Part 29

4.7K 728 14
                                        

Duapuluh Sembilan :

Beberapa hari kemudian. Kekaisaran Niels berada dimasa aman, dimana tidak ada lagi kemunculan asap hitam atau kekacauan lainnya. Sedikit terasa aneh, setelah kemarin-kemarin sangat heboh karena ulah asap hitam dan juga meninggalnya Earl Collin, kini sekarang terasa aman seperti sebelum terjadinya kekacauan itu.

Walau sekarang tidak ada kekacauan, Dasha Odelia merasa khawatir. Ia berjalan mondar-mandir didalam kamarnya sampai tak sadar mengigit jari-jarinya. Dipikiran Dasha kali ini ia merasa akan ada sesuatu yang terjadi, ya, pasti Effie tengah melakukan sesuatu. Ya Tuhan, semoga saja feeling Dasha tidak menjadi nyata.

"Yang Mulia, apa yang membuatmu sangat gelisah?" tanya Abigail yang sudah penasaran sedari tadi. Wanita yang ditanya itu menghentikan langkahnya, ia pun menoleh kearah pelayan setianya. "Abi, bagaimana ini?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Abigail yang melihat Dasha tiba-tiba menatapnya seperti itu tercengang kaget, "Yang Mulia, apa maksud Yang Mulia?" Abigail tampak khawatir, ia pun memeluk Dasha erat.

"Entahlah Abi, aku merasa akan ada sesuatu yang terjadi nanti." ungkapnya membalas pelukan Abigail.

"Tidak Yang Mulia, tidak akan terjadi apa-apa." Abigail mengelus punggung Dasha menenangkan.

Disaat suasana mulai tenang, ketukan pintu terdengar membuat kedua orang yang sedang berpelukan itu menoleh serempak kearah pintu.

"Masuklah." kata Dasha berbarengan dengan pintu yang perlahan terbuka memperlihatkan seorang pelayan muda di istana, "Maaf Yang Mulia, saya disini untuk menyampaikan sesuatu. Nona Effie dari keluarga Earl Collin datang ke istana." lapornya.

Mata Dasha kini tampak bulat sempurna, apakah feeling-nya menjadi nyata sekarang. Secepat ini? "Apa ia datang menemuiku?" tanya wanita itu memastikan. Pelayan istana yang menyampaikan pesan menggeleng, "Tidak Yang Mulia, Nona Effie datang untuk bertemu Baginda Kaisar. Tapi saya disuruh kepala pelayan untuk menyampaikan kedatangan Nona Effie pada Yang Mulia Ratu." jelasnya.

Tanpa perlu waktu lama lagi Dasha langsung bergegas menuju istana utama. Apa yang direncanakan Effie? Ia tidak mungkin menyakiti Leon kan? Astaga, tenanglah Dasha tidak akan terjadi hal buruk nanti, batinnya untuk berpikir positif dulu.

Sesampainya masuk kedalam ruangan Leon, lelaki itu tidak ada disana apalagi perempuan berambut pirang itu, Effie Collin.

"Dimana Kaisar?" tanyanya, salah satu pengawal kerajaan yang berjaga didepan pintu pun menjawab, "Baginda Kaisar sedang berada ditaman dengan Nona Effie Collin, Yang Mulia." jawabnya.

Ah sialan, apa Dasha terlambat sekarang? Tidak-tidak, wanita itu langsung berlari menuju taman istana masa bodo dengan para pelayan yang mengikutinya dari belakang.

Deg

Sungguh apakah semuanya berakhir sekarang? Dasha yang berhenti tidak jauh dari tempat duduk Leon dan Effie itu melihat semuanya. Bukan, itu bukan adegan perselingkuhan tapi Dasha tau betul apa yang disajikan oleh Effie. Dari mata Dasha ia melihat teh yang Effie berikan itu mengeluarkan aura yang sama seperti minuman yang Violet berikan padanya sewaktu itu.

Dengan cepat Dasha melangkahkan kakinya menuju Leon lalu ia tarik cangkir teh yang dipegang Leon itu dan membuangnya.

prang

Semua orang terkejut, tak terkecuali Leon sendiri. Sedangkan Effie tersenyum seakan tau adegan ini akan terjadi.
"Sepertinya Nona Effie banyak waktu ya, sampai-sampai mengobrol santai dengan suami orang." sindir Dasha melipat kedua tangan didadanya. Ia benar-benar kesal, Leon sudah meminum teh sialan itu tadi, entahlah apa yang ia campur dalam teh  tapi yang pasti itu bukanlah sesuatu yang baik.

Effie yang merasa ditantang itu terkekeh, ia pun beranjak dari duduknya mendekati Dasha. "Bagaimana ya, sepertinya Yang Mulia tidak tau. Saya dengan Baginda sedang membahas politik Yang Mulia, dan sepertinya Yang Mulia harus belajar etika lagi. Karena yah, perilaku Yang Mulia tadi sangatlah tak sopan." balasnya, tersenyum.

Oh, apakah Effie ingin beradu mulut sekarang?

"Benarkah? Tapi menurut saya itu sangat-sangatlah perilaku yang bagus melihat seorang wanita lain mengobrol berdua dengan suaminya. Apalagi tatapan yang penuh cinta itu, saya benar kan Nona Effie Collin?" Dasha tersenyum mengejek kepada Effie, walau perempuan itu sangat cerdas dan licik tetap saja ia tak bisa membalas sindiran Dasha.

Tangan Effie mengepal, tapi ia berusaha untuk menutupi kemarahannya agar tak terlihat dan mempengaruhi imagenya. Ayolah, bukankah rencananya belum berjalan? Tidak mungkin Effie membuka watak aslinya. "Sepertinya Yang Mulia Ratu tidak suka dengan saya, saya akan undur diri sekarang. Salam Yang Mulia." ia pun membungkuk memberi salam pada Leon lalu membalikkan badannya untuk melangkah pergi, namun baru selangkah ia pun berbalik kembali menuju Dasha, mengatakan suatu kalimat yang hanya ia dan wanita berstatus Ratu itu yang tau, "Sepertinya alkohol yang anda minum tidak bekerja pada anda ya Yang Mulia? Tapi saya ada kejutan lagi untuk anda, selamat menunggu." ucapnya, melanjutkan langkahnya untuk pergi dari sana.

Apa? Jadi benar? Ah sialan sebenarnya apa yang ia masukan itu? Dan lebih sialnya lagi Leon sudah meminumnya walau seteguk. Dasha pun menoleh kearah Leon, lelaki itu terdiam dengan tatapannya yang kosong. "Baginda? Tidak-tidak, Leon... Leon... Kau tidak apa-apa?" tanyanya, khawatir. Wanita itu menggoyang-goyangkan pundak suaminya, tapi lelaki itu masih menatap kepergian Effie sampai punggungnya hilang dilahap oleh tembok-tembok istana.

"Dasha?" sebut Leon, tersenyum aneh.

Dasha mengerutkan keningnya, merasa ada yang tidak beres dengan salah satu suaminya ini. "Lebih baik kau istirahat saja, kau terlihat tidak enak badan Yang Mulia." Dasha membantu Leon berdiri pelan-pelan, seakan Leon adalah lansia yang sangat rentan. Para pelayan pun ternganga melihatnya, bukankah Kaisarnya tadi sehat walafiat? Tapi kenapa sekarang berbeda?

---

Disebuah hutan yang sangat jauh dari kekaisaran Niels itu, terlihatlah Lucas seorang diri sedang meneliti mayat korban dari perbuatan asap hitam. Lelaki berambut pirang itu seorang diri disana tak ada satu orang pun yang menemaninya. Ia pun sengaja jauh dari kekaisaran dan menyamar agar tak ada seorang yang tau akan statusnya.

Lucas yang sedang meneliti satu mayat yaitu mayat dari salah satu penyihir yang menjadi korban itu juga, tampak bingung sekaligus merasa aneh. Ia mengelus dagunya, fokus untuk menyimpulkan apa hasil dari penelitiannya.
"Sihirnya aneh bukan seperti sihir penyihir hitam. Ini seperti campuran, ah apa ya namanya." ia bergumam mencoba mengingat sesuatu sihir yang pernah ia pelajari pada gurunya dahulu.

"Sihir daemonium magica." sebutnya, setelah ingat nama sihir itu Lucas mengusap wajahnya gusar, "Sialan, bagaimana bisa ada keturunan Iblis disini." ucapnya, kesal.

Ini sangat celaka, jika benar ada keturunan Iblis maka terjawablah sudah kenapa asap hitam itu terus-terusan mengisap rakyat yang memiliki mana dan bisa menggunakan sihir. Ya, karena asal kekuatan mereka itu darinya.

Dahulu, kekacauan terjadi disetiap penjuru dunia. Ya, bahkan sebelum terlahirnya kekaisaran Niels. Lucas pernah mendengar cerita ini dari gurunya sewaktu ia masih kecil. Gurunya bercerita, bahwa manusia selain keturunan Dewa dan Dewi tidak memiliki mana apalagi bisa mengendalikan sihir didunia ini. Tapi itu berubah sejak kekacauan terjadi, ya, kekacauan akibat perkelahian antara tiga Dewa dan seorang Dewi yang datang menyegel satu Iblis dari alam bawah. Sebenarnya Iblis itu berasal dari alam atas tapi karena ia menyimpang, ia pun menjadi Iblis. Akibat penyegelan itu, ketiga Dewa dan Dewi itu menyebarkan kekuatan Iblis pada manusia sewaktu itu. Makanya, sekarang banyak yang dapat menggunakan sihir.

Dan ternyata akhir-akhir ini keturunan Iblis itu meminta kekuatannya kembali sehingga banyaknya korban yang berjatuhan. Benar, Lucas juga sedikit merasa aneh. Jika asap hitam itu ingin mana yang banyak, bukankah keturunan Dewa dan Dewi lebih banyak mana? Astaga, kenapa baru terpikir! Tidak-tidak, itu bukan hal yang harus dipikirkan karena sekarang ia harus segera kembali kekaisaran Niels.

---

The last descendants

makin seru ga woe??  :"

The Last Descendants Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang