39 - Someone?

6 1 0
                                    

Double updatee✨

Jangan lupa untuk tinggalkan jejakk:*

•••••••••••••••••••••••••••


Fanny memandang langit-langit kamarnya. Percakapannya tadi dengan Naufal masih melekat manis baik dihati maupun dipikiran Fanny, ia tersenyum saat mengingat Naufal memberikan semangat untuknya. Ternyata mempunyai hubungan dengan kakak kelas tidak seburuk yang ia duga.

Namun, senyumnya luntur secara perlahan saat ia juga mengingat bahwa tidak sengaja membohongi Naufal. Perihal—ia belum pernah menghubungi lelaki menggunakan via telepon.

Nyatanya, gadis itu pernah satu kali menghubungi seorang lelaki.

Seorang gadis tengah tertidur pulas karena merasa lelah telah melakukan aktivitas yang menurutnya cukup menguras tenaga pada siang hari itu. Gadis tersebut terbangun ketika mendengar suara ayam berkokok, matanya mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.

Fanny menoleh ke jam dinding yang menunjukkan pukul 3 sore, ia menghela nafasnya. Padahal niat hati ingin tidur sejenak 30 menit namun ternyata justru lebih dari itu.

Akhirnya, gadis itu mencoba bangun dengan perlahan dan kemudian duduk lebih dulu.

Fanny merasakan seperti ada yang aneh dengan kakinya, seperti—mati rasa. Ia mencoba untuk menggerakkan kakinya namun nihil, kakinya tidak mau bergerak sedikitpun. Nafas gadis itu sudah naik turun dan juga panik hingga tidak tersadar air matanya lolos begitu saja.

“IBUU!!”

“AYAHH!!”

Fanny berteriak memanggil kedua orang tuanya namun hasilnya juga nihil, tidak ada jawaban. Bodohnya Fanny teringat jika kedua orang tuanya sedang bekerja.

Tangis Fanny pecah saat menyadari di rumahnya tidak ada satu orangpun, lantas bagaimana dengan nasibnya? Bagaimana dengan kondisi kakinya yang tidak bisa digerakkan?

Dengan tenaga yang ia punya, Fanny mengambil ponsel yang berada di meja samping tempat tidurnya. Menghubungi nama seseorang untuk ia mintai tolong.

“Hallo ada apa Fan?”

“Hiks hiks kak”

“Loh kenapa nangis? Ada apa?”

“B-bisa ke rumahnya F-Fanny sekarang juga ngga kak?”

Gadis itu terus saja menangis sesenggukan membuat lawan bicaranya semakin panik.

“Oke-oke kakak ke sana sekarang juga”

Setelah memutuskan panggilannya, Fanny menangis semakin kencang. Pikirannya kini sedang kalut dan kacau, ia benar-benar tidak siap dengan apa yang akan terjadi.

Brakk

Pintu kamar Fanny terbuka dengan kasar, menampilkan sosok lelaki dengan raut wajah khawatirnya. Lelaki itu berlari menghampiri Fanny kemudian merengkuh tubuh gadis itu diatas kasur yang tengah gemetar hebat.

“Ada apa? Cerita sama kakak”

“Ka-kaki Fanny kak hiks hiks”

Lelaki itu mengecup kepala Fanny berulang kali berusaha untuk menenangkannya.

“Iya kaki Fanny kenapa?”

“Ngga bisa digerakin” Setelah mengucapkan tiga kata barusan, tangis Fanny kembali pecah hingga tidak terkendali membuat sosok yang disapa ‘kak’ tadi semakin panik.

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang