Part 8

11.4K 1.6K 9
                                    

Kedelapan :

—Cinta, satu kata lima huruf yang membuat orang menjadi gila saat terkena cinta. Bertemu dengan Violet tadi menjadikan Dasha termenung. Memang benar dari dulu sampai sekarang terkadang jika sudah cinta apapun akan diperbuat. Seperti tadi ini, Violet yang tiba-tiba mendatangi Dasha seperti seorang pelakor yang merebut suaminya. Astaga, ini membuat Dasha merinding. Ya, Dasha akui Lucas tampan, apalagi rambut kuning keemasannya itu ingin sekali Dasha menyentuhnya, pasti sangat lembut. Membicarakan Violet dan Lucas, sepertinya gadis itu mengalami cinta yang bertepuk sebelah tangan. Benar, Dasha yakin seratus persen asli tanpa pengawet, bahwa Lucas tak menyukai Violet. ckckck Gadis yang malang.

Sehabis memikirkan kejadian tadi, Dasha menjadi teringat kembali dengan dua calon suaminya lagi. Kenapa mereka berdua tidak menemui Dasha ya? Apa mereka tidak peduli dengan pesan itu? Dasha kembali berpikir mencoba menjawab sendiri pertanyaan yang terlintas diotaknya.

"Nona?!" pekik Abigail tiba-tiba.

Untung saja Dasha sudah terbiasa, ia tidak lagi terjengit kaget mendengar pekikan Abigail tiba-tiba. Jika tidak terbiasa, mungkin Dasha sudah terkena serangan jantung diusia muda, amit-amit.
"Ada apa Abi?" Dasha menoleh pada pelayannya itu yang masih berdiri diambang pintu.

Abigail, pelan-pelan mendekati Nonanya. "Ada kabar bagus." Dasha mengernyit, "Apa?" tanyanya.

"Besok Duke Bartlett akan menemui Nona!" jawab Abigail yang berlonjat kegirangan. Dasha tersenyum melihat Abigail yang tampak bahagia sekali dan terlihat sangat bersahabat dibanding sebelumnya. Dasha sedikit terkejut dengan perubahan Abigail yang sekarang, ya mungkin memang ini sifat asli gadis itu.

"Duke Bartlett? Apakah ia juga keturunan terakhir Dewa?" Abigail mengangguk. Dasha membulatkan bibirnya seraya menganggukkan kepalanya paham. Baru tadi ia berpikir mengapa dua calon suaminya tidak menemui Dasha kekuil, dan ternyata saat ini ia mendengar kabar salah satu dari dua calon suaminya itu akan datang besok. Hmm.. sepertinya Dasha harus bersiap kembali menyambut Duke Bartlett.

---

Mansion Earl Collin kedapatan tamu tiba-tiba, ya, tamu itu adalah Nona Violet Avel. Seperti sudah bisa meramal akan kedatangan Violet, Effie sudah siap menyapanya didepan pintu. Terlihat wajah marah serta kesal yang terukir dari Nona muda keluarga Avel itu, untung Effie sudah terbiasa dan tentu dapat menebak apa yang membuat temannya ini sampai mengeluarkan ekspresi seperti itu, ya, Penyihir Agung.

Salah satu ruangan yang ada di mansion Earl Collin, menjadi tempat persinggahan mereka berdua dan sebagai tempat Effie mendengar semua kekesalan serta umpatan yang Violet lafalkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salah satu ruangan yang ada di mansion Earl Collin, menjadi tempat persinggahan mereka berdua dan sebagai tempat Effie mendengar semua kekesalan serta umpatan yang Violet lafalkan. Ditemani dengan teh hangat khas kekaisaran Niels serta kue kering memperlengkap obrolan mereka saat itu.

"Jadi apa yang membuat Nona Violet marah seperti ini?" tanya Effie, menaruh cangkir tehnya dilepek yang ia pegang.

"Kau tau tidak gadis yang ada dikuil itu? Kurang ajar sekali dia merayu Penyihir Agungku. Lihat saja apa yang aku lakukan padanya nanti!" jawab Violet dengan kekesalan..

The Last Descendants Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang