52 - Gebetan Alfin

7 1 0
                                    

Happy weekend🥰

Janlup vote nya ya<3

°•°

Cie yang statusnya sahabatan tapi punya perasaan.

- Fahrizal Dewa Pambudi

Jam telah menunjukkan pukul 7

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jam telah menunjukkan pukul 7.20, namun seorang pemuda itu masih nyaman dengan tidur panjangnya. Seolah acuh bahwa hari ini ia masih harus berangkat ke sekolah.

Sang ibu yang sedari tadi juga ikut andil bersama pagi untuk membangunkan anaknya, namun siapa sangka jika respon yang diberikan hanyalah ucapan '5 menit lagi'.

Beliau hanya bisa menghembuskan nafasnya lelah, bagaimanapun anaknya itu jika tidak bangun karena dirinya sendiri, tidak akan pernah bisa.

"Kalau telat jangan salahin Mama, ya." Kalimat terakhir yang keluar dari mulut Sita sebelum beranjak meninggalkan kamar anaknya.

10 menit setelahnya, Alfin bangun dengan keadaan masih setengah sadar. Mangacak rambutnya kemudian meregangkan otot-ototnya.

Lelaki itu meraih ponsel dimeja sebelah tempat tidurnya, menghidupkan benda itu lalu melihat-lihat lebih dulu apakah ada informasi penting dari sekolah.

Nihil. Hanya ada beberapa pesan dari teman-temannya dan juga penggemar rahasianya, bahkan sudah menjadi rahasia umum.

Alfin mengembalikan ponselnya ke tempat semula, berjalan menuju kamar mandi untuk melakukan ritual paginya sebelum ke sekolah.

Setelah selesai dengan segala susunan persiapannya, ia keluar kamar dan menuju meja makan.

"Kenapa udah bangun?" Ucap Sita saat melihat anaknya duduk di salah satu kursi, hendak sarapan.

"Karena jatah matinya udah selesai" Balas Alfin dengan santainya membuat Sita menggelengkan kepala.

Seperti biasanya, Alfin hanya akan sarapan bersama Mamanya karena Papanya juga jarang pulang begitu juga dengan Budhe-nya yang memilih sarapan lebih dulu dari pada bersama-sama.

Karena Alfin bangunnya selalu kesiangan.

"Alfin udah Ma, berangkat dulu. Assalamu'alaikum." Ucap Alfin sembari mengecup punggung tangan Sita.

"Wa'alaikumussalam, hati-hati aja udah terlanjur telat." Pesan Sita, beliaupun sebenarnya tahu, tidak perlu diperingatkan pasti anaknya sudah tahu.

Dan akan lebih menunda waktu untuk sampai di sekolahan.

Alfin mengeluarkan CB 100 miliknya dari garasi, walaupun ia memiliki mobil untuk dikendarai namun lelaki itu lebih nyaman menggunakan motor kesayangannya.

Dan, lagi pula Alfin menutup diri agar tidak terlihat mencolok diantara teman-temannya.

Seakan menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya, sesekali Alfin memejamkan mata sembari menghirup udara segar.

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang