Part 23

5.5K 846 12
                                    

Duapuluh Tiga :

Pasar, adalah salah satu tempat paling ramai dikunjungi oleh rakyat di kekaisaran Niels. Ya, mau dihari apapun tempat yang banyak penjual dan pembeli itu selalu ramai, dan disini Dasha serta Abigail melakukan aksinya mengorek informasi tentang rumor yang beredar.

pssstt pssstt

Suara bising tentu sudah menjadi hal yang lumrah di pasar, ah jangan lupakan suara teriakan para pedagang yang berjualan mempromosikan dagangan mereka. Sedari tadi, Dasha dan Abigail berjalan mencari informasi tapi tidak ada satu orangpun yang membicarakan mengenai rumor. Apa yang terjadi? Apa mereka sudah tobat? Atau mereka sudah tau yang sebenarnya? Karena merasa tak puas, Dasha mengajak Abigail masuk kedalam toko perhiasaan yang letaknya sedikit menjauh dari keramaian pasar. 

tringg

Lonceng kecil yang dipasang diatas pintu masuk itu berbunyi, refleks tatapan para pengunjung yang dapat ditebak rata-rata dari kalangan bangsawan itu menoleh kearah pintu. Huft, untung Dasha dan Abigail memakai jubah untuk menutupi rambut dan wajah mereka, sehingga para pengunjung yang menoleh itu tak mengenal mereka berdua.

Setelah keadaan kembali seperti semula, pelan-pelan Dasha sedikit mendekatkan dirinya dengan dua wanita paruh baya yang tengah asik memilih perhiasaan.

"Silakan dilihat-lihat Nona." kata penjaga toko tersenyum.

Lumayan lama Dasha menunggu Ibu-ibu itu untuk segera berguncing, ah semoga saja pilihan Dasha benar mendekati kedua wanita paruh baya ini. Karena ya tau kan, mulut Ibu-ibu itu pasti gatal jika tidak merumpi.

"Hei, ngomong-ngomong kau dengar tidak rumor yang beredar. Ya aku dengar dari beberapa pelayanku tadi sebelum pergi kesini. Masalah itu, si keturunan Dewi." ucap salah satu dari mereka sambil mencoba cincin di toko tersebut.

"Hush, jangan bahas itu. Kau mau kehilangan kepalamu? Lebih baik jangan membahas rumor itu lagi." jawab rekannya, was-was.

Mendengar percakapan singkat itu membuat Dasha kebingungan. Bukankah rumor ini tadi pagi sangat ramai, kenapa siangnya menjadi sirna begitu saja?

Mungkin salah satu wanita paruh baya itu belum mengetahui maksud dari jawaban rekannya, wanita itu pun kembali bertanya, "Kenapa memangnya? Kenapa tidak boleh membicarakannya lagi?" terlihat rasa penasaran yang besar dari kedua bola mata wanita itu. Sedangkan temannya menengok kekanan dan kekiri memastikan bahwa pengunjung lain sedang sibuk sekarang. Ia pun sedikit merapatkan badannya hendak berbisik, ah sialan. Bagaimana Dasha bisa mendengar bisikan itu!

"Tadi pagi setelah rumor itu ramai, si pelayan yang menyebarkan rumor pertama kali itu mati. Jika kau tidak percaya lihatlah dialun-alun banyak sekali kepala para orang yang menyebarkan rumor tergantung dengan mata yang melotot." bisiknya. Dasha tidak terlalu dengar tapi untung saja wanita itu mengulang kembali bisikan rekannya dengan suara yang sedikit keras. Ya, cukup untuk Dasha tau isi dari bisikan mereka.

Siapa yang melakukan itu semua? Apakah pelakunya salah satu keturunan Dewa?

---

Srekk srekk

Lembaran demi lembaran dibuka oleh Kaisar tampan kita, Leon. Walau sekarang ia tengah sibuk membaca laporan, tapi entahlah pikirannya tidak fokus pada tulisan yang sangat sulit dibaca bagi kita. Ya, jika kalian menebak pikiran Leon sekarang tengah sibuk dengan rumor Dasha itu benar. Lelaki berambut hitam legam itu tampaknya sedang menunggu kedatangan seseorang. Ah mungkin saja kaki tangannya itu yang ia tunggu.

tok tok

Ketukan pintu yang keras namun masih sopan itu terdengar, membuyarkan pikiran Leon yang tengah sibuk dengan rumor calon Ratunya. Ya, sekarang bisa dibilang calon Ratu karena Dasha sudah setuju untuk menikah.

"Masuk." ucap Leon dengan tegas.

Tanpa perlu pengulangan lagi pintu itu terbuka dan terlihatlah sosok lelaki dengan badan yang sudah dapat dilihat profesi dari dirinya itu apa.

"Lapor Baginda. Semua perintah sudah saya laksanakan." lapornya dengan berlutut. Terlihat bibir Leon yang awalnya diam, tiba-tiba kedua sisi bibirnya itu ketarik membuat ukiran senyuman yang menjadikan wajah lelaki itu tidak sedingin sebelumnya.

"Bagus. Pantau lagi saja Ramon, segera habisi rakyatku yang masih membicarakan rumor tentang Dasha. Mereka memang harus mendapatkan hadiah bukan? Hahaha.." Leon mengakhiri perkataannya dengan tawa yang keras. Oh, ayolah siapapun yang mendengarnya akan langsung bergedik ngeri, juga tak akan percaya jika itu adalah Kaisar mereka yang ramah tamah. Ck, sungguh pintar Leon menutupi sifat aslinya.

Beralih dari Leon, kita menuju ke menara sihir tempat Lucas. Eh, tunggu mau kemana Lucas? Lelaki berbola mata kuning keemasan persis seperti rambutnya itu tengah bersiap-siap memakai jubah penyihirnya dan ditemani dua muridnya.

"Guru, apakah kau yakin? Bukankah sebentar lagi kau akan menikah?" tanya muridnya. Lucas tak bergeming ia segera menyiapkan portal teleportasinya. "Sudahlah, ini lebih penting. Aku tidak mau asap hitam itu akan datang di ritual pernikahanku." ketusnya lalu masuk kedalam lingkaran berwarna ungu didepannya itu, disusul dengan kedua muridnya.

Bagai kedipan mata saja, kini Lucas dan kedua muridnya itu sudah berada didalam hutan kematian. Hutan yang penuh dengan kabut dan gelap itu sangat menyeramkan, tapi untung saja Lucas sudah khatam dengan hutan ini. Lelaki itu berjalan dengan santai, tak memperdulikan kedua muridnya yang sedikit khawatir mendapatkan serangan tiba-tiba.

"Tenanglah tidak ada yang akan menyerang, disini tidak ada hewan yang menakutkan kecuali Naga hitam yang masih tidur di kawah gunung." ucap Lucas tanpa menoleh kebelakang. Tapi syukurlah, ucapan itu bagaikan angin pagi yang sangat menyejukkan, membuat kedua muridnya menjadi lebih santai tanpa ada rasa khawatir.

Setelah berjalan cukup lama, mereka bertiga sampai disalah satu pohon paling besar yang ada di hutan.
"Guru, pohon apa ini?" tanya muridnya yang perlahan mendekati pohon itu. "Jangan disentuh batangnya, apa kalian tidak merasakan auranya?" kedua muridnya menggeleng.

Terdengar helaan napas dari Lucas, astaga sepertinya para muridnya ini harus dilatih kembali. Bagaimana mungkin aura yang lumayan kuat ini tidak terasa.
"Memang aura apa guru?", Lucas belum menjawab, lelaki itu mendekati pohon besar yang berdiri kokoh didepannya. Menyentuh batang pohon itu dan seketika ia semakin yakin pohon ini memiliki aura yang jahat dari penyihir hitam. Mungkinkah pohon ini adalah titik kumpul mereka sehingga aura dari penyihir hitam sangat kuat dipohon ini? Ah masabodo, yang penting Lucas harus segera menghancurkan pohon ini.

"Guru apa guru akan menghancurkan pohon itu?" tanya kembali muridnya. Benar-benar salah Lucas mengajak kedua muridnya ini, lebih baik ia pergi sendiri saja jika harus mendengar pertanyaan terus menerus dari muridnya.

"Bisakah kalian diam?! Ya, aku akan menghancurkan pohon ini!" pekiknya, lalu dengan cepat ia menghancurkan pohon besar itu.

Kehancuran pohon besar itu, membuat Lucas mendapatkan tepuk tangan kagum dari kedua muridnya. "Guru memang terbaik." ucap mereka kompak, dan tentu awalnya Lucas tidak mau bangga, tapi ya sudah diberi tepuk tangan berbangga sedikit boleh lah.

Semoga saja dengan hancurnya pohon itu, mereka tidak ada lagi tempat berkumpul. Karena ya mau dimana lagi, setiap sisi hutan ini sudah diberi sihir oleh Lucas agar tidak ditempati mereka, kecuali gunung yang ada ditengah hutan ini.

Namun, sepertinya Lucas harus mencari lagi tempat persembunyian penyihir hitam. Karena sekarang seorang gadis tengah tertawa setelah Lucas menghancurkan tempat berkumpulnya para penyihir hitam di hutan kematian.
"Baguslah, hancurkan saja dengan begitu para penyihir hitam lain tidak mendapat tempat lagi dan mati. Hahaha, tapi itu tidak berlaku padaku wahai Penyihir Agung, karena tempatku dekat denganmu. Hahahaha..." kata gadis itu yang tak henti-hentinya tertawa. Setiap penyihir hitam merasakan jika pohon tempat mereka berkumpul sudah dihancurkan karena mereka sudah terikat sekali dengan pohon itu. Ya, seperti perkataan gadis itu, walau ia merasa juga tapi ia tidak seberapa sakit karena tempatnya yang sesungguhnya ada didekat ruang rahasia Lucas dan lelaki itu tak merasakannya.

---

the last descendants

Sebenarnya ya, hutan kematian ini ada dicerita the protagonist villain juga yang persi ebook. Jadi yang udah baca sampe abis pasti tau awkwkw..

The Last Descendants Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang