Part 33

4.4K 702 33
                                    

Tiga puluh tiga :

Suara langkahan kaki dari seorang lelaki dewasa itu bergema di lorong yang ia lewati. Lorong itu minim pencahayaan, hanya ada obor-obor yang diberi jarak beberapa meter dari satu obor ke obor yang lain itu yang menjadi sumber pencahayaan disetiap langkahnya. Ia menyusuri lorong itu sendiri tanpa dikawal oleh satu orangpun kesatria yang ia miliki. Diujung lorong tersebut, samar-samar ia melihat pintu yang terbuat dari kayu berumur tua. Walau sudah tua, tapi pintu itu tetap kokoh disana. Dengan langkahnya yang panjang ia pun membuka pintu tersebut.

Greeek

Suara pintu kayu itu terdengar sangat nyaring, membuat sang penunggu yang didalam menoleh kearah lelaki yang membuka pintu kayu itu.

"Baguslah kau cepat datang Kenneth." ucap lelaki bermata cerah itu. Ia masih lengkap dengan pakaian kebanggannya yang sangat mencerminkan profesinya sekarang, Penyihir Agung.

Kenneth yang tidak suka basa-basi itu menghampiri Lucas yang duduk santai didekat jendela. "Apa kau telah menemukan sesuatu?" Kenneth to the point.

Lelaki bernama Lucas itu menghela napasnya panjang, lalu ia menatap mata Kenneth dengan serius. Bukan-bukan tatapan mata seseorang yang ingin menyatakan cinta, tapi tatapan seseorang yang akan mengatakan sesuatu yang sangat-sangat serius. "Keturunan Iblis." ucapnya, sukses membuat mata Kenneth membulat kaget.

"Kau jangan mengada-ngada Lucas?!" pekiknya mencekram kedua pundak lelaki berambut kuning ke-emasan itu.

"Aku tidak mengada-ngada gila! Ini memang kenyataannya. Aku tau sekali sihir apa yang ia miliki, sihir hitam tapi berbeda dari sihir yang pernah dilihat pada umumnya. Dari situ aku teringat pelajaran yang pernah diberikan guruku." Lucas melepaskan kasar tangan Kenneth yang mencekram pundaknya.

Keduanya termenung ditempat itu. Masalah ini semakin menjadi-jadi besarnya. "Kenapa kau tidak memberitahuku lebih dulu informasi ini." ia melirik pada Lucas dengan sudut matanya. "Hhh, aku sudah mencoba memberitahumu, tapi tidak bisa jarak kita terlalu jauh. Maka dari itu aku memberitahu Leon terlebih dahulu dan memberitahumu secara langsung saja." jawabnya.

Dari jawaban Lucas tersebut, Kenneth menjadi bertanya-tanya jika Leon sudah tau lebih dahulu kenapa sikap Leon berbeda?

"Lucas, kau bilang Leon lebih dulu tau masalah ini. Tapi apa kau tau, Leon sudah mengusir Dasha? Sikapnya menjadi aneh, aku rasa ia terkena sihir atau semacamnya. Kau tau kan aku tidak bisa mendeteksi sihir seperti dirimu, mungkin kau bisa ke istana sekarang dan periksa Kaisarmu itu apakah benar terkena sihir." ucapnya pada Lucas. Setelah mendengar ucapan itu, tiba-tiba Lucas menjadi naik pitam. Ia marah sekali pada Leon yang tega mengusir Dasha seperti itu.

"CK... KAISAR SIALAN ITU!" marahnya memukul tembok disampingnya sampai pukulan itu membekas ditembok. "Aku akan ke istana sekarang Kenneth." sambungnya langsung ditahan Kenneth. "Kau harus bertemu Dasha dulu, dia ingin mengatakan sesuatu pada kita. Tahan emosimu, setelah pertemuan dengan Dasha aku tidak peduli kau mau membunuh sekalian Leon pun tak masalah."

Lucas yang sudah naik darah itu pun mencoba menenangkan diri. Benar yang dikatakan Kenneth, ia sudah lama tidak bertemu Dasha.

---

Ruang utama di mansion. Berkali-kali Dasha mondar-mandir diruangan itu, cemas. Kenapa dua suaminya itu lama sekali, pikirnya kala itu. Ia mencoba tenang dengan menyeruput teh hangat yang sudah disajikan oleh pelayannya tapi tetap saja rasa cemas itu menghantui pikirannya.

Tak lama kemudian, disaat kecemasaan Dasha memuncak kedua lelaki yang jelas berstatus suaminya itu datang dari arah pintu. Ya, tumben sekali mereka normal melewati pintu. Biasanya mereka akan muncul tiba-tiba seperti hantu, terutama Lucas yang sering melakukan ini.

"Dasha." panggil mereka kompak. Terlihatlah senyuman indah Dasha yang menggetarkan hati kedua lelaki itu. Disaat seperti ini mereka masih terus terpanah akan pesona dari istri mereka.

"Kenapa lama sekali, ayo cepat duduk aku akan memberitahu sesuatu yang penting pada kalian." wanita itu menarik tangan kedua suaminya, sedangkan kedua lelaki itu hanya menurut.

Mereka bertiga sudah duduk bersama disana, dengan Dasha yang menuangkan teh hangat dicangkir kedua lelaki itu.  Tak ingin menghabiskan waktu yang lama karena melihat hari sudah tengah malam, Kenneth memaksa Dasha untuk segera memulai apa yang akan wanita itu katakan.

Awalnya wanita itu menolak, ia akan mengatakannya nanti beberapa menit lagi tapi karena dipaksa ia pun langsung memulainya, "Entahlah aku bingung untuk memulainya darimana. Tapi ini berkaitan dengan masalah asap hitam yang terjadi belakangan ini." mulainya. Kedua suaminya itu sangat serius dan fokus mendengar setiap kata yang keluar dari bibir Dasha.

"Iya,  tenang saja. Aku sudah tau itu adalah ulah keturunan iblis Dasha." sahut Lucas, sombong.

"Benarkah? Jadi Effie Collin adalah keturunan Iblis." kata Dasha langsung yang menjadikan kedua suaminya itu kompak menyemburkan teh yang mereka minum.

Dasha kebingungan, kenapa Lucas dan Kenneth tampak kaget begitu. Apa mereka awalnya tidak tau siapa Effie Collin itu? "Kau—kau darimana kau tau?" tanya terbata-bata Lucas. Tentu ia kaget, memang si Lucas bisa mendeteksi sihir dan tau sihir apa itu, tapi ia tidak tau siapa pemiliknya. Mungkin jika Dasha tidak menyebutkan nama Effie Collin itu, ia harus melihat semua sihir satu kekaisaran Niels untuk mengetahui siapa dalangnya.

"Ya, aku memang tau. Aku bisa melihatnya."

Lucas dan Kenneth saling memandang seperti bertukar pikiran lewat pandangan mata saja. "Jadi ini adalah kekuatan sihirmu Dasha. Kau memiliki sihir suci sama seperti Lucas, cuman yang membedakan Lucas hanya bisa mendeteksi yang memerluhkan beberapa hari dalam melakukannya. Sedangkan kau, kau dapat melihatnya dan merasakannya tapi sayangnya kau tidak tau sihir apa itu. Sepertinya kekuatan sihirmu lebih hebat dibanding kita bertiga Dasha." ujar Kenneth, tersenyum mengelus lembut rambut milik Dasha.

Lucas yang cemburu melihat adegan itu segera menyingkirkan tangan Kenneth yang mengelus rambut Dasha, "Ck, sudah-sudah, sekarang kita harus memikirkan rencana untuk membunuh Effie Collin itu. Apalagi Leon sudah terkena sihir miliknya."

Sihir milik Effie? Jadi benar Leon terkena sihir?

"Apa sihirnya sangat berbahaya sekali? Kemarin Leon hanya meminumnya seteguk saja karena sisanya sudah kubuang waktu itu." jelas Dasha,  dibalas gelengan kepala oleh Lucas. Setahu Lucas sihir yang dibuat oleh keturunan Iblis itu memang berbahaya jika meminumnya habis dan tentu jika yang meminumnya itu adalah manusia biasa. Tapi Leon adalah keturunan Dewa yang suci, agak heran juga jika hanya meminum seteguk ia menjadi gila begitu.

"Entahlah, memang agak aneh jika hanya seteguk efeknya sampai seperti itu. Mungkin saja sihir pengendalinya dibuat kuat oleh Effie sehingga Leon menjadi gila walau hanya seteguk meminumnya." Kenneth dan Dasha mengangguk paham. Jika benar begitu ada kemungkinan Effie memang sudah membuat rencananya dengan sangat-sangat matang.

"Tapi tenang saja, Kita masih punya banyak waktu untuk menghentikan Effie. Walau ia sudah mengambil semua sihir, ia harus menyatukannya kedalam tubuhnya dan tentu itu tidak bisa dilakukan setahun atau dua tahun." sambung Lucas seakan memberikan udara sejuk yang menenangkan hati.

Walau semuanya sudah jelas pelakunya adalah Effie dan ia adalah keturunan Iblis. Tapi asal-usul atau permulaan ini masih abu-abu, ya, mana mungkin ada keturunan Iblis disini. Sungguh aneh dan tak bisa dipikirkan diluar nalar manusia, "Bukankah ini sangat aneh? Adanya keturunan Iblis yang mengambil semua kekuatannya? Aku masih penasaran saja apa yang membuat Effie melakukan semuanya sejauh ini." ucap Kenneth. Kenneth memang selalu berpikir yang tak pernah dipikirkan oleh yang lain dan tentu itu sangat memberatkan, karena kini Lucas dan Dasha ikut berpikir, sialan.

"Balas dendam?" sebut Dasha yang dihadiahi tatapan bingung kedua lelaki didepannya itu. "Kenapa? Aku serius menyebutkan balas dendam. Jika ia keturunan iblis mungkin ini ada sangkut pautnya dengan dendam. Kalian tau kan, orang jahat itu selalu memiliki dendam dan ketamakan dalam dirinya. Mungkin karena dendam Effie melakukan itu." imbuhnya. Lucas dan Kenneth mengangguk paham, iya juga, mungkin benar karena dendam.

"Lalu apa rencana kita sekarang?" sahut Lucas, dan langsung dibalas dengan Kenneth, "Tidak ada."

"APAA?!" pekik Dasha dan Lucas, kompak.

---

the last descendants

The Last Descendants Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang