Jangan lupa vote:*happy reading🌻
-----------------------------------------------------------
“Nih ada bolu dari tetangga” Ucap Sita sembari meletakkan makanan tersebut di pangkuan Alfin, yang dimana lelaki itu tengah menonton televisi.
Kening Alfin berkerut menatap bingkisan yang berada dipangkuannya kemudian memandang wajah sang Mama yang berdiri disamping tempatnya duduk. “Dari siapa Ma?”
“Te.tang.ga” Ucap Sita dengan menekan ucapannya lagi-lagi membuat Alfin bingung, tidak seperti biasanya Sita megucapkan kata tetangga karena jika ada yang bertamu pasti Sita akan menyebutkan nama orangnya.
Alfin berdecak pelan. “Siapa sih Ma? Jangan bikin Alfin bingung”
“Fanny”
“Terus kenapa dibilang tetangga?”
“Emangnya mau dibilang apa? Menantu Mama?” Ucap Sita dengan bersedekap membuat Alfin terdiam seribu bahasa.
Lalu Alfin memutar bola matanya malas. “Kan biasanya Mama tinggal sebut siapa namanya ngga kaya ini pakai teka-teki segala”
Sita mencondongkan tubuhnya membuat Alfin spontan memundurkan tubuhnya, jari telunjuk Sita tepat berada di depan wajah anaknya. Sedangkan Alfin menelan salivanya.
“Jujur sama Mama, kamu apain anak Mama yang cantik itu hm?”
“Ng-ngga Alfin apa-apain kok Ma” Baru kali ini Sita berekspresi seperti itu membuat Alfin merasa takut dengan Mamanya sendiri, terlebih lagi menyangkut putri kesayangannya yang tidak lain adalah—Fanny. Walaupun tidak satu keluarga namun Sita sudah menganggap Fanny seperti anaknya sendiri karena mengingat anak dari wanita paruh baya itu, dua-duanya adalah seorang laki-laki.
Sita menarik tubuhnya kembali kemudian menunjukkan ekspresi sedihnya. “Tapi anak Mama tadi ngga mau mampir ke sini”
“Ya jangan salahin Alfin lah Ma, lagian terserah Fanny mau mampir atau ngga kenapa jadi Alfin yang kena.” Protes Alfin tidak terima, sebenarnya siapa anak dari Mama Sita pikir lelaki itu.
Tatapan Sita mengintimidasi “Ada masalah ya?”
“Ngga ada Ma”
“Bohong”
“Ngga, Alfin ngga bohong.”
“Mama ngga percaya” Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Sita berjalan menjauh membuat Alfin menghembuskan nafasnya kasar karena Mamanya tengah berada di ngambek mode on.
Alfin meletakkan bolu pemberian dari Fanny tadi di meja ruang tamu kemudian berjalan menghampiri Mamanya, aset berharganya bisa ditahan oleh Papanya jika Mamanya mengadu yang tidak-tidak padahal Alfin tidak melakukannya.
“Ma” Ucap Alfin namun hanya dibalas deheman oleh Mamanya.
“Yaudah Alfin cerita ke Mama tapi Mama ngga boleh ngadu ke Papa kalau Alfin bikin ngambek Mama”
Sita melihat anaknya dengan tatapan tajam. “Kamu ngancem Mama?”
“Ya Allah ngga Ma, kan kita impas.” Ucap Alfin dengan cengengesan.
“Yaudah buruan cerita ke Mama”
“Ayo duduk di sofa aja Ma”
Sita pun menyetujui ajakan anaknya untuk duduk di sofa kemudian Alfin memulai ceritanya.
“Kenapa?” tanya Fanny yang sudah tidak bisa lagi menahan acara diam-diamannya tadi, dari pada waktu yang ia punya terbuang sia-sia dan matahari yang mulai terbenam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanny
Teen Fiction- Judul sebelumnya Quickly Passed - Kisah tentang dua orang lawan jenis yang menjalin suatu hubungan persahabatan. Menghabiskan waktu berdua, saling bertukar gombalan, dan perhatian satu sama lain membuat hidup mereka seakan saling bergantung. 10 ta...