🍀 Part 18 🍀

2.5K 201 103
                                    

Author POV


"Apapun yang akan kamu lihat dan baca nanti, Cece harap kamu bisa ikhlas menerimanya".

Laras kembali memantapkan hatinya. Beberapa hari setelah kejadian itu, hasil pemeriksaan telah keluar. Dan sore ini, Laras sudah berada dihadapan Rani untuk menerima hasil tersebut.

Tangannya sudah gemetar saat ia masuk ke dalam ruang kerja Rani.

Diraihnya satu amplop berukuran cukup besar dan tebal yang disodorkan oleh Rani.
Dirinya begitu gugup. Sesaat ia menatap Rani, seakan meminta persetujuan untuk membuka amplop yang kini ada ditangannya.

Lembar demi lembar ia baca dengan teliti, ia menggigit bibirnya menahan tangisnya. Hingga pada lembaran terakhir pun baru saja selesai dibacanya. Tangisnya pecah, dadanya berguncang hebat.

Rani beranjak dari kursinya untuk mendekati Laras. Dipeluknya gadis itu dengan saat erat seakan membagi perasaannya saat ini padanya.

"Semuanya sudah kehendak Tuhan". Ucap Rani yang menahan tangisnya sendiri.

Enam Rumah Sakit sudah mengeluarkan hasil test yang dilakukan Laras. Dari keenamnya, hasilnya sama. Tidak ada satupun yang berbeda.

~~

Setelah menyelesaikan urusannya dengan Rani, Laras mampir pada salah satu kedai kopi yang menjadi favoritenya. Kedai yang dikenalkan oleh Bima beberapa bulan yang lalu.

Ia mulai bisa mengendalikan emosinya saat ini. Wajahnya cukup sembab akibat tangisannya.

"Terimakasiih ya". Ujarnya saat pesanannya datang. Sore ini ia sengaja memesan minuman soda dibandingkan kopi, "Bima...". Perhatiannya beralih pada seorang pria yang menghampirinya.

Bima memilih duduk disamping Laras. Kedua matanya tak lepas dari gadis itu semenjak ia melihat Laras yang masuk ke dalam kedai. Ini pertemuan pertama mereka setelah kejadian malam itu.

"Lo apa kabar?". Tanya Laras memulai percakapan Bima.

"Seperti yang lo liat".

Kepala Laras hanya mengangguk pelan. Ia mengalihkan pandangannya dari Bima, menatap jalanan yang cukup sepi sore ini.

"Mau temenin gue makan jagung bakar ngga di Bogor?".

Ia menatap Bima tak percaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia menatap Bima tak percaya. Di Jakarta begitu banyak penjual jagung bakar, tidak perlu harus ke Bogor.

"Tiba-tiba gue ngidam jagung bakar yang ada di Bogor".

"Mobil gue.....".

"Titipin aja kuncinya disini, nanti gue suruh Denny yang ambil".

Laras terdiam sejenak. Mungkin ini adalah waktu yang pas untuk berbicara sekaligus meminta maaf pada Bima, "nih kuncinya". Ia menggeser pelan kunci mobil miliknya ke arah Bima.

Someday - DAY6 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang