10 - Lelaki itu

18 4 0
                                    

Happy Reading❤
Votement nyaa jan dilupainn:*

-----------------------------------------------------------

“Gue capek asli dah Fan, gini ya kalo mau test itu selaluuu aja tiap hari ulangan tiap hari dikasih tugas kepala gue sampe pusing!”

Kurang lebih seperti itu sebuah protesan unjuk rasa tidak terima yang keluar dari mulut Raina, demo dari banyak orang mungkin akan kalah dengan Raina yang hanya sendiri.

Sedangkan Fanny? Hanya bisa menggelengkan kepalanya, jika ditanya lebih pusing siapa pastilah Fanny. Setiap hari juga telinganya harus mendengarkan banyak ocehan dari mulut Raina belum lagi yang dikatakan oleh Raina tentang ulangan juga tugas.

Jika boleh memilih, Fanny ingin mengerjakan tugasnya sendiri tetapi apa boleh buat? Tugas yang guru berikan rata-rata harus berkelompok.

“Santuy aja napa Rain, kaya gue nih biasa aja.” ucap Naya dengan bangganya dilajut kekehan membuat Raina menggerutu kesal mendengarnya.

Mereka bertiga tengah berjalan menuju parkiran sekolah karena jam pulang sekolah telah tiba, hingga di parkiran Fanny dan Naya berpisah arah dengan Raina tidak lupa juga ucapan perpisahan sementara. Kemudian Fanny dan Naya memasuki mobil untuk bergegas pulang.

“Gue nanti ke rumah lo ya Nay,” ucap Fanny yang dianggukki oleh Naya, Fanny memang sering berkunjung ke rumah Naya meskipun hanya sekedar bercerita dengan Naya tidak dengan kedua orang tua Naya.

Sebenarnya Naya tidak tinggal dengan kedua orang tuanya, karena kedua orang tuanya berada diluar kota mencari nafkah untuk kedua anaknya. Ya, Naya memiliki adik perempuan. Kedua orang tua Naya pulang ke kampung halaman hanya saat hari raya.

Lalu Naya tinggal dengan siapa? Naya tinggal bersama kakak dari Ibunya, bisa dikatakan jika itu adalah Budhe-nya. Naya terbiasa sejak kecil dilatih mandiri oleh kedua orang tuanya meskipun terkadang sesekali mengeluh kepada Fanny karena ditinggal oleh kedua orang tuanya.

Masih dalam perjalanan, mobil Naya melaju dengan kecepatan standar. Seolah tidak ingin langsung pulang ke rumah karena mereka sama-sama kesepian saat dirumah. Tidak punya teman untuk berbagi cerita.

“Langsung ke rumah gue atau lo pulang dulu?” tanya Naya untuk memastikan karena sebentar lagi mereka akan sampai di rumah Fanny namun pandangannya tetap fokus ke arah jalanan.
“Pulang dulu lah! Bisa diomelin gue main masih pake seragam,” ujar Fanny namun Naya justru terkekeh pelan mendengar penuturan Fanny. “Biasanya aja lo juga gitu ngapain dipikirin coba,”

Fanny memamerkan deretan giginya, memang jika saat dirumah sepulang sekolah Fanny tidak langsung mengganti seragam yang ia kenakan dengan pakaian rumah. Hemat katanya. Nanggung jika harus ganti pakaian.

“Jangan buka aib gue lah Nay lo mah suka gitu sama gue,” Fanny pura-pura merajuk, mengerucutkan bibirnya tetapi membuat Naya mendengus kesal.
“Turun lo buruan!” perintah Naya yang membuat mata Fanny melotot, tega sekali Naya menurunkannya ditengah jalan.

“Jahad banget sih jadi cewek. Kan kita sama-sama cewek Nay harusnya lo tau dong perasaan gue! Gue kan cuma bilang jangan nyebar aib kok lo malah ngambek sih,”

“Ngapain juga gue harus ngertiin perasaan lo?” alis Naya berkerut tidak mengerti arah pembicaraan mereka sedangkan Fanny berdecak kesal.
“Ya masa lo mau nurunin gue ditengah jalan. Hati lo udah mati ya Nay?” ucap Fanny asal ceplos membuat Naya menghembuskan nafasnya kasar, cantik-cantik tapi oon pikir Naya.

“Oh yaudah kalau lo nggak mau turun biar gue aja yang turun, tuh bawain mobil gue sampe rumah.” Setelah mengucapkan kalimat itu Naya langsung keluar dari mobilnya membuat Fanny gelagapan melihat Naya dengan santainya keluar dari mobilnya sendiri.

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang