🍀 Part 14 🍀

1.4K 165 5
                                    

Author POV

Langit begitu cerah. Seakan memberikan kelancaran pada prosesi pemakaman yang akan dilaksanakan beberapa saat lagi.

Sudah ada Rani yang berjaga-jaga di belakang Lili dan juga Laras. Disisi lain pun sudah ada Karina, Risa, Indah dan juga Arini.

Beberapa orang polisi tiba , hal itu membuat para pelayat langsung mengalihkan perhatian mereka. Bisik demi bisik timbul saat mereka melihat seorang pria paruh baya dengan baju berwarna putih dan celana hitam namun lengkap dengan borgol di tangannya.

Kedua bola mata Lili membulat. Tubuhnya menegang saat melihat Ayahnya, "PAPA JAHAT...PAPA JAHAT.. PAPA PEMBUNUH". teriaknya yang semakin histeris terlebih saat Suseno semakin berjalan mendekatinya.

Laras berusaha memegang kedua tangan Lili yang berusaha ingin berdiri dari kursi rodanya.

"PAPA KU JAHAT, DIA PEMBUNUH....PEMBUNUH...".

Laras harus melepas cardigan yang dikenakannya, sekuat mungkin ia berusaha meraih kedua tangan Lili yang terus memberontak. Sementara itu Rani menyiapkan sebuah suntikan untuk Lili. Tak ia hiraukan beberapa cakaran yang selalu tepat mengenai lengannya, ia harus mengikat tangan Lili sekarang.

Dengan sekuat tenaga, Rani menyuntikkan cairan itu pada lengan Lili.

Perlahan kesadaran Lili mulai menghilang hingga wanita itu benar-benar tak sadarkan diri.

"Kalian lanjutkan saja. Cece mau bawa Lili ke Rumah Sakit. Ras, kamu ikut Cece". Perintah Rani saat yang lainnya sudah ada disekeliling mereka.

"Sa, aku ikut Laras". Ujar Karina yang langsung disetujui oleh Risa.

"Mas Bima sama Mas Willy ke Rumah Sakit aja".

"Risa bener, biar kita yang disini". Ujar Jay.

Bima dan Willy menurut. Keduanya segera menyusul Karina yang berjalan cepat di belakang Laras dan juga Rani.

"Ini tuh yang gue takutin dari semalem". Sungut Rani saat mereka sudah masuk ke dalam mobil miliknya.

"Takut kalau Lili ketemu Ayahnya?".

"Betul. Tu anak masih takut buat ketemu Ayahnya. Seharusnya Lili di jauhin dulu kalau bokapnya mau dateng". Rani begitu gemas mengingat kejadian tadi.

"Ce....". Wajah Laras menegang. Ia mengulurkan tangannya pada kaki Lili, mengusap cairan yang baru saja mengalir dari dalam paha Lili, "Darah.....". Lirihnya.

Rani semakin cepat melajukan mobilnya. Hal itu membuat Bima mengernyitkan dahi saat melihat laju mobil di depannya yang semakin cepat.

Sesekali Karina menoleh ke belakang, cairan itu semakin mengalir membuat kaki Lili berlumuran darah.

"Kar, tolong lo pencet nomor tiga. Terus minta mereka siapin semua peralatan".

Karina menurut. Ia segera melakukan apa yang diperintahkan Rani.

Tangan Laras sudah berlumuran darah. Tak henti-hentinya ia mengelap aliran darah menggunakan tangannya sendiri. Ingin sekali ia menangis, namun tidak bisa. Ada sesuatu yang menahannya untuk tidak menangis saat ini.

Petugas Rumah Sakit begitu sigap saat mobil Rani datang. Mereka membantu mengeluarkan Lili dari dalam mobil.

"Laras". Bima menegang saat tangan Laras dan bajunya berlumuran darah.

"Lili pendarahan". Ujar Karina yang paham dengan tatapan Bima.

Mereka pun berjalan cepat menyusul staff Rumah Sakit yang membawa Lili.

Someday - DAY6 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang