30 - Kunjungan lagi

6 3 0
                                    

Sepasang kaki melangkah dengan anggunnya untuk menuju ke suatu tempat, rasanya sudah begitu lama tidak menginjakkan kaki di sana.

Perasaan bersalah menyeruak direlung hatinya, andaikan tidak disibukkan dengan dunianya sendiri pasti silih berganti ia akan tetap menjalani hidupnya seperti air mengalir.

Namun apa boleh buat, jika keadaan yang memaksa sesorang untuk tetap melewatinya lebih dulu sebelum ke jalan berikutnya.

“Gue ngajak Naya aja kalik ya” Gumam Fanny.

Hati gadis itu begitu mantap mengambil keputusan bahwa ia akan menghampiri sahabatnya untuk pergi. Lagi pula kemanapun Fanny pergi pasti Naya akan ikut serta.

“Naya!” Panggil Fanny saat telah tiba di depan rumah sahabatnya itu, entahlah Fanny lebih suka berteriak dari pada memencet bel rumah.

“Masuk aja kak, kak Naya ada di kamar.” Ucap Tina—adik perempuan Naya yang menghampiri Fanny.

“Ohh oke oke”

Fanny mengayunkan kakinya menuju kamar Naya, baginya hal itu sudah biasa karena mengingat hubungan mereka sudah seperti keluarga. Saat hendak menaiki tangga, ada kakak dari Ibunya Naya.

“Eh tante” Sapa Fanny dengan senyum terbaiknya.

“Nah gitu dong Fan keluar masa ngandang terus” Gurau Risa dan diikuti tawa kecil dari mulut Fanny.

“Biasanya juga keluar kok tante, cuman keluarnya pas sekolah aja.”

“Yaudah gih ke atas, Naya ada di kamarnya nggak tau ngapain.”

“Oh iya kalau gitu Fanny ke atas dulu ya tante”

Gadis itu mulai menaiki tangga satu persatu, kemudian berjalan menuju kamar Naya. Saat Fanny membuka knop pintu kamar Naya, ia langsung dapat melihat Naya yang tengah bersenandung dengan earphone di telinganya dengan posisi tengkurap diatas kasur.

Pantas saja sewaktu Fanny panggil gadis itu sama sekali tidak menghampirinya ternyata.

Kemudian Fanny dengan santainya melompat di atas kasur Naya, membuat sang empu terlonjak kaget.

“Bangke!”

Fanny tertawa saat rencananya membuat Naya terkejut berhasil. Sedangkan Naya mencebik kesal sembari menyumpah serapahkan Fanny.

“Ayok gue ajak keluar Nay”

“Kemana coba? Gangguin gue aja!” Ketus Naya.

“Jomblo juga ngapain di rumah mending keluar” Ucap Fanny dengan tersenyum mengejek.

“Sadar diri bisa? Situ juga jomblo kalau nggak lupa” Naya memutar bola matanya malas.

Fanny menjentikkan jarinya. “Nah iya bener Nay gue lupa kalau gue juga jomblo”

“Berhubung kita sama-sama jomblo mending keluar bareng” Sambung Fanny.

Naya bangkit dari posisi ternyamannya tadi kemudian mengubah posisinya duduk berhadapan dengan Fanny, Naya menghela nafas sesaat.

“Gue jadi ragu deh Fan”

Kening Fanny berkerut saat masih telmi dengan ucapan Naya. “Ragu kenapa emang?”

“Kalau gelar lo di kelas itu cuek soalnya yang setiap kali gue liat lo malah keliatan nggak waras”

Buk

Fanny spontan memukul tubuh Naya menggunakan bantal yang berada di dekatnya, namun Naya justru tertawa terbahak bahak senang rasanya menjahili Fanny.

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang