Tidak terasa bertemu dengan sabtu malam lagi:v
Ah iya, jangan lupa votement ya🤗
Happy Reading❤
-----------------------------------------------------------
Sesuai dengan janji yang telah Alfin dan Fanny buat, kini mereka berdua telah berada disebuah panti namanya "Panti Asuhan Asih". Letak panti dari rumah Fanny tidak jauh hanya terpaut sekitar 4 rumah, lebih tepatnya panti tersebut dekat dengan rumah Naya-sahabat Fanny.
Bukan hanya mereka berdua yang hadir disana, ada Rafa dan juga Naya. Selain mereka berempat masih banyak lagi yang ikut serta meramaikan Panti Asuhan Asih. Satu minggu dua kali mereka datang ke panti meskipun hanya sekedar untuk melihat-lihat atau berkunjung, dan kadang juga ikut membantu Bu Asih-pendiri panti.
Fanny sedang melihat anak-anak panti sedang berlarian kesana kemari dengan riangnya didalam suatu ruangan yang tersedia disana, ruangan yang cukup luas dengan beberapa meja dan kursi serta mainan yang tersusun rapi di rak mainan dan masih banyak lagi.
"Kak Fanny,"
Suara imut yang berseru memanggil nama Fanny membuat sang pemilik nama ingin segera menoleh, rupanya ada gadis kecil yang tengah menatap Fanny dengan membawa buku berada didekapannya.
Fanny tersenyum lembut. "Alya kenapa?" tanya Fanny menyejajarkan posisi tubuhnya dengan gadis itu sembari mengusap lembut rambutnya.
Gadis kecil itu bernama Alya, usianya baru 5 tahun. Kata Bu Asih, beliau menemukan Alya dipinggiran jalan kota sedang duduk sendiri sembari menangis. Akhirnya beliau mencoba mendekatinya dan memberinya beberapa pertanyaan mulai dari nama, rumahnya dimana, orang tuanya siapa dan masih banyak lagi.
Ternyata Alya telah kehilangan kedua orang tuanya sejak kecil, ia hidup sebatang kara dijalanan. Mengemis, meminta makanan kepada orang yang ditemuinya, hingga tidur hanya dipinggir jalan. Paling bahagia yang dirasakan Alya saat itu mendapatkan tempat seteduh depan toko beralaskan geranit.
"Alya minta diajarin nulis," ucap Alya dengan nada gemas membuat Fanny tak kuasa ingin mencubi pipinya
"Siap laksanakan tuan putri," jawab Fanny membuat mereka sama-sama tertawa lalu Fanny mengajari Alya cara menulis.Memenuhi keinginan anak-anak di panti merupakan suatu keharusan bagi Fanny, dari mana lagi mereka akan mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya? Karena disini hanyalah Bu Asih sebagai orang tua mereka. Hati siapa yang tidak tersentuh saat melihat mereka tertawa lepas tanpa beban hanya karena bisa melakukan hal-hal sepele, bahagia memang sesederhana itu.
Mereka sejak kecil sudah bisa bersyukur atas apa yang mereka alami, bahkan sampai melupakan pedihnya berpisah dengan kedua orang tua masing-masing. Di Panti Asuhan Asih sekarang adalah tempat pulang mereka, tempat dimana semua termasuk anggota keluarganya tanpa terkecuali.
"Dhilla, kamu bantuin Alya nulis ya. Aku mau ke Bagas dulu," ucap Fanny kepada Dhilla-keponakan Alfin.
"Siap kak!"
Fanny mendekati dua orang anak laki-laki yang sedang berebut ingin digendong oleh Alfin, namanya Bagas dan Alan. Alan baru berusia 3 tahun sedangkan Bagas telah berumur 8 tahun, Bagas seolah tak ingin kalah dengan Alan padahal umurnya lebih tua dari Alan bahkan juga tidak mengalah.
"Kasian kak Alfin tuh bingung mau gendong siapa, gini aja biar adil kakak aja yang bagi gimana?" tanya Fanny kepada Bagas dan Alan yang telah menghentikan aksi tarik-menarik tubuh Alfin.
Keduanya mengangguk antusias membuat Fanny tersenyum sedangkan Alfin mendengus kesal karena merasa telah menjadi mainan mereka.
Fanny menunjuk ke arah Arsy-salah satu orang kepercayaan Fanny yang berada ditempat untuk bermain. "Alan ikut sama kak Arsya ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanny
Teen Fiction- Judul sebelumnya Quickly Passed - Kisah tentang dua orang lawan jenis yang menjalin suatu hubungan persahabatan. Menghabiskan waktu berdua, saling bertukar gombalan, dan perhatian satu sama lain membuat hidup mereka seakan saling bergantung. 10 ta...