Part 34

2.5K 287 30
                                    

Author POV

Rasa khawatir sekaligus cemas begitu mendominasi wajah tegas milik Sonny. Langkah kakinya yang panjang semakin cepat menyusuri lorong rumah sakit.

"Dimana Ibu gue?". Tanyanya, suaranya sarat akan kemarahan pada gadis yang duduk di depannya.

"Tante masih di periksa dokter". Jawab gadis yang tak lain adalah Indah. Kepalanya menunduk, menatap lantai karna tidak berani menatap Sonny secara langsung.

"Lo tuh emang anak pembawa sial". Geramnya pada Indah.

Sonny memilih kursi yang masih kosong. Menatap cemas pintu UGD dalam diam.

Di abaikannya isak tangis Indah yang pelan namun masih terdengar di telinganya. Ia tidak peduli dengan gadis itu.

Bagaimana pun juga, Indah salah satu penyebab kebahagiaan keluarganya hilang. Seharusnya dia tidak perlu di lahirkan ke dunia ini. Begitu pikir Sonny.

Ia langsung berdiri ketika seorang perawat dan juga dokter keluar dari ruangan UGD.

Dokter tersebut bilang jika keadaan Ibunya baik-baik saja. Hanya kelelahan dan juga kondisi fisiknya yang kurang istirahat. Setelah di berikan beberapa informasi lainnya, Dokter itu pamit pada Sonny.

"Lo selamat kali ini". Ucapnya sinis sebelum masuk ke dalam, meninggalkan Indah seorang diri di luar.

Tangis indah pecah. Tangis tanpa suara sambil memandangi pintu di hadapannya yang kembali tertutup rapat. Ia memutuskan untuk pergi dari sini. Dirinya butuh sendiri.

Sementara itu, Sonny memandangi wajah Ibunya yang nampak pucat. Matanya yang terpejam, kerutan pada wajahnya menyadarkan ia jika Ibunya semakin menua. Dirinya belum bisa memberikan yang terbaik pada Ibunda tercinta.

Seharusnya ia berada di rumah, menjaga Ibunya. Namun, keadaan rumah yang sangat panas membuatnya sangat malas berlama-lama disana.

Ia lebih memilih hidup sendiri, jauh dari keluarga yang seperti orang asing baginya. Terlebih hubungannya dengan sang Ayah yang sudah tidak harmonis lagi.

Diliriknya jam tangan yang ia kenakan, sudah pukul setengah lima pagi. Ia pun bersiap-siap dan meminta seorang perawat yang berjaga untuk menjaga Ibunya yang masih belum sadarkan diri.

Kakinya melangkah. Menyusuri koridor rumah sakit yang nampak lengang. Tidak ada aktifitas berlebihan saat jam segini. Udara masih sangatlah dingin, begitu yang ia rasakan.

Setelah sampai pada masjid di area samping rumah sakit, dirinya segera menuju tempat wudhu khusus laki-laki. Di lepasnya jaket kulit yang ia kenakan.

"Ayo kita sholat berjama'ah Kang".

kepalanya menoleh, menatap seorang pria yang telah selesai mengambil wudhu. Lengkap dengan sebuah sorban yang menghiasi lehernya saat ini, "iya pak".

Langkahnya mengikuti pria itu untuk masuk ke dalam.

sudah lama sekali ia tidak sholat berjama'ah di masjid seperti ini. Setidaknya, ada sedikit ketenangan yang di dapatkannya dari sini.

Di geser tubuhnya pada bagian samping. Ia duduk di dekat papan yang menjadi penghalang untuk area wanita dan juga pria.

"Ya Allah.. yang maha pengasih dan maha penyayang. Tolong sembuhkan tante Arini".

Sonny menajamkan pendengarannya saat mendengar suara yang tidak asing baginya.

"Semua ini salah hamba. Seharusnya hamba tidak ada di dunia ini. Karna hamba, Om Alfian harus menanggung semua ini. ya Allah, tolong satukan kembali keluarga mereka. Om Alfian orang baik, tante Arini juga sangat baik. Dia mau menerima hamba yang tidak memiliki hubungan apapun dengan mereka. Dia mau mengasuh hamba meski anaknya sangat membenci hamba".

Someday - DAY6 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang