Part 19

2.8K 301 5
                                    

Author POV

Tubuhnya begitu lemas. Tidak ada gairah saat kedua matanya memandang layar ponselnya. Sudah beberapa kali ia menghubungi Risa , namun gadis itu sama sekali tidak menjawabnya. Berpuluh-puluh chat sudah ia kirimkan, dan hasilnya pun sama. Tidak ada satu kata atau bahkan satu huruf pun yang di balas.

"Dia pasti marah sama gue". Gumamnya sambil melemparkan ponselnya ke atas ranjang.

"Kak, minta kertas HVS dong".

Ia menatap malas Laras yang tiba-tiba masuk ke kamarnya, "ada di samping printer, lo ambil aja".

Kedua alis Laras saling bertautan, ekspresi wajah kakaknya yang sangat berbeda sedikit membuat dirinya penasaran, "kenapa sih? Besok gue ganti, jadi gak usah uring-uringan gitu dong. Cuma kertas doang".

"Kalo cewek cemburu, biasanya cowok harus ngapain?".

"Hah? Kok nanya gituan sih?".

"Jawab aja, Ras....".

"Emang kakak taken? Sama siapa? Laku emangnya? Astaga, kok bisa ya ada cewek yang mau sama kakak".

Kalimat Laras menamparnya secara tidak langsung. Menyadarkan posisinya dengan Risa seperti apa.

Laras menghela nafasnya, tangannya masih menghitung lembar demi lembar kertas yang ia sedang ambil, "ya kakak samperin lah, bujukin buat ngga ngambek lagi, kamu mau apa sayang? Kamu boleh kok mutilasi aku kalo perlu, atau kamu boleh maki-maki aku di pasar besok pagi". Laras terdiam sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya kembali, "tapi beneran? Kakak taken? Bukan sama Risa kan? awas aja kalau kakak nyakitin Risa, semua koleksi nike kakak bakalan aku jadiin barang Giveaway".

Jay segera menyambar jaketnya yang tersampir di sofa dan juga ponselnya di ranjang, "no comment". Hanya itu yang ia ucapkan pada adiknya sebelum meninggalkan kamar dan juga rumah.

dirinya berpacu dengan kecepatan motor sport miliknya dan juga ramainya lalu lintas meski sudah malam hari.

Laju motornya sampai membawa dirinya pada sisi jalan di depan sebuah rumah. Rumah yang besar namun terkesan minimalis sekaligus elegan. Dengan pagar yang di lilit berbagai macam tumbuhan.

ia melepas helm yang di kenakannya, sepasang matanya terus menatap satu objek yang ia cari sedari tadi. Satu objek yang bisa membuat hatinya lega.

lampu kamar itu masih menyala. Namun, jendela balkon tertutup rapat. Begitu sepi jika di lihat dari luar seperti ini.

Harapannya hanya satu. Ia ingin melihat gadisnya. Kejadian saat di cafe cukup mengganggunya, bahkan bukan cukup melainkan sangat mengganggunya. dirinya tidak ingin jika Risa salah paham dengan kejadian itu.

Diva.

Wanita itu......

Harus ia akui, nama itu dulu yang memenuhi hati dan juga pikirannya. Namun  semua itu lenyap ketika dirinya melihat Diva sedang berciuman dengan pria lain di sebuah bioskop.

Salah lihat? Awalnya ia berpikiran seperti itu, namun ketika film itu usai, lampu-lampu kembali menyala semakin jelas jika sepasang kekasih itu ada Diva dan selingkuhannya.

Kejadian itu hanya Ia,Denny dan Willy yang mengetahuinya. Keduanya menjadi saksi atas perselingkuhan Diva.

Dan sekarang, ia tidak ingin Risa salah paham dengan apa yang sudah terjadi tadi sore. Meski dirinya sadar akan posisinya dengan Risa.

Pacar? Tentu saja bukan.

tapi, ia bisa melihat dengan jelas raut kecewa pada wajah Risa meski gadis itu selalu tersenyum seperti biasanya.

Someday - DAY6 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang