Duapuluh tujuh :
—Angin malam yang menghembuskan hawa dingin disekitar ruangan tak membuat wanita yang baru menikah itu berhenti dari pekerjaannya. Ayolah, matahari sudah lama terbenam apakah ia tidak mau beristirahat? Berkali-kali ia membuka banyak buku yang ada dimejanya, ya ini memang sudah tugasnya, karena ia harus beradaptasi dengan semua pekerjaannya. Apalagi statusnya bukan hanya sebagai Ratu saja tapi masih ada dua status lagi yang melekat padanya.
Greek
Pandangan mata Dasha teralihkan kearah pintu yang mulai terbuka, menampilkan sosok lelaki tampan dengan rahang yang tegas siapa lagi jika bukan Leon Istvan.
"Salam Yang Mulia." sapanya yang langsung beranjak dari tempat duduknya.
Lelaki itu tersenyum penuh arti, ya ada rasa tak enak melihat Dasha yang sibuk mengurusi pekerjaannya apalagi pekerjaan sebagai Ratu. Hhh, nasib baik menjadi istri Lucas tidak terlalu banyak pekerjaan, karena memang Lucas tidak mau terlalu berurusan dengan menara sihir atau kerja sama ini itu, dan tentunya Dasha yang jadi istri Lucas tidak berat bukan?
"Kau belum istirahat? Kenapa tidak istirahat saja Dasha." Leon menghampiri wanita itu dan dielusnya lembut rambut Dasha.
"Ee, aku masih harus melihat anggaran di mansion Duke, Yang Mulia." ucapnya membereskan buku-buku untuk menghilangkan kegugupannya. Ya, ia sangat gugup dan belum terbiasa dengan ini semua.
"Dasha." panggilnya, sang empunya nama itupun menoleh.
"Bisakah kau panggil namaku saja? Aku suamimu sekarang." pintanya yang membuat mata Dasha membulat penuh, "Eee... Tapi... Hah baiklah, Leon." jawabnya, tersenyum pada lelaki itu. Kini keduanya saling menatap satu sama lain, mengagumi wajah indah milik keduanya dalam hati. Astaga bagaimana ini, rasanya Dasha tak ingin berhenti menatap lelaki didepannya ini. Lumayan lama mereka menatap, Leon pun lebih mendekatkan dirinya pada Dasha dan tunggu, apa Leon akan menciumnya?
Tidak, ini bukan Dasha yang ke-pedean. Leon mencondongkan wajahnya sekarang, baiklah Dasha, Leon adalah suamimu. Jadi tidak apa-apa kan? batinnya menyakinkan diri. Keduanya pun saling menutup mata dan hampir saja kedua bibir mereka menempel, tiba-tiba terdengar suara dari arah jendela yang sukses membuat adegan dewasa itu terhenti.
"Siapa itu? Pengawal!" pekik Leon, ia pun langsung memerintahkan para pengawal untuk melihat sekitar istana, kalau-kalau ada seseorang yang berniat jahat.
"Dasha, aku akan mengecek juga. Kau segeralah tidur dan tutup rapat-rapat jendela. Mengerti?" ujarnya memegang erat kedua pundak istrinya. Sedangkan wanita itu hanya tersenyum patuh. Ya, sebenarnya Dasha tau siapa yang melakukan itu semua, siapa lagi jika bukan Gil. Tapi untuk menghindari masalah Dasha lebih baik diam dan menuruti perintah Leon.
Disamping itu lelaki kesatria yang mengganggu waktu berdua Leon dan Dasha tadi tengah duduk santai dipohon yang tak jauh dari kamar Dasha.
"Hhh, syukurlah tidak ketawan. Tuan Duke aku sukses menggagalkan adegan ciuman Duchess dan Yang Mulia. Ah, apa aku meminta naik gaji sekalian ya karena sudah sukses menggagalkan adegan tadi?" monolognya sambil terus memperhatikan kamar Dasha. Niat sebenarnya Gil juga adalah ingin melaporkan hasil menguntit Violet Avel siang tadi. Lelaki itu jamin, Duchess-nya akan senang mengetahui ini.---
—Setelah keadaan sudah mulai membaik, Gil dengan lihainya bergerak menuju arah kamar Dasha. Ia pun mengetuk jendela, berharap segera dibukakan pintu karena mengingat udara malam ini sangat dingin.
Greek
"Gil?" sebut Dasha, lelaki itu langsung berlutut kepadanya, "Maaf mengganggu Duchess. Saya disini hanya ingin melaporkan tugas saya." ucapnya, Dasha pun segera menyuruh tangan kanan suaminya itu masuk. Ah tenang saja, dikamar bukan hanya Dasha seorang tapi ada Abigail juga disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Descendants
FantasySUDAH TAMAT (Bukan Novel terjemahan, 100% original) ------ Dasha Abella, seorang gadis muda yang sedang pusing memikirkan tugas akhirnya itu, tidak menyangka akan masuk kedalam dunia asing yang tidak ia kenal sama sekali. Dunia penuh sihir, dimana...