Part 11

8.6K 1.1K 4
                                    

Kesebelas :

Hari Harvest, ya sebuah tradisi yang dilakukan secara turun temurun oleh seluruh rakyat kekaisaran Niels. Hari besar yang sudah dinanti-nantikan oleh semua kalangan itu tinggal sehari lagi, dapat terlihat seluruh rakyat tengah sibuk untuk perayaan menyambut panen itu tiba, termasuk kuil suci saat ini. Semua pekerja serta pendeta tengah mempersiapkan kuil untuk acara doa. Awalnya Dasha mengira seluruh rakyat akan datang kekuil suci, mungkin akan ada yang sampai berdoa diluar gerbang melihat banyaknya rakyat kekaisaran Niels. Namun ternyata yang akan melaksanakan doa hanya para bangsawan saja.

Sebenarnya cukup tidak adil, karena melihat yang bertani dan berkebun itu adalah para rakyat. Apalagi saat tau dua hari setelah doa akbar dikuil suci, istana akan menyelenggarakan pesta dan itu hanya bangsawan yang hadir, sedangkan para rakyat berpesta dialun-alun ibukota. Tapi setelah mendengar penjelasan dari Abigail, Dasha menjadi paham. Dunia asing ini memang berbeda dari dunia Dasha berasal, karena hal itu Dasha merasa culture shock saat berada disini.

"Nona, saat acara doa Nona harus hadir untuk menyambut para bangsawan dan juga berdoa bersama para keturunan Dewa diruang Dewa." ujar Abigail. Dasha menghela napasnya berat, ini jujur-jujuran saja ya, Dasha sangat malas mengikuti acara seperti ini lebih baik rebahan dikamar itu lebih enak. Tapi tunggu dulu, sepertinya dalam ingatan Dasha Odelia ia tidak pernah menghadiri acara doa ini, "Abi, aku tak ingat pernah ikut acara doa ini tahun lalu?" ucap Dasha, Abigail tampak gelagapan.

Ya, tahun kemarin dan tahun kemarin-kemarinnya lagi Dasha Odelia memang tidak pernah ikut dalam acara apapun dikekaisaran, bahkan acara debutante Dasha tidak hadir karena ia sangat tertutup dan pemalu sekali. Alhasil, banyak kalangan bangsawan yang tau nama Dasha Odelia tapi tidak pernah melihatnya sama sekali. Dan sekarang Abigail merasa Nonanya sudah berubah mencoba membuat Nonanya hadir diacara doa itu. Niat Abigail adalah untuk memamerkan betapa cantik, hebat, dan cerdas Nonanya itu pada seluruh kalangan bangsawan terutama Nona muda disetiap keluarga yang sedari dulu selalu menghina Nonanya yang hanya mengandalkan julukan keturunan Dewi.

"Be... Benar Nona, Nona memang tidak pernah hadir. Tapi aku harap tahun ini Nona akan hadir. Aku sudah sangat muak dengan ocehan para pelayan diseluruh mansion bangsawan yang mengatakan Nona hanya mengandalkan julukan keturunan Dewi saja." kata Abigail dengan menunduk.

Dasha menjadi teringat sebuah rekaman memori yang ia temukan dari ingatan Dasha Odelia. Bukan hanya para pelayan dimansion bangsawan lain saja yang sering menggunjing dirinya, tapi pelayan yang ada dikuil pun sama walau satu dua orang tapi itu sukses membuat Dasha Odelia menjadi lebih pendiam dan pemurung.

Baiklah Dasha, sekarang kau sudah masuk didunia ini jadi tunjukkan pada mereka seperti apa Dasha Abella yang bersembunyi dibalik nama Dasha Odelia, batinnya dengan semangat.

Dasha memegang kedua pundak Abigail, menatap pelayan itu dengan mata yang membara karena semangat, "Aku akan mengabulkan keinginanmu Abi. Ayo kita tunjukkan pada para bangsawan siapa Dasha Odelia sekarang!" serunya. Entah bagaimana, sepertinya tangan Dasha yang memegang pundak Abigail itu mentransfer semangatnya sehingga pelayan itu menjadi ikutan bersemangat, "Iya Nona mari kita tunjukkan!"

---

Istana kekaisaran Niels menjadi istana paling megah, besar, dan juga sangat kuat keberadaannya. Banyak sekali para bangsawan didalam kekaisaran Niels bahkan Negara sebelah pun menawarkan Putri mereka untuk dijadikan Ratu dikekaisaran Niels itu. Ya siapa yang tidak mau menjadi istri Leon Istvan atau singkatnya menjadi Ratu disana? Melihat Kaisarnya saja sangat tampan, cerdas, dan kuat seperti itu tak usah dipikir dua kali jika ingin mendaftar sebagai pendamping hidupnya. Ya walau dibalik itu semua tatapan serta ucapan Leon Istvan sebagai Kaisar disana terlalu tajam dan sangat-sangat menusuk seperti itu tidak masalah.

Contohnya saat ini, kepala keluarga Earl Collin selalu datang ke istana untuk menawarkan perjodohan Leon dengan Putrinya, Effie Collin. Banyak sekali benefit yang ditawarkan Tuan Collin jika Leon menikah dengan Putrinya, tapi ya tetap saja ya Leon tidak menyukai Effie. Walau gadis itu menjadi tipe ideal pasangan dikekaisaran Niels, Leon sudah tertarik dengan Dasha Odelia; gadis yang sewaktu itu ia temui dikuil.

"Maaf Tuan Earl. Saya sudah berapa kali mengatakan saya tidak tertarik dengan Putri anda." tolak halus Leon.

Earl Collin merasa tidak terima, ya benar si jika Leon sudah menolaknya berkali-kali tapi apakah tidak ada kesempatan untuk Effie? "Baginda, Putri saya sangat berbakat dan memiliki hati serta kepribadian yang bagus. Sangat cocok sekali menjadi Ratu." kini Earl Collin mengatakan secara blak-blakan.

Brukk

Leon melempar dengan kasar buku yang ia pegang sebelumnya dimeja. Earl Collin terjengit kaget mendengar itu, ia pun menelan air liurnya saat melihat Leon menatap tajam dirinya. "Berhenti mengajukan Putri anda sebagai Ratu. Saya sudah menemukan calon Ratu yang memiliki kualifikasi lebih tinggi dari Putri anda."

Jleb

Perkataan Leon seakan menusuk hati Earl Collin, pria yang sudah berumur itu mengepalkan tangannya, marah. Mungkin karena sudah sakit hati Earl Collin langsung berpamitan dan pulang. Ya jika dipikir lagi sebenarnya Leon tidak bersalah, ia sudah beberapa kali menolak secara halus karena mengingat Earl Collin sudah tua. Tapi mungkin karena Leon yang terlalu berbaik hati sehingga Earl Collin menjadi tidak tau diri dan terus-terusan mempromosikan Putrinya itu. ck menghabiskan waktu Leon saja.

Sesampainya di mansion. Tuan Earl Collin membanting semua perabotan diruangan kerjanya. Semua pelayan tampak ketakutan, tak sedikit juga yang berbisik mengenai keadaan Tuan Earl sekarang, bahkan sampai ada yang bilang Tuan Earl sudah gila karena ingin anaknya menjadi Ratu tapi ditolak mentah-mentah oleh Kaisar.

Effie yang turun kebawah mendengar keributan, langsung menuju keruangan kerja Ayahnya.
"Sedang apa kalian didepan ruangan Ayah? Nanti kalian terkena amukannya loh, kembali bekerja saja biar aku yang bertemu Ayah." kata Effie dengan lembut pada para pelayannya.

Effie memang terkenal sangat ramah, baik, cerdas, dan beretika bagus pada semua orang. Tapi mereka tidak tau jika itu semua hanya Acting. Ingat Effie hanya bersandiwara!

Setelah para pelayannya sudah pergi, Effie membuka pintu ruangan Ayahnya.
Sebelum melangkahkan kakinya, ia berpesan pada Thomas untuk menjaga pintu ruangan Ayahnya. Lalu ia masuk dan Effie sudah disapa dengan sebuah lemparan lampu oleh Ayahnya. Untung ia cepat menghindar. "Apa kau sudah selesai Ayah?" tanyanya perlahan mendekati sang Ayah yang masih marah.

"Tenanglah Ayah, aku yang akan menjadi Ratu. Mungkin memang tidak bisa memakai cara halus tapi kita bisa menggunakan cara yang kasar bukan?" imbuhnya dengan tersenyum. Tuan Earl Collin menoleh ke Putrinya itu, sepertinya memang benar harus menggunakan jalan itu. "Kau sudah setuju melakukan itu?" kini Tuan Earl yang bertanya.

Effie mengembangkan senyumnya lebar-lebar, "Tentu... Aku bahkan tidak sabar menjalankan rencana Ayah. Sebaiknya kita memang harus melakukan balas dendam kan Yah?"

Tuan Earl Collin tertawa dengan keras diruangan itu. Ia tidak percaya akhirnya Putrinya itu mau mengikuti jalannya. "Kau memang Putriku Effie. Mari kita jalankan rencananya dari awal." ucapnya.

Entahlah apa yang akan direncanakan Ayah dan anak itu. Semoga tidak terjadi yang membuat Dasha rugi.

---

the last descendants

The Last Descendants Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang