36 - Waktunya cowok

8 2 0
                                    

Gue akan egois dengan hal apapun yang bersangkutan sama lo, tapi gue pastiin, egoisnya gue ngga akan buat lo risih.
- Alfin Juvenal Pratista

•••••••••••••••••••••••••••

Sesuai kesepakatan yang telah dibuat tiga remaja pada hari kemarin bahwa malam minggu akan mengadakan acara kumpul-kumpul di salah satu rumah dari mereka hari ini terwujudkan, namun tidak hanya mereka bertiga melainkan ada beberapa teman mereka lainnya.

Jika kebanyakan lelaki pada usia mereka akan membentuk sebuah geng tetapi mereka tidak membuat dan tidak akan pernah, karena siapapun boleh bergabung bersama mereka bahkan gadis-gadis pun diperbolehkan asalkan tahu batasannya.

Sebab, mereka berteman tidak memandang fisik, harta, atau apapun. Hanya saja yang bergabung bersama ketiga remaja tersebut hanyalah orang-orang yang mempunyai jabatan di SMA Athala padahal kenyataannya, tidak seperti itu.

"Minum yok minum!" Seru Dzaki dengan membawa nampan yang terdapat gelas berisi air diikuti Alfin dibelakangnya, selalu saja bagian yang membuat minum adalah mereka.

"Mana nih anggurnya?" Balas Surya.

"Eike lebih suka apel bwang" Ucap Dzaki dengan logat ceweknya sembari meletakkan minum ditempat yang mudah dijangkau oleh mereka, biasanya juga begitu, mereka mengambil sendiri.

"Perasaan lo waktu SD nggak selebay sekarang deh Ki" Aris tertawa setelah berucap, lelaki itu tahu karena sedari SD hingga SMA selalu satu sekolah dengan Dzaki.

"Pantes Ar lo bikin anak orang nangis"

"Lah, kenapa emang?"

"Pake perasaan sih lo kalau gombalin cewek!"

Aris tertawa walaupun sejujurnya ia masih bingung dengan maksud dari ucapan Dzaki, ah-iya Aris ini adalah tipikal cowok yang lemah lembut dan nggak suka neko-neko, jadi wajar dulunya di kelas X IPA 1 banyak juga gadis yang nyaman berdekatan dengan lelaki itu. Tapi kedekatan itu hanya sekedar teman.

"Gue pernah liat Raina nangis di kamar mandi sambil sebut-sebutin nama lo, Ar." Timpal Dewa yang membuat Aris bingung, apa hubungannya pikir lelaki itu.

"Kok nama gue di bawa-bawa?" Ucap Aris.

"Gimana Ki curhatnya si mak lampir waktu itu, gue lupa." Dewa justru menyuruh Dzaki untuk menjelaskan kepada Aris karena memang Dewa benar-benar lupa.

"Intinya Raina bilang kalau Aris itu jahat karena udah baperin dia dan nggak mau tanggung jawab"

"Gitu kan jadinya kalau kita terlalu baik sama cewek, mereka salah paham." Imbuh Alfin yang disetujui oleh mereka semua.

"Apalagi type-type kaya Aris yang langka beuhh banyak tuh pasti yang mau"

Memang, Aris type cowok yang langka. Entah apakah lelaki itu tidak memiliki kekurangan satupun di depan kaum hawa? Kebanyakan yang membuat para gadis histeris saat bersama Aris adalah roti sobek milik lelaki itu.

Sejujurnya, tubuh Aris lebih ideal dari pada yang lain karena ia sangat gemar berolah raga.

"Tanggung jawab lah Ar kasian anak orang" Ucap Rey yang mengundang tawa dari mereka yang berada di sana.

"Biarin aja" Balas Aris dengan tersenyum.

"Iya biarin aja ntar ujung-ujungnya juga jadian bahhh" Entah mengapa Dzaki sangat heboh mengurusi hidup Aris.

"Kemarin lo ngapain Inez, Ki?"

Mereka semua yang berada di sana tertawa terbahak-bahak saat melihat ekspresi Dzaki yang entahlah sulit untuk dijelaskan-takut, malu, ingin kabur mendengar Surya bertanya demikian.

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang