Pelajaran apa yang jabatannya sulit selain matematika?
Bagi Fanny, Bahasa Inggris adalah urutan nomor dua sebagai pelajaran tersulit sesudah matematika. Dengan minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh gadis itu, selalu saja disetiap mapel Bahasa Inggris Fanny memilih untuk menyerah sebelum belajar.
Salah? Tentu saja Fanny mengakuinya bahwa hal yang dilakukannya tersebut bukanlah hal yang benar untuk dilakukan.
“Ayo dong Fan kerjain lagi biar di rumah tinggal santai-santai” Ujar Sandra dengan maksud ingin menyemangati Fanny.
Berhubung Fanny Juvanda telah berpindah sekolah, maka keadaan kembali semula yakni memanggil Fanny Cheryl Griselda dengan nama depannya.
“Justru karena bisa dikerjain di rumah yaudah sekarang waktunya santai-santai dulu” Balas Fanny dengan nada santainya membuat Sandra menggeleng heran kemudian melanjutkan mengerjakan tugasnya sedangkan Fanny menelungkupkan kepalanya diatas meja.
Guru Bahasa Inggris yang mengajar di kelas mereka hanya datang untuk memberikan tugas kemudian kembali ke ruang guru dikarenakan ada rapat dengan guru-guru yang lain jadi bisa dikatakan bahwa saat ini adalah jam kosong.
Sandra nampak menghentikan kegiatannya kemudian melihat ke arah Fanny walaupun dalam keadaan seperti itu, Sandra yakin jika Fanny tidaklah sungguhan tidur.
“Fan”
“Hmm”
“Dhilla itu adiknya Alfin ya?”
Dengan gerakan cepat Fanny mengangkat kepalanya lalu menatap intens Sandra. “Kenapa?”
“Ngga apa-apa cuman nanya” Sandra mengangkat kedua bahunya membuat Fanny memutar bola matanya malas.
“Kalau udah tau jawabannya ngapain nanya” Ketus Fanny yang hanya dibalas senyum manis oleh Sandra.
Suara riuh terdengar dari luar kelas XI IPA 4, membuat seisi penghuninya saling bertatapan. Karena merasa penasaran sebagian besar dari mereka keluar kelas terutama ketiga teman Fanny namun Fanny justru lebih memilih untuk duduk manis dikursinya, lagi pula ia tidak terlalu peduli dengan urusan orang lain.
Kembalinya Sandra, Jessy, dan Elvina membuat Fanny mengerutkan keningnya karena ekspresi ketiga temannya yang terlihat kesal membuat Fanny memberanikan untuk bertanya.
“Kenapa lo bertiga?”
“Gue kira ada apaan ternyata cuman gara-gara X IPA 4 pindah kelas disamping kelas kita” Balas Elvina yang diangguki setuju oleh Sandra dan Jessy sedangkan Fanny tertawa mengejek.
Jessy mendengus kesal. “Lo pasti udah punya firasat kalau ngga penting kan Fan rame-rame diluar tadi makanya lo ngga ikutan keluar sama kita-kita”
“Ngadi-ngadi lo!”
Ketiganya tertawa melihat ekspresi kesal seorang Fanny.
Kring kring kring
“Skuy kantin!”
~~~
“Gedung kita itu paket komplit ya” Ucap Elvina saat mereka tengah kembali ke kelas setelah menikati istirahat, sebenarnya jam istirahat belum habis namun mereka lebih memilih untuk kembali saja ke kelas.
“Iya juga ya, ada kelas X XI sama XII. Ngga enaknya paling atas sendiri woelah cape jalan ke kantinnya” Keluh Jessy, ucapan gadis itu disetujui oleh ketiga temannya.
Setelah mereka berempat hampir tiba di kelas, Fanny izin untuk menemui Dhilla terlebih dahulu karena ada sesuatu yang ingin ia bicarakan kepada keponakan Alfin tersebut.
Fanny hanya berdiri di depan pintu kelas X IPA 4 sembari mengamati setiap sudut ruang kelas tersebut, tanpa memanggil ataupun menggunakan kode, Dhilla berjalan menghampiri Fanny.
Mereka memutuskan untuk bicara diluar kelas karena suasana jam kosong yang ricuh bisa saja membuat percakapan mereka tidak terdengar dengan jelas.
“Ada apa kak?”
“Cuman mau nanya aja sih, gimana panti?” Ucap Fanny.
Bibir Dhilla membentuk huruf ‘O’. “Aman kok kak, aku sama Arsya dkk bisa handle selagi kak Fanny ngga ada.”
“Apa sampe seterusnya kita cari yang cewe aja ya? Biar konsisten gitu” Usul Fanny.
“Terserah kak Fanny aja kalau itu mah, kita yang sebagai bawahan ngikut.” Dhilla terkekeh pelan sedangkan Fanny berdecak pelan, walaupun Fanny sebagai ketua pengurus panti namun sama saja jika apa-apa ia kerjakan sendiri pasti tidak akan bisa.
“Yaudah untuk sementara aku minta tolong sama kamu buat pertahanin mereka”
“Oke siap”
“Yaudah itu aja, balik gih ke dalem.” Ucap Fanny menyuruh Dhilla untuk kembali ke dalam kelas juga dengan dirinya sendiri yang berjalan menuju kelasnya.
Saat hendak memasuki kelas, ada temannya yang membuat Fanny harus menghentikan langkah kakinya saat tahu bahwa orang tersebut akan bertanya.
“Ngobrol sama sama tadi Fan?”
“Oh, Dhilla keponakannya Alfin, kenapa Bar?”
Bara, teman Fanny itu terkekeh pelan. “Boleh dong kenalin”
“Heh, gue tau lo belum bisa move on kan dari Adel?” Fanny tersenyum mengejek dan Bara membelalakkan matanya terkejut bahwa Fanny bisa mengetahui rahasia yang ia pendam.
“Lo tau dari mana?”
“Harusnya jawaban yang lo kasih ke gue bukan malah balik nanya, jadinya kan ketauan banget ucapan gue barusan itu bener.” Fanny tertawa sedangkan Bara berdecak pelan.
“Gue mau deketin lo aja deh kalau gitu”
Fanny terdiam setelah mendengar penuturan dari Bara, ada sedikit perasaan takut dan heran secara bersamaan. Sebenarnya ada apa dengan dirinya? Mengapa hampir semua lelaki yang pernah satu kelas dengannya bersikap seolah-olah ingin menjalin hubungan dengan Fanny?
Gadis itu tidak baper hanya saja merasa ada yang aneh, apa mereka mendekati Fanny karena penasaran atau bagaimana ia juga tidak paham.
“Canda kali Fan tegang amat muka lo” Bara terkekeh pelan membuat Fanny bisa menghembuskan nafas lega, bukan tanpa sebab gadis itu gelisah karena bisa-bisa ia di cap sebagai perempuan murahan.
“Bercanda lo ngga lucu Bar kan gue udah punya kak—” Buru-buru Fanny membungkanm mulutnya ketika hampir saja keceplosan walaupun ia tahu bahwa satu sekolah sudah mengetahui hubungannya dengan anggota OSIS itu.
Bara tertawa ketika menyadari bahwa teman satu kelasnya itu sudah mau mengakui jika mempunyai kekasih. “Iya-iya gue tau makanya kenalin gue ke adiknya Alfin itu”
“Kenalan aja sendiri” Fanny memutar bola matanya malas kemudian melangkah masuk ke dalam kelas yang sempat tertunda karena Bara.
Tanpa mereka sadari, sedari tadi Adel menatap tajam kedua insan yang sempat bercerita. Ada perasaan kesal saat mantan kekasihnya bercengkerama dengan musuh bebuyutannya.
“Liat aja permainan gue Fanny”
-----------------------------------------------------------
Jangan lupakan votenya:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanny
Teen Fiction- Judul sebelumnya Quickly Passed - Kisah tentang dua orang lawan jenis yang menjalin suatu hubungan persahabatan. Menghabiskan waktu berdua, saling bertukar gombalan, dan perhatian satu sama lain membuat hidup mereka seakan saling bergantung. 10 ta...