Part 17

6K 955 16
                                    

Ketujuhbelas :

—Ruangan kerja Leon menjadi tempat berkumpulnya mereka. Udara yang dingin masuk kedalam ruangan dari jendela yang terbuka disana, seakan menambah suasana menjadi semakin serius dan tegang. Ke-empat keturunan Dewa dan Dewi itu kini tengah termenung memikirkan penyebab masalah dari kejadian malam ini. Dari lubuk hati paling dalam didiri Dasha ingin sekali ia mengatakan tentang firasatnya pada malam ini, "Ee... Kalian apa tidak merasakan kejanggalan malam ini? Ya, misal saja terlihat pada langit atau udara?" kata Dasha membuka percakapan.

Ketiga lelaki itu melihat kearah Dasha lalu menggelengkan kepala serempak. Dasha menghela napasnya berat, Hhh memang benar hanya dia yang dapat merasakannya.

"Kau memang merasakan apa?" tanya Lucas, penasaran.

Dasha membenarkan posisi duduknya lebih tegap lalu menjawab, "Langit lebih terlihat hitam dari biasanya, lalu awan-awan juga bergerak lebih cepat dan udara semakin dingin sampai menusuk ketulang. Firasatku merasakan juga sepertinya akan terjadi sesuatu." ketiga lelaki itu mengangguk tanda paham, "Jadi apakah itu alasanmu bertanya saat kita dibalkon?" tukas Kenneth untuk meyakinkan bahwa tebakannya benar, dan Dasha pun mengangguk cepat.

Astaga, jadi hanya Dasha saja yang dapat merasakan itu. Apakah ini salah satu kekuatan dari keturunan Dewi?

"Dari mayat lelaki bangsawan tadi sepertinya darah dalam dirinya disedut habis, tapi sayangnya tidak ada bekas gigitan yang ada pada leher, tangan, kaki, atau tempat yang terlihat oleh umum. Lalu bagaimana cara pembunuh itu menghisap?" ungkap Leon membuat yang lain ikut berpikir.

"Ini kejadian pertama kali dalam dikekaisaran Niels, daripada kita menebak lebih baik diselidiki lagi. Aku yakin pembunuh itu tidak hanya mengincar satu nyawa saja pasti akan ada beberapa mayat yang sama seperti mayat lelaki bangsawan malam ini." jelas Kenneth, serius.

Dasha yang mendengar perkataan lelaki yang ada didepannya itu, sekilas terpikirkan kejadian ini sama persis seperti film-film fantasi yang pernah ia lihat sebelumnya, apakah mungkin disini ada vampire?  Dasha dengan cepat menggelengkan kepalanya, menepis pikiran buruk itu.
"Aku sependapat dengan Tuan Duke. Emm.. untuk saran saja, lebih baik seluruh rakyat kekaisaran menaruh bawang putih disetiap pintunya untuk berjaga-jaga." kata  Dasha sedikit gugup. Ya, walau ia tak yakin itu benar vampire tapi setidaknya berjaga-jaga bukan?

Lucas yang merasa tak mengerti atas kegunaan bawang putih itu pun langsung bertanya pada Dasha, "Bawang putih untuk apa?"

Kini giliran Dasha yang bingung menjawabnya, apakah kekaisaran Niels sudah akrab dengan kata vampire atau belum. "Ada buku yang pernah kubaca mengenai sosok misterius yang suka menghisap darah dan sosok itu tidak menyukai bawang putih, ya, menurutku kita berjaga-jaga saja. Kita saja belum tau sosok seperti apa yang menjadi ketakutan kekaisaran Niels sekarang." gadis itu mencari alasan yang memungkinkan masuk akal dalam otak manusia, apalagi ia berbicara didepan orang-orang penting sekarang.

Ketiga lelaki itu tersenyum lalu menganggukkan kepala tanda setuju. Setelah pembicaraan ini selesai, dengan cepat Leon menenangkan hati rakyat yang gelisah dan segera membuat perintah tentang kewajiban membawa bawang putih dan juga menaruh bawang itu disetiap pintu dirumah. Lalu disusul dengan Kenneth yang terkenal dengan banyaknya kesatria hebat yang ia punya itu langsung disuruhnya menjaga perbatasan membantu para kesatria istana. Sedangkan Lucas ia juga berperan penting dalam sihir pelindung dikekaisaran Niels serta menyediakan yang perlu dibutuhkan para rakyat seperti penyediaan bawang putih, karena mengingat kekaisaran Niels tidak terlalu banyak salah satu bahan yang sering ditemui didapur itu. Ya, Lucas dapat menggandakan barang walau ia akan kelelahkan nantinya.

---

Setelah perintah diumumkan, banyak sekali para rakyat serta bangsawan yang tidak setuju jika harus membawa bawang putih, dengan alasan baunya yang menganggu serta tak percaya akan khasiat dari bawang putih. Sebenarnya Dasha sudah tau akan ada persepsi rakyat mengenai perintah itu. Tapi, kembali lagi pada diri masing-masing, gadis itu juga tidak bisa memperkuat sarannya mengenai bawang putih karena sosok pembunuh itu saja tidak diketahui bagaimana bentuknya? Maka dari itu Dasha tidak akan menanggapi komplenan para rakyat. Lebih simplenya mau dipakai atau tidak terserah kalian, yang penting istana sudah menyediakan dan menghimbau untuk keselamatan mereka. Ya, begitu kalimat yang Dasha berikan kepada Leon agar lelaki yang bersandang status Kaisar itu tidak perlu repot memikirkan kemauan rakyatnya.

Disamping itu ketiga keturunan Dewa dan juga Dasha Odelia tidak habis-habisnya mencari tau mengenai penyebab kematian lelaki bangsawan itu. Kini sudah seminggu dari kejadian, tapi tidak ada petunjuk sama sekali. Perkiraan Kenneth mengenai korban yang tak lama lagi akan sama seperti kejadian lelaki bangsawan itupun belum terjadi.

Sepertinya, pembunuh itu bukan sejenis makhluk vampire atau hantu maupun monster. Tapi seseorang yang memiliki akal yang licik dan tau mengenai keadaan sekarang. Ya aku yakin itu. pikir Dasha yang tengah berdiri didepan jendela kamarnya.

Ketukan pintu dan satu panggilan dari Abigail, membuyarkan lamunan gadis berambut coklat itu.
"Nona." Dasha menengok, pelayan itu dengan cepat melangkahkan kakinya menuju pada gadis yang ia panggil Nona itu. "Ini, ada surat dari Nona Effie Collin. Ia mengajak Nona untuk ikut dalam pesta teh lusa besok. Sebenarnya ini adalah surat yang kesekian kalinya, tapi aku tidak memberikan kepada Nona karena aku melihat hubungan Nona dan Nona Effie bagaimana sewaktu dikuil itu." Abigail menyodorkan surat berwarna putih lengkap dengan stempel dari keluarga Earl Collin.

"Nona, jika kau tidak mau tidak apa, aku akan membuang surat ini seperti surat-surat yang pernah masuk sebelumnya." imbuh Abigail. Dasha tersenyum miring saat melihat isi pesan itu, sepertinya Nona Effie ini sangat suka bermain ya...
"Tidak perlu, aku akan hadir. Siapkan saja gaunku dan ah Abi, bisakah kau mengirimkan surat untuk Nyonya Baron Jurgen?" gadis itu tersenyum meminta pertolongan kepada pelayannya.

"Nyonya Baron Jurgen? Untuk apa Nona?" tanya Abigail kebingungan, ya pasalnya Nonanya ini tidak pernah mengirim surat apalagi kepada seorang Nyonya dikeluarga Baron Jurgen.

Dasha kembali tersenyum lalu menjawab pertanyaan Abigail dengan wajah yang terlihat seperti ada makna dibalik permintaannya itu, "Bukankah ini kali pertamaku menghadiri pesta minum teh Abi?" Entahlah apa yang akan direncanakan Nonanya itu, tapi Abigail yakin Nonanya tidak akan membunuh atau semacamnya. Alhasil, Abigail pun mengirimkan surat kepada Nyonya Baron Jurgen pada hari itu.

Aku tidak tau bagaimana watak sebenarnya Nyonya Baron itu karena aku hanya mendengar kesulitan yang sedang ia hadapi dari ocehan para pelayan disini saja. Hmmm, semoga saja dengan ini akan menguntungkan bagiku dan juga Nyonya Baron itu. Ya, semoga. Karena aku yakin Nona Effie memiliki rencana dalam pesta teh lusa besok. monolog gadis itu diakhiri senyuman yang menyeringai.

---

the last descendants

The Last Descendants Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang