SUDAH TAMAT
(Bukan Novel terjemahan, 100% original)
------
Dasha Abella, seorang gadis muda yang sedang pusing memikirkan tugas akhirnya itu, tidak menyangka akan masuk kedalam dunia asing yang tidak ia kenal sama sekali.
Dunia penuh sihir, dimana...
—Taman kuil yangsejuk dan nyaman menjadi tempat terbaik untuk latihan Dasha dalam mengendalikan sihir sucinya. Ya, dipandu dengan Lucas, Dasha sedikit demi sedikit sudah mulai bisa mengendalikan sihir yang ada dalam dirinya itu. Terdengar beberapa kali Lucas berkata untuk terus fokus dan memusatkan mananya dalam satu titik. Dasha melakukan semua arahan dari lelaki berambut kuning keemasan itu, dan hasilnya kini kepekaan Dasha juga sudah mulai meningkat mungkin dari awalnya 0% meningkat menjadi 20% ya lumayanlah. Setelah merasa mulai ada kemajuan, Dasha menjadi lelah karena lumayan menguras mananya, ia pun beristirahat dengan duduk dipohon yang rindang ditaman itu.
"Ternyata sangat lelah ya." gumamnya sambil menyeka keringat yang ada dikeningnya.
Lucas mendekati gadis itu, ia duduk disebelahnya sambil menatap Dasha dengan tangan kirinya sebagai tumpuan. Memandangi betapa cantiknya gadis yang akan menikah dengannya itu nanti. Dasha yang merasa ditatap seperti itu menjadi salah tingkah, ya bagaimana tidak salah tingkah jika ditatap seperti itu oleh lelaki tampan. "Tuan, kenapa menatapku seperti itu." ucapnya mengalihkan pandangan.
"Kau cantik." kata Lucas dengan cepat.
Deg
Dasha langsung menoleh kearah lelaki itu, sepertinya ia yang salah dengar, benarkan? Jangan sampai nanti Dasha menjadi baper. "Tuan!" pekiknya, Lucas tertawa melihat ekspresi dari Dasha lalu diakhiri dengan menghela napasnya singkat, "Kau keturunan terakhir Dewi kan? Apa kau sudah bertemu dengan semua keturunan Dewa?" tanya Lucas.
Dasha terdiam, pandangannya kini beralih keawan putih yang terus bergerak diatas, "Belum semua." jawabnya singkat. Lucas kembali menatap dalam-dalam gadis disampingnya walau sang gadis masih berfokus pada awan putih yang bergerak. Sedikit kesal karena Dasha lebih memilih melihat awan dibanding wajah Lucas yang tampan. Apa ia sihir saja ya awan itu menjadi gelap biar Dasha tidak memandang lagi awan itu?
"Kenapa Tuan bertanya seperti itu?" imbuh Dasha yang masih terus memandang pergerakan awan. Lucas menghela napasnya berat, "Menurutmu bagaimana penampilan keturunan Dewa yang belum kau lihat itu?" tanyanya lagi yang kini mengikuti arah pandangan Dasha melihat awan yang bergerak, dan ternyata seru juga.
Dasha termenung, ia juga belum terpikirkan bagaimana penampilan keturunan Dewa yang belum ia temui. Dilihat dari Leon dan Kenneth kemungkinan yang ketiga ini juga tak kalah tampan. "Mungkin yang terakhir ini juga tampan dan berwibawa seperti Baginda Kaisar dan Tuan Duke." ucap Dasha. Lucas tersenyum, ia kembali menatap gadis itu dan berkata, "Aku orangnya."
Jderr
Dasha terpelangak. Jadi selama ini Lucas adalah orang ketiga itu?
"Kau kaget?" tanya tidak masuk akal Lucas, tentu saja kaget!
"Kenapa Tuan tidak memberitahuku sejak awal?"
Lucas menunduk, ia memainkan jarinya seperti anak kecil yang terkena omelan oleh sang Ibu. "Agar lebih dekat denganmu." lirihnya. Dasha mengusap wajahnya dengan kasar. "Baiklah tidak masalah, jadi Tuan adalah Penyihir Agung?" Lucas mengangguk. Sungguh terlihat menggemaskan!
Ditengah percakapan mereka, tanpa disadari oleh keduanya seorang gadis datang menjadi perusak suasana, ya Violet. Gadis itu datang kekuil dengan unsur sengaja, ya walau ia izin dan berkata pada pendeta tua untuk berdoa. Padahal niat awalnya satu, untuk melihat Dasha dan mengatainya. Tapi siapa sangka saat ia berjalan mengelilingi kuil, ia melihat rambut kuning keemasan yang membuat senyumnya lebar dari kuping ke kuping. "Salam Tuan Penyihir Agung." sapanya lembut. Lucas yang mendengar suara sapa yang mengerikan langsung menoleh kesumber suara. Sialan, umpat Lucas.
Sedangkan Dasha yang malas melihat gadis itu, ia langsung meninggalkan tempat tanpa berpamitan terlebih dahulu. Lagipula ia sudah lelah sehabis latihan mengendalikan sihirnya. Ingin dicegah awalnya dengan Lucas tapi Violet menghadang dirinya. Lucas berdecak, sudahlah jika seperti ini lebih baik kembali kemenara sihir, batinnya kala itu. Akhirnya Lucas langsung berteleportasi dan itu membuat Violet berteriak kesal.
---
—Dilain tempat terlihat seorang gadis memakai gaun berwarna hitam lengkap dengan tudung transparan dengan warna yang senada dengan gaunnya. Gadis itu berjalan menyusuri hutan dengan santainya seperti sudah terbiasa berjalan dibebatuan dan tanah yang sedikit lembek, ia juga memegang sebuah bucket bunga ditangannya, sepertinya gadis berambut pirang itu hendak berziarah ke makam seseorang. Entahlah makam siapa yang akan ia kunjungi saat ini. Lumayan cukup jauh ia masuk kedalam hutan sampai pada ia melihat sebuah batu besar itu, langkahnya langsung terhenti tepat beberapa meter didepan batu besar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gadis itu berjalan perlahan lalu ditaruhnya bunga yang dibawanya tadi. Perasaan rindu, sedih, dan kecewa menjadi satu dalam diri gadis itu. Sampai-sampai satu tetes airmatanya lolos keluar dari matanya.
"Ibu... Bagaimana kabarmu?" tanyanya pada batu besar itu. "Kau pasti bahagia bukan disana? Ibu, kau tau sekarang aku sudah menjadi kuat, aku belajar sihir hitam dengan giat dan Ayah bangga padaku Ibu." ucapnya dengan sedikit isakan. Mungkin karena saking sedihnya, setelah gadis itu mengucapkan kalimat tadi ia langsung terduduk ditempat lalu menangis sejadi-jadinya. Walau ia terlihat kuat sebenarnya ia adalah gadis yang lemah dan sangat rindu dengan Ibunya.
Saat ditengah tangisannya itu, seorang kesatria lelaki mengampirinya. "Nona Effie, saya sudah mendapatkan informasi mengenai pesan Dewa sewaktu itu." lapornya.
Ya, gadis itu adalah Effie Collin. Setelah mendengar suara dari kesatria yang selalu didekatnya itu, ia pun bangun dan mengusap bekas jalan airmatanya dipipi. "Katakan." kesatria itu mengangguk, "Nona, isi pesan itu mengatakan bahwa keturunan terakhir Dewi harus menikah dengan tiga keturunan terakhir Dewa."
Effie menyeringai, lalu disusul dengan suara tawa yang sangat keras. "Hahaha... Dewa sangat konyol bukan hahahahah...." sehabis tawanya itu ia langsung kembali dengan ekspresi awalnya, "Aku tidak bisa menerimanya. Jika tiga keturunan Dewa berarti Baginda Kaisar termasuk bukan?" kesatria itu mengangguk lagi, "Ck, sayang sekali, padahal aku tidak mau berurusan dengan gadis itu tapi ia ingin merebut gelar Ratu dikekaisaran ini. Hmm.. sepertinya aku harus menjalankan balas dendam itu. Benarkan Ibu?" ucapnya dengan tatapan yang menyeramkan.
"Nona yakin akan melakukannya?" tanya kesatria itu, memastikan kembali.
"Tentu saja, sepertinya aku harus berakting lagi Thomas. Hhh.. Melelahkan sebenarnya, tapi demi kelancaran rencana, aku harus melakukannya." jawab Effie, tersenyum kepada kesatria yang bernama Thomas itu. "Ayo kita kembali, Ayahku pasti sudah menunggu di mansion." sambungnya lalu berjalan meninggalkan makam Ibunya.
Tidak tau apa maksud dari perkataan Effie mengenai balas dendam. Yang pasti awalnya ia tidak tertarik dengan hal itu, tapi sekarang gadis bernama lengkap Effie Collin menjadi tertarik akan kata balas dendam, karena isi pesan dari Dewa yang turun sewaktu itu. Bagaimana ini? Apa akan terjadi sesuatu yang buruk?
"Thomas, bukankah hari harvest sebentar lagi?" tanya Effie dalam perjalanan pulang. Kesatria itu pun langsung menjawab, "Benar Nona, tinggal hitungan hari lagi hari harvest akan tiba dan seperti biasa doa dikuil suci dan pesta di istana akan segera diselenggarakan." Effie nampak tersenyum bahagia mendengar itu, mungkin saja rencana awalnya akan dimulai saat acara itu?
"Aku sudah tidak sabar." monolognya, tersenyum melihat kearah luar kereta kuda.
---
the last descendants
plis, ini ngebosenin kagak si? tolong jawab ya gais.