Happy Reading❤️
Jan lupa tinggalkan jejak:*
•••
Setelah satu minggu persiapan untuk menghadapi ujian kenaikan kelas, kini seluruh murid SMA Athala menghadapi hari itu. Hari dimana mereka akan giat belajar untuk memperoleh hasil yang memuaskan, tidak sedikit pula dari mereka yang memilih untuk mencontek dari pada belajar.
Fanny yang tengah serius memerhatikan soal-soal yang berada ditangan kanannya, sesekali gadis itu memijit pelipisnya pelan. Walaupun sudah menginjak hari kedua diadakannya test, Fanny masih merasa bahwa semua soal itu tidaklah mudah.
Terlebih lagi saat Fanny sedang berada di fase malas-malasnya belajar, karena sejak ranking Fanny menurun pada saat duduk di bangku SMP ia mulai malas meraih ranking 3 besar lagi. Ada yang penasaran kenapa ranking Fanny bisa menurun? Karena jatuh cinta.
Ternyata benar yang orang-orang bilang, bahwa sepintar-pintarnya seseorang pasti pernah menjadi bodoh pada waktunya, dan waktu itu saat jatuh cinta.
Fanny tidak menyesali rankingnya yang menurun hanya saja ia menyesali mengapa harus jatuh cinta yang menjadi alasannya.
Kembali berkutat pada lembar soal dan jawaban, Fanny menoleh ke arah jam dinding yang berada dibelakang kelas. Sengaja berada disana agar murid tidak salfok saat jam diletakkan didepan kelas.
Karena kelas X IPA 1 duduk bersama XI IPA 1, membuat Fanny hanya bisa diam tanpa mengucap satu patah katapun kepada kakel yang duduk disampingnya. Terlebih lagi kakelnya itu cowok.Waktu masih tersisa 10 menit namun Fanny sudah tidak lahan lagi untuk keluar ruangan, ia benar-benar tidak nyaman dengan keberadaan kakel cowok disampingnya. Arah pandang mata Fanny kini memerhatikan Alfin yang tengah berdiskusi secara diam-diam dengan Bayu, dalam hati Fanny tertawa.
Bunyi kursi mengalihkan pandangan Fanny yang awalnya berpusat pada Alfin, rupanya kakel yang duduk disampingnya berdiri dan berjalan ke meja pengawas dengan membawa soal berserta lembar jawabnya. Diikuti dengan banyak orang lainnya di dalam ruangan itu, karena mapel ini adalah mapel terakhir yang diujikan dihari kedua itu.
Lantas Fanny ikut mengumpulkan karena ia juga harus bergegas ke ruangan dimana Naya ujian, sebab Naya ujian dilantai 3 sedangkan Fanny berada dilantai 2. Saat keluar ruangan, suara Raina mendominasi di indra pendengarannya. Fanny berjalan mendekati gadis itu hanya ingin menyapa sebentar sebelum menuju Naya.
“Kenapa Rain?”
“Gini ya kalau test, semua temen langsung aja tiba-tiba jadi tuli.” Raina mencebik kesal namun justru mengundang tawa Fanny, rupanya Raina tengah kesal tidak bisa mencontek.
“Yaudah sih Rain belum tentu juga kalau lo tanya jawabannya dan dia jawab, jawabannya bener kan belum pasti mending ngerjain sendiri aja karena kita nggak mungkin bisa bohong sama diri sendiri.” Fanny tersenyum membuat mata Raina berbinar.“Lo bener ya Fan yaudah deh besok gue milih ngerjain sendiri aja,” ucap Raina dengan bangganya kemudian Fanny menepuk bahu gadis itu seolah memberikan semangat.
“Yaudah gue balik duluan ya bye Rain,”Raina hanya mengangguk sebagai jawaban, saat punggung Fanny telah menjauh Raina menghembuskan nafasnya pelan lalu tersenyum simpul.
“Anehnya lo jago banget Fan bohongin diri lo sendiri,”
~~~
Sesuai dengan kesepakatan Fanny dan Naya kini mereka tengah belajar bersama di rumah Naya, kesepakatan itu mereka buat saat perjalanan pulang. Naya yang meminta agar bisa diajari oleh Fanny padahal Fanny sendiri juga belum tentu bisa.
Ting
Ting
Ting
Suara notif pesan dari ponsel Fanny mengalihkan pandangan mereka berdua yang awalnya tengah serius membaca menjadi teralihkan hanya karena bunyi notif pesan.
“Siapa Fan?” ucap Naya dengan penasaran karena notifnya beruntun sedangkan Fanny hanya mengangkat kedua bahunya tetapi kemudian tangannya meraih benda pipih itu lalu membukanya.
Kening Fanny berkerut membuat Naya semakin penasaran, 5 detik Fanny masih terdiam membuat Naya tidak sabar. Akhirnya Naya merebut ponsel milik Fanny membuat sang empu terkejut.
Naya membuka room chat, menampilkan ada nomor tidak kenal disana. Naya membelalakkan matanya saat membaca pesan yang dikirim oleh nomer tidak dikenal itu.
Naya menggeleng tidak menyangka, “Sumpah ini orang udah gila, nggak perlu lo bales dia pasti cuma mau main-main sama lo Fan udah deh blok aja!” Naya mengembalikan ponsel Fanny.
“Kalau gue terima gimana Nay?”
“Lo udah gila?!”
“Setiap orang pasti pernah ngelakuin kesalahan Nay, kalau kita terus-terusan nyari orang yang nggak luput dari salah itu nggak akan pernah nemu.” Fanny mencoba meyakinkan Naya namun nyatanya gadis itu hanya bisa menggelengkan kepala.
“Gue tau lo pinter Fan tapi nggak ada salahnya juga lo dengerin apa kata orang lain.”Fanny terenyak mendengar penuturan dari Naya, Naya mengucapkannya dengan penuh penekanan membuat Fanny merasa tidak nyaman dengan hal itu. Fanny hanya menyampaikan opininya bukan berarti ia tidak ingin mendengarkan apa yang dikatakan orang lain.
Situasi berubah menjadi hening, tidak ada perbincangan lagi diantara mereka. Fanny lebih memilih untuk diam dari pada membalas ucapan Naya, karena bagaimanapun juga Naya akan terus saja memojokkan dirinya.
Jam menunjukkan tepat pukul 17.00, Fanny berpamitan pulang. Lagi pula dengan atmosfir yang mencengkamkan tadi membuat Fanny tidak bisa berlama-lama dirumah Naya.
Sesampainya di rumah Fanny langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa, ia juga kembali membuka ponsel miliknya. Jari jemarinya bergerak membalas pesan yang ada disana.
08xxxxxxxxxx
Save Ilham
Ini nomornya Fanny kan? Kelas X IPA 1?
Lo mau nggak jadi pacar gue?
Iya ini gue, oke gue mau jadi pacar lo.
Entahlah keputusan Fanny itu adalah hal yang tepat atau bukan karena Fanny juga tidak ingin berlama-lama larut dalam masa lalu yang memiliki kesan buruk dihidupnya, takut memulai kisah cinta lagi dengan lelaki.
“Seandainya keputusan gue ini adalah suatu kesalahan, gue nggak masalah. Gue akan tetep baik-baik aja,”
“Apanya?”
Fanny terlonjak kaget saat Dave tiba-tiba sudah duduk berada disampingnya, entah sejak kapan pria kecil itu disana. Atau jangan-jangan Dave mendengar apa yang ia bicarakan?
Fanny menatap Dave dengan tatapan yang sulit diartikan membuat tangan Dave bergerak menuju wajah Fanny kemudian mengusapnya dengan kasar, sang empu mendengus kesal.
“Gilak! Bau banget tangan lo!”
“Abis dari kamar mandi tadi belum sempet cuci tangan,” ucap Dave dengan santai namun sukses membuat mata Fanny hampir loncat keluar.
“Jorok ih!”“Lo tadi ngomong apasih kak?”
“Kepo banget sih lo bocil,” ketus Fanny tetapi tidak mematahkan semangat Dave untuk semakin menguak apa yang dirahasiakan Fanny.
“Alah bodo amat!” Ternyata Dave menyerah menghadapi Fanny, pria kecil itu kemudian melangkahkan kakinya menjauh dari Fanny, dalam hati Fanny tersenyum geli. Padahal Dave itu sudah mau beranjak dewasa tetapi Fanny terus saja memanggilnya pria kecil.Raut wajah Fanny kembali murung, otaknya kembali memaksanya untuk mengingat hal tadi. Harapannya hanya ia tidak salah mengambil keputusan dan juga tidak salah melangkah.
“Gue pasti bisa,” ucap Fanny menyemangati dirinya sendiri.
Ia akan mencari kebahagiaannya yang telah lama hilang, tanpa ia sadari bahwa kebahagiaan itu dibuat bukan dicari dan hanya diri sendiri yang bisa membuat kebahagiaan itu tercipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanny
Novela Juvenil- Judul sebelumnya Quickly Passed - Kisah tentang dua orang lawan jenis yang menjalin suatu hubungan persahabatan. Menghabiskan waktu berdua, saling bertukar gombalan, dan perhatian satu sama lain membuat hidup mereka seakan saling bergantung. 10 ta...