Part 32

2.5K 305 44
                                    

Author POV

wajah lelah sekaligus cemas masih mendominasi mereka semua yang menunggu di luar ruangan. Risa telah di pindahkan ke dalam ruangan khusus beberapa jam yang lalu. Dokter pun masih belum memberikan izinnya untuk keluarga bisa masuk dan menungguinya di dalam sana.

Bima sudah ada bersama mereka, dengan wajah tenangnya seperti yang biasa di perlihatkan pria itu. namun, hanya Merry yang bisa merasakan kalau ada kegelisahan di dalam diri anaknya.

sekarang bukan waktu yang tepat untuk menanyai hal itu. entah apa yang sudah di lakukan Bima pada Anya, ia benar-benar tidak akan ikut campur untuk urusan tersebut, sesuai dengan janjinya.

sementara di dalam ruangan dengan nuansa putih yang lebih mendominasi, perlahan kedua mata Risa mulai terbuka. membiasakan dirinya pada cahaya dan juga bau antiseptik yang begitu menggelitik indera penciumannya. Bau yang begitu familiar, karna sewaktu kecil ia begitu bersahabat dengan semua ini. kepalanya masih terasa pusing saat ia mulai menatap sudut demi sudut ruangan yang sudah bisa di tebak.

"puji Tuhan", sebuah senyuman tipis menghiasi wajah seorang perawat yang setia menemani Risa sejak tadi malam. ia segera menekan salah satu tombol untuk memanggil seorang dokter.

tentu saja, dengan masuknya dokter sempat membuat keluarga bertanya-tanya. bahkan Dokter Fransiska yang menangani Risa hanya bisa diam saat di tanyai oleh Jay.

mereka mulai melakukan pemeriksaan pada tubuh Risa, mengecek kondisi terakhirnya saat ini.

Dr.Fransiska sudah bisa bernafas dengan lega saat mendapati keadaan pasiennya yang jauh lebih baik dari perkiraannya. wanita yang begitu kuat meski luka dalam begitu parah yang di alami.

"saya akan panggilkan suami anda,nyonya". ucap Dr.Fransiska

hanya anggukan kepala yang begitu lemah bisa di berikan oleh Risa. ia pun menatap kepergian Dokter dan juga perawat dalam diam.

"bagaimana keadaan putri saya?". tanya Merry saat Dr.Fransiska keluar kembali dari ruangan.

"puji Tuhan. Pasien berhasil melewati masa kritisnya. untuk luka di kepala pasien, kami akan melakukan beberapa pemeriksaan lebih lanjut tapi bukan sekarang. sebentar lagi, beberapa perawat akan datang untuk memindahkan pasien ke ruang perawatan".

wajah bahagia langsung mendominasi mereka, terlebih Jay. bahkan tanpa meminta izin terlebih dahulu, pria itu segera masuk ke dalam ruangan. senyuman tipis ia berikan saat kedua mata mereka saling bertemu. wajah pucat Risa sedikit memudar, sekarang wajah istrinya itu jauh terlihat lebih hidup di bandingkan tadi malam.

"aku senang bisa melihat mas lagi", ucap Risa menyambut uluran tangan Jay.

di kecupnya kening Risa dengan begitu hati-hati. Jay segera duduk pada kursi di samping ranjang, "maaf......". ucapnya begitu lirih, ia menciumi tangan Risa bahkan dengan menitikan air matanya.

"kenapa mas minta maaf? aku ngga apa-apa". Matanya terus memandangi wajah Jay yang terlihat sangat lelah.

kedua matanya masih memandangi wajah Risa, ia terdiam untuk beberapa saat. kepalanya terus berpikir, apakah ini waktu yang tepat untuk memberitahukan semuanya atau tidak.

"apa aku kena penyakit yang mematikan?".

kepala Jay menggeleng.

"apa aku lumpuh? tapi kaki aku bisa bergerak".

Jay kembali menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"terus apa mas?". Risa menatapnya begitu lekat, menunggu jawaban yang akan di berikan Jay untuknya.

Someday - DAY6 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang