18 - I'm fine

12 4 0
                                    

Terlalu menyakitkan jika digenggam tetapi terlalu berharga untuk dilepas.

- deviayuwdyst

•••

“Assalamu’alaikum, Fanny pulang.” Fanny langsung pulang ke rumah selepas sekolah, lagi pula ia akan kemana? Pelajaran sekolah yang membuat pusing tujuh keliling membuatnya harus berfikir 2 kali saat ingin pergi kemana dulu sebelum pulang ke rumah.

Tujuannya pertama kali saat memasuki rumah adalah dapur. Sesampainya didapur, ternyata ada Hendra, Felcia, dan Dave yang sedang duduk santai dimeja makan.

Fanny yang tidak melihat keberadaan Karin pun menghampiri Felcia dan ingin menanyakan keberadaan gadis kecil itu. “Karin kemana Bu?” tanya Fanny dengan kening berkerut.

“Tadi dijemput sama kak Luna, Karin pindah sekolah.”

“Karin ikut kak Luna?” Fanny terkejut bahkan sangat, kenapa begitu mendadak? Ia bahkan belum mengucapkan salam perpisahan pada gadis kecil itu, huft mungkin mulai hari ini Fanny akan merasa kesepian walaupun ia sering tidak menghabiskan waktunya bersama Karin tetapi tetap saja ada yang terasa kurang.
“Iya tadi dijemput sekitar jam 10 pagi,” ucap Hendra yang sedari tadi juga mengamati interaksi istri dan anaknya sedangkan Fanny hanya mengangguk.

Fanny mengambil gelas dan diisikan air putih didalamnya kemudian ikut duduk disamping Hendra, meneguk minumnya hingga setengah gelas. Sedari tadi kerongkongannya kekeringan dan akhirnya kini tidak lagi. Pandangannya tertuju pada Dave yang juga menatapnya sengit, padahal Fanny hanya diam saja mengapa pria kecil itu menatapnya seperti ingin memakannya.

“Lo nggak ikut Karin juga keluar kota?” ucap Fanny dengan sinis membuat Dave mencebik kesal, Fanny selalu memiliki cara untuk membuat pria kecil itu kesal dan Fanny menyukai hobi itu.
“Palingan bentar lagi lo yang ikut kak Luna!” ucap Dave tidak mau kalah, Fanny memang disuruh melanjutkan ke perguruan tinggi dikota kak Luna—kakak perempuan Fanny tetapi Fanny bersikukuh tidak ingin karena yang Fanny inginkan berada dikota kelahirannya sendiri.
“Dave aja yang ikut kak Luna,” sahut Hendra yang mengundang gelak tawa dari Fanny dan Felcia tetapi tidak dengan Dave yang semakin terlihat kesal, keluarga yang kompak.

“Ogah!”

“Makanya belajar yang pinter! Jangan main hp terus,”

“Suka-suka guelah!”

Kedua orang tua Fanny hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat mereka beradu mulut, seperti sudah menjadi tradisi bagi Fanny dan Dave. Rasanya jika tidak ada adu mulut, hidup mereka terasa hampa.

“Astaga! Ibu sampai lupa kalau ada arisan,” Felcia menepuk pelan jidatnya saat teringat jika hari ini ada arisan ibu-ibu, biasanya diadakan seminggu sekali dihari yang tidak menentu karena kesibukan anggota arisan masing-masing juga.
“Fanny ikut ya Bu?” tanya Fanny meminta persetujuan dari Felcia, Felcia mengernyit heran saat Fanny tiba-tiba ingin ikut padahal biasanya gadis itu memilih berada dirumah dari pada keluar berkumpul bersama ibu-ibu disini.
“Enggak capek baru pulang sekolah?” ucap Felcia yang direspon gelengan kepala oleh Fanny dan berakhir Felcia menganggukkan kepala.

“Bentar Bu, Fanny ganti baju dulu.” Fanny berlari menuju  kamarnya untuk mengganti pakaiannya, pasalnya jika ia nanti masih mengenakan seragam bisa memberikan dampak negatif kepada anak-anak sekolah lainnya. Saat telah selesai mengganti pakaiannya, Fanny bergegas menuju dapur lagi yang hanya menyisakan Dave disana entah Hendra pergi kemana.

Bye-bye brother, gue keluar dulu jangan kangen.” Fanny berjalan mendekati Dave kemudian mengecup pipi sebelah kiri Dave lalu berlari keluar karena pasti Dave akan marah-marah dan berhubung Felcia juga sudah menunggunya diluar.

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang