08 - Dimana saja Alfin

20 5 0
                                    

Yuhuu Alfanny come back again🤗Cast girl nya di next part ini yapp👌🏻
Oiya jan lupa votement jugaa🤩
Happy Reading❤

-----------------------------------------------------------

“Gue pengen..ada seseorang yang hadir dihidup gue itu layaknya langit bukan hanya diwaktu tertentu seseorang itu ada buat gue tetapi setiap saat,”

- Fanny Cheryl Griselda -

-----------------------------------------------------------

“Kapan coba Indonesia itu turun salju!” ucap Esti—teman Fanny sembari mengusap keringat yang mulai bercucuran didahinya, bukan karena alay ataupun lebay tetapi memang cuacanya yang sangat menguras banyak keringat.

Panas matahari yang begitu menyengat pagi hari itu membuat tidak sedikit murid SMA Athala yang mengeluh, terlebih lagi pengumuman yang tidak segera usai. Namun apalah daya mereka yang hanya bisa menggerutu ditempat tanpa berani berkomentar langsung kepada guru yang sedang memegang microfon itu.

Rasa pusing yang terus saja menyerang kepala Fanny membuat ia hanya bisa diam, ocehan murid lainnya pun hanya terdengar samar-samar ditelinganya. Fanny berharap bahwa dirinya tidak ingin pingsan di lapangan upacara, karena PMR juga telah kembali ke barisan masing-masing.

Tiara—teman Fanny yang baris didepannya menyadari semburat pucat diwajah Fanny saat iseng berbalik ke belakang akhirnya berujung panik melihat pemandangan didepannya. “Fan muka lo pucet banget,”

Ucapan Tiara membuat Ana yang berdiri tepat disamping Fanny menoleh, dan benar saja yang dikatakan Tiara jika wajah Fanny terlihat sangat pucat.

“Lo masih kuat kan Fan? Aduh Raina juga belum dateng ke sini,” Ana ikut panik karena Raina selaku wakil PMR tidak ada dibarisan kelas mereka padahal Raina juga yang paling dekat dengan Fanny.
“Gue masih kuat kok,” Fanny tersenyum tipis berharap bisa mencoba menahan sebentar lagi, meskipun tidak yakin dengan ucapan Fanny namun Tiara dan Ana berusaha tenang.

Ana mengaitkan jarinya dengan jari Fanny sungguh Ana tidak bisa tenang, niatnya untuk menguatkan Fanny sedangkan Tiara sudah kembali menghadap ke depan takut jika ketahuan guru berbicara dengan temannya.

Tiba-tiba pandangan Fanny kabur, perlahan berubah menjadi gelap. Bersamaan dengan itu juga upacara dinyatakan selesai tetapi Fanny tidak bisa berkutik, rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya. Fanny takut kegelapan.

“Na Ana kok gelap ya,” Fanny semakin mengeratkan genggaman Ana sedangkan Ana manatap Fanny gelisah, disisi lain Ana dipanggil untuk berkumpul dengan pramuka inti lainnya sedangkan Fanny bagaimana.

“RAINA!”

Ana yang melihat Raina berjalan menuju kelas pun akhirnya berteriak dan untungnya Raina mendengar lalu segera menuju ke Ana.

“Bawa Fanny ke kelas gue buru-buru,” Ana berlalu begitu saja membuat kening Raina berkerut, Raina bingung sebenarnya ada apa namun tetap menggandeng lengan Fanny menuju kelas.

Saat menapaki jalan yang teduh, pandangan Fanny telah kembali seperti semula. Ia menghela nafas lega, ternyata Fanny kuat. Raina yang melihat perubahan raut Fanny rasanya ingin bertanya tetapi—ah tanya saja dari pada penasaran.

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang