🍀 Part 6 🍀

1.6K 184 44
                                    

Author POV

"Mas ngga bohong kan? Apa kita harus sembunyiin semua ini? Laras pasti akan lebih hancur kalau tahu hal ini,Mas".

Tubuh Laras langsung terdiam di depan pintu kamar kakaknya yang sedikit terbuka. Suara Risa terdengar jelas olehnya.

"Tapi, sampai kapan kita harus sembunyiin ini? Pasti akan ada saatnya untuk dia tahu kalau Mas Sonny akan menikah dengan wanita lain".

Kedua matanya membulat saat mendengar kalimat terakhir Risa. Tangannya yang gemetar langsung memegang handle pintu dan membukanya. Kaki kanannya melangkah masuk ke dalam kamar kakaknya.

"Laras...". Risa tercekat menyebut nama Laras, ia langsung mematikan panggilan tersebut.

"Sa, Sonny mau nikah?".

Hanya anggukan kepala yang mampu diberikan Risa. Dadanya terasa sesak mendapati keadaan Laras yang kembali hancur.
Ia langsung mendekat, meraih lengan Laras dan memeluknya dengan erat, "Kamu ngga perlu kuat di depan aku". Ucapnya dengan isak tangis yang mulai mendominasinya.

Pelukan erat masih di berikan Risa bahkan saat Laras jatuh terduduk di lantai. Tangis keduanya mendominasi kamar ini. Tidak ada satu kata pun yang terucap dari bibir Laras.

~~

Bima memilih diam dari setengah jam yang lalu. Begitu juga dengan Denny.

"Kalau lo mau pakai hotel yang udah di rencanakan sebelumnya, lo pakai aja. Gue ngga masalah untuk hal itu, Risa pun juga pasti sama". Ujar Jay.

"Catering juga udah siap,Bang. Apalagi tagihannya udah lunas semua. Jadi, lo tinggal mikirin ijabnya aja. Bisa ngga tuh mulut buat ngucapin kalimat sakral itu".

Denny melirik Willy, kalimat terakhir yang diucapkannya sangat pedas sekali di telinganya.

"Kenapa kalian masih ngedukung gue? Seharusnya kalian ngehancurin pernikahan itu".

"Pernikahan itu bukan kemauan lo, Jadi kenapa harus kita hancurin? Toh, lo ngga akan pernah bisa nikah sama Laras kan?".ujar Bima.

Mereka berlima kembali terdiam untuk beberapa saat.

Sonny kembali menyandarkan punggungnya. Matanya terpejam beberapa saat. Hidupnya terasa berat sekali, terlebih Lili baru saja sampai di Jakarta pagi ini.

"Lo ngga mau ngenalin dia ke kita?".

"Gue aja ngga sanggup buat ketemu dia lama-lama". Sungut Sonny.

"Semua tiket liburan dari gue, terpaksa ngga gue kasih ke elo. Mending gue pake sendiri aja". Ucap Bima.

"Gue juga ngga ada niatan buat hal itu".

"Jangan terlalu sadis,Man".

"Hidup udah sadis ke gue".

Jay tidak tahu harus menanggapinya, ia memilih diam menatap percakapan teman-temannya saat ini.

Ia bisa merasakan hati Sonny yang berat untuk menerima semua ini. Namun, sahabatnya itu harus bisa melakukan keinginan Ayahnya karna sang Ibu. Dari dulu, Sonny memang anak yang sangat patuh dan sayang pada Ibunya. Tidak pernah sekalipun sahabatnya itu melawan Ibunya.

"Laras......".

"Biar dia yang jadi tanggungjawab gue". Potong Jay pada Sonny.

"Makasih...gue ngga akan pernah mampu buat ngasih tahu hal ini ke dia".

"Kalau gue ajak Laras buat liburan, lo gak boleh marah". Ujar Bima.

Sonny meliriknya dengan tajam.

Someday - DAY6 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang