Part 5

14K 1.9K 43
                                    

Kelima :

—Berlari dari kejaran asap hitam itu sangat-sangat menguras tenaga Dasha dan juga Abigail. Itu dapat terlihat dari lamanya waktu yang mereka habiskan untuk istirahat di gang, beruntung gang itu sangat sepi tidak ada oranglain yang berlalu lalang disekitar sana.
Dasha yang sudah kelelahan itu meluruskan kaki jenjang miliknya yang serasa sudah mau patah, untung saja asap hitam tadi sudah tak mengejar mereka lagi, tapi bagaimana bisa ya? Apa ada seseorang yang membantu? Dasha menjadi terpikirkan hal-hal itu. Jika benar ada yang membantunya, Dasha sungguh-sungguh berhutang sekarang. Menjauh dari pikiran tentang penyelamat hidupnya, Dasha melihat keatas yang dimana langit sudah mulai berubah warna menjadi orange.

"Abi, sebaiknya kita harus segera pulang bukan?" kata Dasha yang masih melihat langit, "Benar Nona, tapi sepertinya kita sudah berlari sangat jauh. Kemungkinan sampai kekuil pasti malam." jawab Abigail,  gadis itu berdiri dan membantu Dasha untuk bangun dari duduknya.
"Nona, mari kita mulai perjalanan." Dasha mengangguk, berjalan beriringan dengan Abigail.

Seperti halnya sebuah labirin, mereka berdua sudah cukup lama mengelilingi gang-gang yang ada disitu tapi tetap saja kembali ketempat semula, membuat Dasha menjadi geram. "Kita sudah sepuluh kali melewati ini Abi, sepertinya kita terjebak!" tukas Dasha berdecak pinggang dengan wajah kesal. Abigail pun merasakan hal yang sama dengan Nonanya, pasti mereka terjebak, tapi dilain itu Abigail merasa curiga jika mereka berdua masuk kedaerah kekuasaan menara sihir. Ia pun melihat sekeliling tembok gang, meraba dipermukaan datar itu.

Dasha yang melihat pelayannya itu merasa bingung, apa yang dilakukannya? Dan pada akhirnya pertanyaan Dasha terjawab setelah Abigail menyentuh sesuatu ditembok yang tiba-tiba bercahaya.
"Kau mengirim tanda bahaya?" tanya Dasha, ya walau Dasha baru didunia asing ini, ia sangat ingat sekali cahaya yang keluar dari tembok itu adalah tanda bahaya untuk rakyat yang tiba-tiba tersesat didaerah menara sihir.

"Benar Nona, aku sewaktu kecil pernah terjebak disini juga, makanya aku merasa tidak asing saat sudah mengelilingi gang ini sepuluh kali." jawab Abigail dengan meringis, memperlihatkan gigi putihnya yang rapih.

Dasha mau marah tapi bagaimana? Jika Abigail sudah familiar dengan tempat ini kenapa mereka harus berkeliling sepuluh kali dulu baru disentuhnya tembok itu.
"Sepertinya sebentar lagi penyihir dari menara sihir akan tiba Nona." tebak Abigail menerawang kedepan. Dasha tak peduli, yang ia inginkan sekarang adalah kasur empuknya dan segera merebahkan badannya yang pegal ini kesana. Nikmatnya—.

Sesuai tebakan Abigail, tak lama penyihir dari menara sihir datang. Dasha mengira yang datang adalah penyihir biasa ternyata lelaki yang ia pernah jumpai sewaktu itu dikuil. Ya, lelaki berambut kuning keemasan itu yang datang menjemput mereka berdua.
"Tak kusangka ternyata tikus yang tersesat dalam labirin ini dirimu Nona." kata Lucas dengan senyum menyeringai pada Dasha.

"Ya kau benar, jadi tolong bantu kami keluar Tuan." balas Dasha membungkuk. Lucas sebenarnya ingin langsung memulangkan Dasha kekuil, tapi tiba-tiba sebuah ide jail terlintas dipikiran lelaki berumur 26 tahun itu.
"Tapi aku belum makan malam, bagaimana jika Nona menemaniku makan malam terlebih dahulu?" ajak Lucas, Dasha mengerutkan keningnya mendengar tawaran Lucas, ck Dasha saja belum mengenal siapa lelaki ini tapi sudah mengajak makan malam. Ayolah, Dasha sudah cukup tau lelaki seperti apa didepannya ini, ya, pengalaman dikehidupannya dulu menjadi pelajaran untuk Dasha agar tidak terlalu percaya dengan ajakan lelaki.

"Ehem... Tapi maaf Tuan saya tidak lapar." tolak Dasha, dan sialnya perut dan ucapan Dasha tidak bekerjasama dengan baik.

krukk... krukk

Anjrit. umpat Dasha dalam hati.

Sumpah demi tekad Naruto membawa pulang Sasuke, Dasha sangat malu sekarang! Bagaimana ini, rasanya Dasha ingin masuk kelubang tikus saja.
Terlihat jelas pundak Lucas bergoyang naik turun karena tawanya, "Hahah... Sudahlah Nona mari kita makan saja, bukankah seharusnya kau bahagia makan malam dengan lelaki tampan hmm?" ucapnya mengulurkan tangan pada Dasha. Ya benar juga si, jarang-jarang Dasha makan bersama dengan seorang lelaki tampan. Pada akhirnya setelah memikirkan dengan matang-matang Dasha mengangguk dan menerima uluran tangan itu, lalu menghilang secepat kedipan mata, sepertinya mereka langsung berteleportasi sampai melupakan Abigail yang disana.

"Lalu bagaimana caranya kembali pulang?" tanya Abigail pada dirinya sendiri.

---

Sebuah restoran yang cukup terkenal di Ibukota kekaisaran Niels itu menjadi tempat tujuan teleportasi Lucas dan Dasha. Sebenarnya Dasha agak malu jika makan malam disana dengan tampilannya yang uh sangat buruk sekarang. Rambut sudah acak-acakan dan gaun yang kotor. Lucas yang peka dengan ekspresi Dasha langsung menjentikkan jarinya. Dasha pun dibuat kaget dan juga kagum olehnya, ya bagaimana tidak, penampilan Dasha kini seperti pertama kali ia keluar dari kuil.
"Wah... Sihirmu hebat sekali Tuan." kata Dasha mengibaskan gaunnya karena tak percaya dengan penampilannya sekarang.

"Ya tentu saja, bukankah aku keren?" ucap Lucas berlipat tangan didada dengan bangga dan sedikit terdengar sombong.

Dasha yang baru pertama kali melihat sihir seperti itu menatap Lucas dengan mata yang berbinar-binar, "Maukah kau mengajariku?" pinta Dasha mencondongkan badannya kedepan membuat Lucas dengan refleks mundur kebelakang. Lucas agak gugup jika ditatap seperti itu dengan seorang gadis dan juga kenapa wajahnya sangat dekat seperti Itu! Ingat Lucas pria normal! Dan beri ucapan selamat pada Dasha, karena ia adalah orang kedua setelah Ibunya Lucas yang bisa berbicara sedekat itu dengan Lucas.

"Eee... Baiklah akan ku ajarkan." kata Lucas, gugup.

Suasana menjadi canggung, mereka berdua duduk berseberangan tanpa menatap satu sama lain. Kini Dasha baru menyadari sikapnya tadi yang begitu memalukan, Dasha, kenapa kau terlihat agresif seperti itu? Astaga bagaimana ini? Tuan ini tidak akan mengklaim diriku aneh kan? Kita saja belum mengenal satu sama lain? Dasha-Dasha... batinnya mengutuki dirinya.

Sedangkan lelaki yang duduk diseberang Dasha itu juga tampak sibuk dengan pikirannya sendiri, Detakan jantungku tidak terdengar olehnya kan? Memalukan sekali seorang Lucas bisa menjadi lemah didepan gadis, Aaakkhh... batin Lucas yang tak kalah mengutuki dirinya.

Selang beberapa menit, makanan mereka datang dan juga seorang gadis bangsawan yang tak dikenal Dasha juga ikutan berjalan menghampiri meja Lucas dan Dasha. Ya, Dasha melihatnya, gadis itu berjalan dari arah belakang Lucas. Lelaki diseberang Dasha itu memang tidak menoleh kebelakang, tapi ia bisa melihat pantulan bayangan gadis yang akan menuju kesini dari mata Dasha.

Lucas tau siapa gadis itu, gadis pembawa onar. Ia sungguh merepotkan bagi Lucas, dan jelas Lucas tau tujuan gadis berambut ungu itu. Karena tidak mau diganggu, dengan cepat Lucas menjentikkan jarinya lagi membuat dinding penghalang dengan sihirnya.

Dasha dibuat terkejut lagi oleh Lucas, bagaimana mungkin lelaki itu bisa membuat dinding penghalang seperti yang pernah Dasha lihat difilm-film. Gadis yang berjalan tadi tak sengaja terbentur oleh dinding penghalang itu sehingga ia meringis menahan sakit dikepalanya, ya pasti itu sangat sakit.

"Sepertinya gadis itu ingin bertemu denganmu Tuan." ucap Dasha yang masih memperhatikan gadis dibelakang Lucas.

"Lucas." Dasha menoleh kearah lelaki itu yang tiba-tiba menyebutkan satu nama, maksudnya apa? "Panggil aku Lucas, itu namaku." tambahnya lalu melanjutkan mengiris daging.

Dasha menganggukkan kepalanya tanda paham, "Namaku Da—" belum sempat Dasha memberitahu namanya, Lucas langsung menyodorkan piring berisi daging yang sudah ia potong, "Makanlah sebelum dingin." ujarnya diakhiri senyuman yang manis.

"Tuan, ah maksudku Lucas, bagaimana dengan gadis dibelakangmu itu?" Dasha menunjuk gadis bangsawan yang terlihat kesal itu dengan garpu. "Biarkan saja, tidak penting." sahutnya dengan dingin.

Sebenarnya Dasha juga tidak mau memperdulikan gadis itu, tapi bagaimana?Gadis itu berdiri tepat dua meter dibelakang Lucas membuat Dasha mau tidak mau melihat wajah kekesalan dari gadis itu. Ya sudahlah abaikan saja Dasha, nikmati daging panggang yang ada didepanmu ini, batin Dasha lalu menyantap daging dipiringnya.

---

the last descendants

The Last Descendants Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang