34 - Sebuah fakta baru

7 2 0
                                    

Vote yok vote✨

•••••••••••••••••••••••••••

“Malming nanti kita keluar yok!” Ajak Dzaki menghadap ke belakang—meja Dewa bertepatan juga dengan guru yang keluar dari kelas mereka karena pergantian jam.

“Alah! Palingan juga lo nanti mau curhat kan Ki? Ngaku lo!” Sewot Dewa namun Dzaki hanya memutar bola matanya malas.

“Di rumah gue aja gimana? Gue lagi mager keluar” Balas Alfin karena memang lelaki itu sudah terlalu sering main malam dan berakhir disembur oleh Papanya, diancam pula jika seluruh fasilitasnya akan diambil.

Dewa menggebrak meja dengan pelan. “Ajakin Fanny!”

“Matamu!”

“Napa sih, orang cuman deket kan rumahnya.” Dewa mengerucutkan bibirnya membuat Dzaki menghembuskan nafasnya kasar, padahal sudah jelas-jelas Alfin memiliki rasa pada gadis itu tetapi Dewa terus saja lupa dengan sebuah fakta tersebut.

“Coba lo tanya sama guru lo, sopan nggak bilang kayak gitu? Apa lagi sama orang yang jelas-jelas udah suka sama tuh cewek” Ucap Dzaki yang dihadiahi jitakan oleh Alfin, berhubung mereka duduk bersama jadi mudah bagi Alfin melayangkan aksinya.

“Fanny cewek rumahan, mana mau dia keluar malem.”

“Kan cuman ke rumah lo Fin”

“Sama aja, dia itu ngejaga banget nama keluarganya.”

“Yaudah deh” Putus Dewa.

“JAMKOS WEE!” Teriak Agnes membuat seisi kelas XI IPA 1 juga bersorak ria, entahlah mengapa diawal tahun pelajaran free class merajalela tetapi saat akhir tahun pelajaran mereka akan selalu dipusingkan dengan materi yang menumpuk.

“Gue mau jailin Inez lah mumpung jamkos” Dzaki beranjak dari tempat duduknya menghampiri Inez yang sedang duduk manis ditempatnya bersama Naya dan meninggalkan Dewa serta Alfin yang melongo ditempat.

“Fin” Panggil Dewa dan Alfin hanya membalas dengan deheman.

Dewa pun beranjak dari kursinya dan berpindah posisi duduk disamping Alfin yakni dikursi Dzaki, Dewa berfikir ini adalah waktunya untuk berbicara empat mata bersama Alfin.

“Sorry”

Alis Alfin terangkat satu, merasa bingung dengan sikap Dewa yang tiba-tiba meminta maaf tanpa sebab. Seolah tahu bahwa Alfin tidak paham akhirnya Dewa kembali buka suara.

“Gue nggak tau kalau lo juga punya rasa yang sama ke Fanny karena dulunya lo sendiri bilang kalau Fanny itu adik lo” Ucap Dewa membuat Alfin terkekeh pelan.

“Santai aja Wa kaya sama siapa, santai dong, lo gabakal gue apa-apain.”

“Jangan sampe persahabatan kita hancur cuman gara-gara 1 cewek” Lanjut Alfin.

Dewa mengangguk sebagai jawaban.

“Tapi boleh kan gue bantuin lo?” Ucap Dewa, yang lagi-lagi membuat Alfin mengernyit heran.

“Bantuin apa?”

“Jagain Fanny dari jauh”

~~~

Perpustakaan.

Tempat favorite kedua bagi Cheryl di SMA Athala setelah kantin. Tetapi akan menjadi tempat yang paling tidak ia sukai ketika menginjakkan kaki disana untuk mencari buku pelajaran.

Cheryl juga tidak terlalu paham mengapa bisa dirinya bisa seperti itu, bahkan yang ia tahu bahwa teman-temannya paling anti dengan perpustakaan kecuali orang-orang ambis.

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang