35 - Fanny taken

9 2 0
                                    

Percayalah, dibalik keputusan menerima seseorang lelaki yang hendak menjadi pendamping hidup. Ada wanita yang bersusah payah melawan ketakutan di masa lalunya dan melakukan perdebatan lebih dulu dengan sahabatnya.

Vote nyaa donggg:*

•••••••••••••••••••••••••••

Fanny menguap tertahan saat dirinya tiba di pasar, Felcia menariknya dengan paksa untuk ikut ke pasar demi berbelanja kebutuhan pokok mereka. Padahal Fanny sedang asik-asiknya tidur nyenyak. Fanny juga merasa heran, biasanya Felcia sendiripun bisa tetapi mengapa sekarang tiba-tiba mengajak dirinya.

“Bu udah belum?” Ucap Fanny terdengar mendesak agar Ibunya segera selesai.

“Bentar Ibu cek satu-satu dulu”

Fanny menghembuskan nafasnya pelan, ia pun juga mengerucutkan bibirnya. Gadis itu bosan menemani belanja Ibunya sedangkan ponsel miliknya tertinggal dirumah karena Felcia yang mengajaknya secara tiba-tiba dengan keadaan nyawa Fanny belum terkumpul seutuhnya.

“Udah komplit yuk pulang” Ucap Felcia mendahului langkah Fanny dan gadis itu mengekor dibelakangnya.

“Bu, lain kali kalau ngajak Fanny ke pasar nunggu Fanny bener-bener bangun dulu ya” Ujar Fanny, walaupun berada dibelakang Felcia tetapi Ibunya masih bisa mendengar ucapannya.

“Anak gadis kok jam 6 belum bangun mentang-mentang libur sekolah”

Yang dikatakan Felcia memang benar jika hari ini libur sekolah karena weekend tetapi yang dikatakan Felcia jika Fanny jam 6 belum bangun adalah salah, sebab wanita paruh baya itu membangunkan Fanny setengah 5. Fanny pun merasa kesal saat Ibunya melebih-lebihkan jam.

“Nyawa Fanny belum ngumpul semua Bu” Ucap Fanny lagi, tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang berlalu lalang dengannya di dalam pasar.

Langkah kaki Felcia terhenti membuat Fanny ikut menghentikan langkahnya kemudian Felcia berbalik menghadap anaknya. “Emang nyawamu ada berapa?”

Pertanyaan yang terlontar dari mulut Ibunya membuat Fanny cengo seketika, bukan itu maksud Fanny tetapi ah—sudahlah berdebat dengan emak-emak tidak akan pernah menang.

“Untung Ibu gue kalau andaikata Naya udah pasti gue tabok”

“Ibu denger loh Fan”

“E-eh nggak kok Bu” Fanny menepuk dahinya pelan, merasa bodoh karena telah berbicara dengan suara yang cukup keras sehingga membuat Ibunya terdengar.

Setibanya di rumah, Felcia langsung menuju ke dapur untuk mengolah bahan masakan yang dibelinya tadi. Sedangkan Fanny bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya karena berkat Ibunya, ia tadi bahkan belum sempat mandi.

Setelah sekitar 10 menit lamanya berada di kamar mandi, gadis itu pun meraih ponselnya. Benda yang membuat Fanny tidak tenang sejak menginjakkan kaki di pasar. Padahal tidak ada yang ia tunggu notifnya hanya saja ia takut ponselnya akan di ambil oleh Dave dan pastinya pria kecil itu akan semena-mena menggunakan ponsel Fanny.

Mata Fanny membulat ketika ada beberapa chat yang masuk ke ponselnya beserta panggilan tidak terjawab, harusnya orang yang spam chat itu paham bahwa data ponsel Fanny sedang mati lantas mengapa masih saja kekeuh spam chat dan telpon pikirnya.

Tidak perlu berlama-lama akhirnya Fanny membuka dan membaca satu per satu chat yang masuk, salah satu chat membuat Fanny tegang.

0852xxxxxxxx

2 hari gue nunggu jawaban dari lo tapi sampai sekarang belum ada jawaban

Sekarang gimana?

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang