48 - Fanny bisa modus?

9 2 3
                                    

Update❤️❤️

Janlup tinggalkan jejakk🌻

°•°

Perasaan itu sulit untuk dikendalikan, kita bisa marah ke seseorang yang bahkan tidak tau salahnya apa. Sama halnya dengan kita bisa saja mencintai seseorang, yang pastinya tanpa alasan.

- daw


Hari ini adalah hari terakhir PTS diadakan, tidak terasa memang berjalan secepat itu. Dan di hari-hari PTS kali ini, hidup Fanny kian berwarna.

Berwarna semakin buram dan suram maksudnya.

Kenapa bisa?

Tahu kan Fino?

Ya, rupanya lelaki itu tidak hanya menjahili Fanny di hari pertama PTS namun masih berlanjut bahkan di hari terakhir ini.

Fanny kesal selalu diganggu, entah kursinya yang ditendang pelan oleh lelaki itu, absensi Fanny berupa tanda tangan yang ditanda tangani oleh lelaki itu, dan apapun kegiatan Fanny dikritik oleh lelaki itu.

Sampai-sampai teman Fanny berkata, ‘awas nanti jatuh cinta’.

Jatuh cinta? Dengan seseorang yang semenyebalkan Fino? Mustahil.

“Kak, boleh kali minta nomernya.”

Fanny memijat pelan pelipisnya, bisakah Fino tidak berulah sehari saja dihari terakhir PTS ini? Ia benar-benar lelah.

Akhirnya gadis itu menoleh ke belakang, Fino tersenyum manis karena mengira bahwa gadis didepannya akan memberikan apa yang ia minta.

“0-9, sambung-sambungin sendiri. Gausah manja” Ujar Fanny yang membuat Fino melongo sedangkan yang mendengar percakapan mereka tertawa, kasihan sekali.

“Ya gitulah Fin kalau lo goda cewe yang udah mati rasa” Ucap Adit dan saat itu juga bolpoin milik Fanny melayang tepat di kepala milik lelaki itu hingga sang empu mengaduh kesakitan.

“Selain mati rasa, mati belas kasihan juga.”

Fanny hanya bisa menghembuskan nafas kasar, ia tidak suka Adit berbicara jika dirinya mati rasa walaupun faktanya iya. Tapi bisakan jangan diumbar? Kesannya Fanny meminta untuk dikasihani.

“Padahal mau gue bantuin liat story” Ucap Fino dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

Sorry, ngga butuh.” Ketus Fanny.

“Gue kasih” Balas Desi.

“Des!” Tegur Fanny tidak terima namun Fino justru mengangguk antusias dengan mata yang berbinar-binar.

Bukan tanpa sebab Desi memberikan nomor Fanny kepada lelaki yang padahal selalu jahil pada Fanny karena faktanya Fino selalu bertanya-tanya pada Desi.

“Fanny udah punya pacar?”

“Fanny kok cuek banget ya”

“Fanny kok ngga pernah ketawa ya?”

Dan banyak lagi.

“Nanti temuin gue diluar, hp gue ada tas.” Ucap Desi tanpa rasa takut sedikitpun padahal Fanny menatapnya tajam.

Setelah test dinyatakan selesai oleh pengawas, mereka pun meninggalkan ruang ujian.

Saat keluar ruangan, Fanny berjalan berdampingan dengan Fino. Lelaki itu membungkukkan badannya sejajar dengan telinga Fanny kemudian membisikkan sesuatu disana yang membuat gadis itu tercengang.

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang