Libur akhir semester telah usai, tidak terasa memang 2 minggu telah berlalu. Kini waktunya kembali dengan aktivitas dan rutinitas seperti semula, salah satunya pelajar yang memiliki kewajiban untuk menimba ilmu di sekolah.
Sama halnya dengan gadis yang tengah berdiri didepan cermin saat ini, pandangan dan pikirannya sama-sama sedang kosong. Rasanya tidak percaya jika hari ini akan tiba, hari dimana ia harus berlapang dada menerima hasilnya. Bukannya segera bergegas berangkat ke sekolah, gadis itu justru masih terdiam didepan cermin kamarnya.
Hingga suara Ibunya membuatnya tersentak kaget.
“Buruan ke sekolah udah jam berapa ini pasti Naya udah nunggu di depan toko”
“Iya Bu”
Fanny bergegas berjalan menuruni tangga dan melewati meja makan begitu saja, entahlah rasanya ia hanya ingin kembali ke masa liburannya 2 minggu yang lalu. Namun pasti tidak akan mungkin bisa.
Sesampainya di depan toko milik Ibunya Fanny ternganga dengan penampilan Naya—ah bukan penampilan Naya tetapi penampilan kendaraan yang Naya tumpangi, seolah tidak percaya jika dihadapannya ini adalah Naya, sahabat masa kecilnya.
“Tumben pakai motor? Mobil lo kemana Nay?”
Percayalah, Fanny bertanya tentang hal itu bukan berarti ia adalah cewek matre. Justru sebaliknya, Fanny merasa heran dengan Naya yang tiba-tiba berpindah haluan. Karena dulu sewaktu awal masuk SMA, Fanny meminta agar Naya menumpanginya menggunakan motor saja tetapi gadis itu justru menolak.
Dan sekarang?
“Gue cuman mau pengin buat penumpang gue ngerasa seneng aja nggak salah kan?” ucap Naya dengan menaik-turunkan alisnya membuat Fanny terkekeh pelan kemudian duduk di jok belakang dengan posisi menyamping karena Fanny mengenakan bawahan rok.
“Yok bang berangkat!” Fanny menepuk pelan pundak Naya tetapi Naya justru menarik tangan kanan Fanny agar melingkar dipinggang Naya lalu menjalankan motornya.
“Demi apa Nay, untung lo cewek. Geli sumpah,” Fanny terkekeh sembari menggelengkan kepala sedangkan Naya tertawa.
“Kalo gue cowok emang kenapa Fan? Baper lo digituin doang?” ucap Naya.
“Pake nanya lagi! Ya enggaklah! Soalnya belum pernah,”
Dan—suara tawa mereka menghiasi pagi hari ini, hanya sesederhana itu Fanny bisa merasa lebih baik dari sebelumnya. Dan hanya dengan Naya.
5 menit sudah, Fanny dan Naya sampai di parkiran sekolah. Kemudian berjalan beriringan menuju lapangan upacara, karena menurut pengumuman yang mereka terima, di tempat itulah mereka akan diberitahu kelas baru mereka.
Ya, mereka sudah naik kelas, menjadi kelas XI. Dan kelas akan diacak oleh Kesiswaan. Sekarang seluruh siswa-siswi angkatan tersebut sedang berkumpul dihalaman upacara sembari menunggu pengumuman umtuk kejelasan kelas mereka.
“FANNY?! Sumpah ya gue kangen banget sama lo” Ucap Raina dengan merengkuh tubuh Fanny.
“Bilang aja nggak bisa pisah sama gue” Gurau Fanny yang diikuti kekehan dari mulut Raina perlahan Raina melepaskan pelukan ala teletubis itu.
Tiba-tiba Raina cemberut membuat Fanny bingung. “Kenapa lo?”
“Kalo nanti kita nggak sekelas apa lo bakal lupain gue Fan?”
Fanny terkekeh pelan. “Enggaklah! Takut amat gue lupain lo” Goda Fanny namun Raina mendengus kesal.
“PENGUMUMAN! SILAHKAN DIDENGARKAN BAIK-BAIK!” Ucap Pak Diyan—selaku perwakilan dari Kesiswaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanny
Teen Fiction- Judul sebelumnya Quickly Passed - Kisah tentang dua orang lawan jenis yang menjalin suatu hubungan persahabatan. Menghabiskan waktu berdua, saling bertukar gombalan, dan perhatian satu sama lain membuat hidup mereka seakan saling bergantung. 10 ta...