Insiden

683 51 8
                                    

Author POV




Gadis itu meregangkan otot tangannya. Matanya masih terpejam saat ia terbangun dari tidurnya. Rasa pening pada kepalanya masih belum hilang.

Indera penciumannya kembali berfungsi.

Ini jelas bukan kamarnya. Bau nya sangat berbeda tak seperti kamarnya dengan bau vanilla yang begitu khas.

Dirinya masih enggan untuk membuka matanya hingga ada sesuatu yang menimpa bagian perutnya. Tangan seseorang.

"Terkutuk kau Ninda". Rutuknya pada diri sendiri, ia pun memalingkan kepalanya dan segera membuka matanya. Ia meringis pelan lalu beralih pada tubuhnya. Mengintipnya dari balik selimut putih khas hotel. Tanpa sehelai benang pun tubuhnya saat ini.

Dengan cepat, Ninda segera beranjak dari ranjang terkutuk tersebut. Ia langsung melangkah tak peduli dengan tubuhnya yang telanjang. Pria itu masih terlelap dalam tidurnya.

"Bella harus dapet pelajaran dari gue". Omelnya sembari membersihkan dirinya.

Setelah beres dari kamar mandi, tubuhnya sudah berbalut handuk kimono.

"Lo siapa? Kenapa kita bisa disini?". Cecarnya begitu menyadari pria itu mulai sadarkan diri.

"Lo gak inget?".

Kepalanya langsung menggeleng, "gue cuma inget dicekokin minuman sama temen, selebihnya gue gak sadar". Ucapnya penuh dengan penekanan.

Ia memutar kedua bola matanya saat melihat pria itu yang sedang mengintip tubuhnya dari balik selimut putih, "Telanjang, gue juga gitu tadi. Bisa dipastikan 100% kita udah ngelakuin itu. Sperma lo masih ada bekasnya, tanpa pengaman". Ungkapnya secara terang-terangan.

"Gue bakalan tanggung jawab".

"Gu ngga minta itu. Yang gue mau tanya, kenapa lo bisa ngajak gue kesini?".

Pria itu memandangi kembali wajah Ninda yang nampak kesal, "Lo hampir ngga sadarkan diri di bar, sendirian tanpa temen lo itu. Banyak cowok yang udah megang badan lo. Kalo gue ngga bawa, mungkin lo udah dipake sama om-om di bar itu juga".

Ninda menghela nafasnya. Ia tidak tahu harus berterimakasih atau justru marah. Karna dirinya sudah melakukan hal tersebut.

"Tolong pesenin gue baju". Pintanya yang langsung duduk pada sofa sembari menyalakan televisi.

Pria itu segera menyambar ponselnya yang nampak tergeletak di atas meja kecil. Menghubungi salah satu butik yang dikenalnya. Selesai memesankan baju untuk mereka, ia segera beranjak dari ranjang dengan menarik selimut tersebut.

"Darah?". Gumamnya saat melihat bercak darah pada seprei kasur.

"Ya~! Lo udah ngambil keperawanan gue". Ujar Ninda tanpa memandang pria tersebut.

Tidak bisa dipungkiri, kejadian semalam mereka berdua sama-sama mabuk, hanya saja dirinya masih ada sedikit kesadaran untuk membawa gadis itu pergi dari bar. Ia butuh membersihkan dirinya dan kepalanya untuk bisa berpikir kembali dengan baik.

Selepas pria itu masuk ke dalam kamar mandi, Ninda sekali lagi mengecek tiap bagian tubuhnya. Ada beberapa jejak yang ditinggalkan pria itu pada bagian lengan dan dadanya.

"Kenapa gue gak bisa inget gini sih". Batinnya.

Ia menenangkan hatinya. Otaknya kembali dipaksa untuk berpikir atas kejadian tadi malam.

Pria itu sama sekali tidak menggunakan pengaman saat mereka bercinta.

"Tanggal tujuh belas, bukan masa subur gue. Seharusnya aman meski dibuang di dalam".

Someday - DAY6 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang