung berkemas karena dihari itu juga mereka akan kembali ke istana. Terlihat disana wajah siapa yang paling bahagia diantara wajah-wajah yang lain, ya, benar, wajah Leon-lah yang paling bahagia.
Dibalik wajah bahagia seseorang akan ada wajah sedih dari seseorang juga bukan? Dan itu adalah Kenneth. Sebenarnya Kenneth sangat-sangat tidak senang akan hal ini, karena ia akan jauh dari istri serta kedua anaknya. Mau bagaimana lagi, Dasha akan kembali dengan kedua anaknya setelah masa waktu dengan Leon berakhir. Hanya bersabar yang kini harus diterapkan oleh Kenneth juga Lucas.
Disaat suasana yang menyedihkan bagi Kenneth, tiba-tiba saja Lucas merasa ada hal yang aneh di kekaisaran Niels. Lebih tepatnya dibagian selatan dari kekaisaran Niels.
"Mengapa aku merasakan ada udara yang sangat dingin disebelah selatan kekaisaran? Dan perasaan apa ini?" gumamnya pelan namun terdengar oleh Kenneth, "Ada apa?" tanya Kenneth langsung karena curiga.
"Tidak tau, sepertinya ada masalah disebelah selatan." Lucas memandang kearah bagian selatan dari jendela yang tak jauh ditempat ia berdiri.
Semua rasa curiga kedua lelaki itu pun terjawab saat Gil, kaki tangan dari Kenneth datang melapor.
"Salam Tuan, maaf mengganggu tapi ini sangatlah penting. Saya mendapat kabar bagian selatan kekaisaran tiba-tiba menjadi beku dan turun salju yang sangat lebat. Awalnya hanya beberapa bagian selatan saja, tapi lama kelamaan merambat hampir setengah kekaisaran sudah tertutup salju Tuan. Jika didiamkan lagi maka setengah kekaisaran akan tertutup salju." lapornya, mata Kenneth dan Lucas pun membulat sempurna karena kaget.
"Kau pergilah, bantu rakyat yang terkena dampak mengungsi." perintah Kenneth dan langsung saja Gil pergi melaksanakan tugasnya.
Tak lama dari kepergian Gil, Leon dan Dasha datang.
"Sepertinya aku tidak perlu menjelaskan lagi apa yang terjadi karena sepertinya orang kepercayaanmu sudah mengatakannya," kata Leon diangguki oleh Kenneth dan Lucas.
"Baguslah jika benar kalian berdua sudah tau, aku akan segera menyusul Ramon ke sebelah selatan. Kalian tolong jaga Dasha dan anak-anak kembali ke istana karena istana berada disebelah utara. Aku akan menghentikan kejadian ini dengan cepat." imbuh Leon bersiap-siap membuka teleportasi. Leon dan Kenneth memang bisa berteleportasi tapi waktu mereka lebih lama dibanding teleportasi Lucas.
"Kau akan sulit jika sendirian Leon, apa sekarang kau juga akan merencanakan sesuatu sendiri tanpa kami?" Dasha meraih tangan Leon, mencegahnya. "Bukankah kau tau jika yang melakukan ini adalah Naga hitam? Kau akan sulit menghadapinya Leon, berhentilah menanggung semuanya sendiri. Bukan hanya kau yang menjadi keturunan para Dewa. Ada Kenneth dan juga Lucas, serta aku istri kalian yang menjadi keturunan Dewi. Apa gunanya aku jika kalian saja masih memanjakanku untuk tidak ikut urusan ini!" semuanya terdiam. Mereka mencerna setiap kata yang terucap dari mulut Dasha memang benar adanya.
"Jika benar Naga hitam, maka kita harus bersama-sama pergi." sahut Kenneth.
"Baiklah, mari berteleportasi, aku akan membuka gerbang teleportasi langsung ketempat kejadian. Dan bersiaplah kalian untuk memakai pakaian hangat." kata Lucas dengan ceria.
Semuanya mengangguk paham dan penuh keyakinan. Kali ini siapa yang membangunkan Naga hitam yang sudah tertidur ratusan tahun, apakah ini Effie? Tapi rencana apa yang ia buat?
---
The last descendants
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Descendants
FantasySUDAH TAMAT (Bukan Novel terjemahan, 100% original) ------ Dasha Abella, seorang gadis muda yang sedang pusing memikirkan tugas akhirnya itu, tidak menyangka akan masuk kedalam dunia asing yang tidak ia kenal sama sekali. Dunia penuh sihir, dimana...