🍀 Part 8 🍀

1.5K 165 16
                                    

Author POV


"Kita udah sampe?". Laras harus menutup mulutnya karna rasa kantuk yang masih mendominasinya.

"Iya. Keren lo, bisa tidur belasan jam tanpa bangun sedikit pun". Ucap Bima.

"Ayo siap-siap". Ujar Merry.

Ia segera mengambil tas dan juga sweather miliknya. Matanya masih belum terbuka seutuhnya, dipeluknya lengan Merry saat mereka jalan keluar dari pesawat.

"Papi mu udah sampai kan,Bim?".

"Udah Mom". Ucap Bima dari belakang sambil mendorong troli yang berisikan koper-koper besar milik mereka.

Seorang pria paruh baya namun terlihat tampan menyambut mereka dengan sangat hangat.

"Hallo om". Sapa Laras pada Dennies,Ayah Bima.

Dennies pun menyambutnya dengan pelukan hangat, "Tasya tidak ikut?". Nada suaranya begitu khas ketika berbicara bahasa Indonesia.

"Tasya masih ada kerjaan di Jakarta, kemungkinan dia akan nyusul ke Paris". Ujar Merry.

Keempatnya pun meninggalkan Bandara dengan mobil yang dibawa Dennies.

"Kok bukan lo sih yang nyetir?". Bisik Laras pada Bima yang duduk disampingnya.

"Bokap gue takut kalau gue yang nyetir, ngeri ketiduran katanya". Balas Bima dengan berbisik.

"Bagaimana kabar Papa mu? Sudah lama sekali tidak bertemu".

"Baik,Om. Papa juga mau nyusul katanya,dia bosan kalau mainnya Singapore-Jakarta terus". Laras memberikan cengirannya saat Dennies menatapnya dari spion. Mereka pun tertawa bersama.

"Besok pagi kita harus ke kebun, Kamu harus coba buah-buahan dari sana,Ras".

"Pa...". Tegur Bima.

"Laras tuh lebih bersemangat urusan perkebunan dibanding Bima". Potong Merry.

"Contoh Laras. Dia wanita tapi lebih minat daripada kamu,Bim".

"Terus aja".

"Kapan lagi gue bisa makan buah gratisan langsung dari pohonnya". Bisik Laras.

"Liat aja besok".

Butuh waktu dua jam untuk sampai ke rumah. Dengan dibantu beberapa orang penjaga untuk membawakan barang-barang mereka, Laras begitu takjub memandangi desain rumah milik Tante Merry dan juga Om Dennies. Rumah yang masih di dominasi oleh kayu-kayu pada beberapa bagian.

Bima langsung berjalan cepat saat indera penciuman nya menghirup aroma sedap dari ruang makan. Benar saja, sudah ada hidangan makan malam yang begitu banyak disana.

"Ayo makan dulu". Ujar Merry pada Laras.

Hati Laras tersentuh. Ia begitu bahagia dengan perlakuan keluarga Bima pada dirinya.

"Orang Belanda kalau dikasih sandwich itu udah bahagia banget". Ucap Bima.

"Emang lo di akui sebagai warga negara Belanda?".

"Ngga sih...".

Laras memulainya dengan pasta. Rasanya tidak begitu buruk dilidahnya. Meski dirinya lebih cinta masakan Indonesia dibanding western.

"Kamu jangan kaget kalau lihat anak Om makan". Ujar Dennies sambil menunjuk-nunjuk Bima dengan garpu yang dipegangnya, "Mirip sekali dengan Ibunya". Dennies tertawa saat mendapat lirikan tajam dari Merry.

Laras mulai menyendokkan nasi yang beraroma daun pandan dan juga sereh ditaburi dengan daun basil diatasnya, "ini enak banget".

"Kalau di Indonesia, itu mirip-mirip nasi liwet,Ras".terang Merry.

Someday - DAY6 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang