42 - Perkelahian

6 1 0
                                    

Seberapapun banyak masalah yang datang menghampiri, tetap akan ada titik dimana seseorang merasa bahwa...tidak selamanya masalah harus diterima dengan hati yang lapang. Sebab ada masanya, masalah harus segera usai dengan pikiran yang matang.

- deviayu

-----------------------------------------------------------

“Langgeng banget ya Fan, lo sama kak Naufal. Udah otw satu bulan aja, ngga kerasa.” Ucap Jessy.

Fanny tersenyum menanggapinya karena memang yang diucapkan Jessy benar, tidak terasa hubungannya dengan salah satu anggota OSIS itu sudah menginjak satu bulan.

Btw, mereka sekarang sedang berada di lab. IPA. Dikarenakan ada praktik menanam kedelai di gelas minuman bekas dengan  menggunakan media kapas basah.

“Seneng ngga sih lo?” Sahut Elvina.

“Senenglah, siapa yang ngga seneng coba. Kak Naufal dewasa banget, ngga pernah nuntut.” Balas Fanny dengan tersenyum membuat ketiga temannya ikut tersenyum lega, setidaknya mereka tenang bahwa Fanny aman bersama Naufal.

Suasana di lab. IPA mendadak hening ketika mic pemberitauan sedang dinyalakan, biasanya pertanda bahwa ada pengumuman.

"Fin"

"Hmm"

"Boleh gue minta nomornya Fanny?"

"Gue nggak punya"

"Adek lo sendiri masa nggak punya"

"Justru cuman adek sendiri jadi buat apa toh tiap harinya ketemu"

"Lagian dia juga udah punya cowok"

"Bukannya belum lama beritanya dia udah putus?"

"Ya lo kira Fanny nggak banyak yang ngincer?"

"Gue kalah start ya berarti"

"Lagian siapa aja sih yang mau sama Fanny? Gue liat dia orangnya biasa-biasa aja nggak tenar juga kan"

"Gue kasih tau siapa yang mau sama Fanny"

"Siapa?"

"Gue"

Deg

Fanny beserta ketiga temannya menegang di tempat saat apa yang disiarkan oleh mic sekolah bukanlah pengumuman melainkan sebuah rekaman, berisikan percakapan beberapa lelaki namun suaranya disamarkan.

Fanny menatap ketiga temannya secara bergantian dan mereka menggeleng perlahan, tidak tahu.

Akhirnya, gadis itu beranjak dari lab. IPA berlari menuju ruang TU meninggalkan ketiga temannya untuk memastikan siapa yang menyiarkan percakapan tersebut.

Untung saja guru IPA hanya memberikan arahan lalu bergegas pergi dari lab IPA, jadi Fanny tidak perlu basa-basi keluar untuk meminta izin.

Sedangkan di tempat lain, di dalam kelas. Alfin, Dewa, dan Dzaki mengepalkan tangan saat mengetahui siapa dalang dari rekaman yang tersiarkan barusan.

Alfin memberi isyarat kepada kedua temannya untuk keluar kelas, berhubung sedang pergantian jam. Kemudian mereka keluar kelas meninggalkan tatapan bingung dari penghuni kelas.

Sesampainya di luar kelas, cacian dan makian keluar dari mulut mereka.

“Gue tau ini siapa pelakunya” Dewa berdecak pelan.

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang