Part 32

4.4K 670 24
                                    

Tigapuluh dua :

Kejadian diruang kerja Leon sewaktu itu membuat Dasha pergi meninggalkan kekaisaran Niels untuk pengasingan. Entah sampai kapan pengasingan itu tapi yang jelas pasti akan memakan waktu lebih lama. Disaat Dasha ingin menaiki kereta kuda untuk pergi dari istana, ia menoleh sebentar kearah istana yang beberapa minggu ini menjadi rumahnya. Wanita itu menghela napasnya, karena kedatangan dan kepergian ia ke istana ini sangat berbeda.

Ya, katakan Dasha bodoh yang dihatinya masih mengharapkan sosok lelaki itu berlari dari dalam istana, mencegah dan memohon agar Dasha tidak pergi. Tapi baguslah, melihat semua itu hanya harapan yang tidak akan terjadi. Dasha semakin membenci lelaki itu, dan sepertinya ini semakin jelas bahwa kekaisaran ini memang tidak membutuhkan dirinya lagi. Lihat saja satu pelayan pun tidak ada yang mengantarnya. Sialan.

"Dasha, apa ada yang tertinggal?" tanya Kenneth membuyarkan semua pikiran Dasha. Wanita itu sedikit tergagap menanggapi pertanyaan suaminya, tapi ia mencoba menenangkan dirinya seperti biasa supaya lelaki berstatus Duke itu tidak curiga, lalu ia masuk kedalam kereta kuda tanpa menoleh lagi kearah istana.

Mungkin ini untuk terakhir kalinya wanita bernama Dasha Odelia menginjakkan kakinya di istana ini, karena ia tidak akan mengurusi lagi masalah yang berkaitan dengan lelaki itu. Ck, persetan dengan kewajiban menjadi istri. Lelaki itu saja tidak menganggapnya sebagai istri, jadi untuk apa? Agak sulit memang mengurus perceraian di kekaisaran ini apalagi status Leon adalah Kaisar, tapi demi apapun Dasha hanya akan menganggap Kenneth dan Lucas saja sebagai suaminya!

---

Sejujurnya Dasha tidak tau dimana tempat mansion Kenneth berada selain mansionnya yang mewah di kekaisaran Niels. Ia hanya menikmati perjalanan menuju mansion itu dengan penuh tanda tanya didalam otaknya saat kereta kuda yang ia tumpangi itu masuk kedalam lingkaran berwarna ungu didepan.

Refleks saat kereta kuda itu masuk kedalam lingkaran berwarna ungu itu, Dasha menggenggam tangan Kenneth erat sambil menutup mata. Lekaki itu tersenyum gemas melihat kelakuan istrinya itu, ingin rasanya ia mengatakan kepada seluruh dunia bahwa istrinya, Dasha Odelia itu sangat menggemaskan dan ia bangga memiliki istri sepertinya.

"Bukalah matamu sayang." bisik Kenneth, yang tentu saja deru napasnya yang hangat dapat dirasakan oleh Dasha dan membuat telinga wanita itu sukses memerah.

"Eee.. Apa sudah sampai?" tanyanya gugup.

Kenneth tersenyum, ia mengelus pipi Dasha dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. Disaat-saat seperti ini, Dasha mulai curiga dengan julukan yang melekat pada Kenneth. Percayalah, sekarang Kenneth bukanlah seperti julukan yang dibuat oleh orang-orang, karena julukan yang pantas untuk lelaki itu sekarang adalah anak anjing yang menggemaskan!

"Bisa kau berhenti mengelus pipiku dengan tatapanmu yang seperti itu?" Kenneth menggeleng. Lelaki itu terus mengelus pipi Dasha, menganggumi betapa halusnya kulit wanitanya. "Ken, kereta kudanya sudah berhenti." Dasha menggenggam tangan lelaki itu yang menyentuh pipinya.

Memang, apapun yang dilakukan jika bersama dengan Dasha akan terasa lebih cepat. Kenneth menghela napasnya berat, dan dengan sangat berat hati juga ia keluar dari kereta kuda itu. Ia masih ingin berduaan dengan istrinya tau!

 Ia masih ingin berduaan dengan istrinya tau!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Last Descendants Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang