Part 10

3.4K 377 59
                                    

Author POV

sepeninggal para cowo yang sedang mencari makanan ringan, Risa hanya duduk sambil memainkan ponselnya. mengecek beberapa email yang masuk kemarin.

"Sa".

"iya? butuh sesuatu,Ras?".

"Lo lupa? hari ini gue kan ulang tahun, kok gak ngucapin sih?".

Risa memajukan kursinya agar jaraknya dengan Laras semakin dekat, "mana mungkin aku lupa. cuma aja takut mau ngucapinnya. takut bukan waktu yang tepat".

"iya, gue paham kok. tapi serius gapapa. gue malah kesel karna gak ada satu pun yang ngucapin ke gue. Kakak gue juga gitu, mana ponsel gue gak di bawa". 

Risa beranjak dari tempatnya duduk dan segera duduk di pinggir ranjang Laras yang masih kosong, "Happy birthday. semoga kamu semakin dewasa,sehat selalu, semua yang diinginkan bisa tercapai dan lebih baik lagi dari tahun sebelumnya". ucapnya tulus dengan memeluk Laras.

"amin, amin , amin, kadonya mana?". ucap Laras dengan menadahkan kedua tangannya tepat di hadapan Risa begitu pelukan mereka terlepas.

"mana sempet aku mikirin kado kamu". ujarnya dengan memukul pelan telapak tangan Laras. 

Ponsel Risa berdering, ia segera melihat nama Sonya pada layar ponselnya yang terus menjeritkan nada dering. 

"Hallo mba?". 

kedua matanya langsung membulat begitu mendengar kabar dari Sonya. ia segera meraih remote tv yang tergeletak di atas meja nakas. 

"Iya mba, aku udah nonton". Risa segera mematikan sambungan itu dan mendengarkan tiap kalimat yang di ucapkan oleh seorang reporter pria.

"kenapa,Sa?". tanya Laras

"salah satu tempat tinggal orang kantor mau di gusur paksa". jawabnya tanpa menoleh pada Laras.

"Muka lo tegang banget,Sa". ujar Denny begitu datang bersamaan dengan Jay dan juga Bima.

tiga pasang mata pria itu langsung terarah pada layar flat televisi yang sedang menayangkan sebuah berita.

"oh, pembongkaran panti asuhan itu, deket rumah gue sih. emang udah dari lama di incer gitu katanya, bahkan beberapa kali sempet kena teror juga". celetuk Denny sambil memakan sisaan kripik kentang yang tergeletak di meja dekat sofa.

"itu bukannya Om Heri?". tangan Bima menunjuk wajah seorang pria yang di sorot oleh kamera.

"gak salah lagi,mas. aku harus kesana". Risa segera beranjak.

"terlalu riskan buat lo datang kesana. suasana-nya lagi panas,Sa". 

Risa melirik Jay , "itu tempat tinggalnya Bella". 

Laras menggelengkan kepalanya ke arah Jay, memberi isyarat agar kakaknya itu tidak mencegah Risa yang ingin pergi. 

"Gue temenin". ucap Jay

"kalau gitu gue ikut, Lo bisa disini kan Denn?". tanya Bima

"Bisa bang, lo tenang aja". 

ketiganya segera pergi  meninggalkan rumah sakit.

selama perjalanan ke panti asuhan itu , Bima segera menghubungi salah satu pengacara keluarganya. 

lain halnya Risa yang sedari tadi diam. ia masih memikirkan apa hubungannya Om Heri dengan panti asuhan itu. setahu dirinya, Om Heri tidak pernah memiliki aset properti selain rumah yang di tinggalinya dan 2 villa yang ada di bandung. 

Someday - DAY6 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang