Part 15

3K 328 4
                                    

Author POV

Kedua matanya tak henti menatap sebuah rumah sederhana yang terletak di sebelah kiri badan jalan. Ia melirik dalam diam wajah Merry yang duduk tepat di sampingnya.

Dilihatnya kaca jendela terbuka secara perlahan sampai setengahnya. Seorang pria dengan berbalut seragam yang sedikit terhalang oleh jaket hitam sudah ada di samping pintu mobil.

"Selamat malam nyonya Merry, sebaiknya kita semua langsung bertemu dengannya".

Dilihat wajah tantenya itu yang menunjukkan ekspresi datar. Kepalanya mengangguk pelan seraya membuka pintu mobil.

Ia dan Bima segera mengikutinya.

Bukan hanya seorang pria, bahkan sudah ada empat pria lain yang berada di luar. Ia hanya bisa melirik Bima, mencari semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalanya.

Langkah-langkah kaki mereka membawanya sampai pada halaman rumah yang tidak terlalu luas. Teras rumah yang hanya di terangi oleh sebuah lampu berwarna kuning semakin memberi kesan jika pemilik rumah ini sangat sederhana.

Tangannya semakin erat memeluk lengan Bima. Jujur, ia takut. Perasaannya tidak enak, entah apa yang akan terjadi.

Tangan kanan pria itu terulur, mengetuk beberapa kali pintu rumah.

nafasnya semakin memburu. Secara bergantian ia menatap tante Merry dan beberapa petugas yang entah siapa namanya.

"sebentarrr".

telinganya bisa mendengar jelas suara dari dalam rumah. Ia menggigit bibir bawahnya ketika pintu itu perlahan terbuka. Menampilkan sesosok wanita paruh baya yang hanya mengenakan daster panjang khas ibu-ibu pada umumnya.

"Maaf, ada perlu apa ya?". Tanya wanita itu yang belum diketahui namanya.

"Selamat malam, apa benar kalau ini kediaman bapak Rudi?".

"Iya pak, tapi....suami saya sudah meninggal satu tahun yang lalu". Ujar sang wanita paruh baya itu. Ada rasa takut pada raut wajahnya.

Risa hanya bisa diam dan mendengarkan percakapan itu. Ia seperti tidak asing dengan satu nama yang telah di sebutkan tadi.

"Kami dari pihak kepolisian, ingin meminta beberapa keterangan dari anda. Boleh kami masuk?".

Matanya membulat, ia semakin intens menatap wajah beberapa pria yang tak lain adalah anggota kepolisian. Pantas saja pembawaan mereka terlebih postur tubuh menunjukkan jika mereka bukan orang sembarangan.

"Boleh pak, silahkan masuk". Jawab wanita itu seraya membukakan pintu lebih lebar lagi.

Semuanya masuk ke dalam rumah sederhana itu secara bergantian sampai ia dan Bima yang terakhir masuk ke dalamnya.

Tidak ada sofa ataupun kursi. Lantai hanya di alasi sebuah karpet dari anyaman bambu saja.

"langsung saja bu.Rudi, saya tahu jika ibu ini mengenal dengan baik sosok almarhum suami ibu".

Kepala Risa menoleh ketika mendengar suara tante Merry yang kali ini mengambil alih semuanya.

"Pasti ibu juga tahu kan dimana almarhum bekerja". Lanjut Merry. ia berusaha untuk mengontrol suara dan juga emosinya.

Ia bisa melihat kepala wanita itu yang langsung menunduk. Bahunya berguncang pelan dan bisa ia pastikan jika wanita ia sedang menangis sekarang.

"Saya tahu semuanya". Ucapnya begitu pelan, "suami saya memang bersalah. Dia punya andil cukup besar untuk masalah itu".

Someday - DAY6 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang