11 - Firasat buruk

18 4 0
                                    

Aduhh telat berapa hari nih nggak update hehe maapin, sibuk banget asli ternyata gini rasanya kerja🤣

Dah lah melepas rindu yapp,

Happy Reading❤

-----------------------------------------------------------

“Baik anak-anak untuk tugas kali ini, kalian akan Ibu bagi menjadi beberapa kelompok. Ibu aja yang bagi kelompoknya biar adil, tunjuk juga salah satu temannya untuk jadi ketua kelompok agar bisa menghandle teman-temannya,” ucap Bu Sekar—guru biologi yang cantik jelita membuat semua murid tidak bisa berhenti untuk tidak menggoda guru kesayangan mereka.

Kelompok telah dibagi, dan ya yang diucapkan Bu Sekar memang diwujudkan. Kelompok yang sangat adil. Banyak yang mengeluh tidak terima dengan anggota kelompoknya namun ada juga yang tidak kalah senangnya. Seperti halnya Fanny, entah ia harus merasa senang atau ikut tidak terima dengan anggota kelompoknya.

Ia senang bisa satu kelompok dengan Alfin, setidaknya jika Fanny keluar dengan lelaki itu pasti diizinkan oleh kedua orang tuanya. Namun disisi lain ia sedikit keberatan satu kelompok dengan Agnes—teman satu kelasnya yang tidak terlalu akrab dengan Fanny, mengapa Fanny merasa keberatan? Tentu karena hanya dirinya dan Agnes yang perempuan, 3 orang lainnya lelaki. Ya kelompok mereka ada—5 orang.

“Silahkan kalian diskusikan dengan anggota kelompok masing-masing, tugas dikumpulkan minggu depan tetapi kalau lebih cepat lebih baik. Jangan sampai ada yang terlambat mengumpulkan! Paham?”

“Paham Buuu,”

“Kalau gitu kita akhiri pertemuan pada siang hari ini, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.” ucap mengakhiri kegiatan belajar mengajar dikelas X IPA 1 karena  sebentar lagi istirahat.

“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.” jawab murid serentak lalu Bu Sekar berjalan keluar kelas dan tibalah istirahat.

Alfin dan kedua temannya yang satu kelompok dengan Fanny menghampiri meja Fanny, untungnya bukan Dewa dan Dzaki yang satu kelompok dengan Fanny lagi. Bisa-bisa ia mengalami depresi jika harus dihadapkan dengan 3 perusuh SMA Athala yang mendekap di X IPA 1 dalam kurun satu waktu.

“Mau ngerjain kapan nih Fan?” tanya Rahmat—teman Fanny yang satu kelompok dengannya kali ini.
“Kok tanya ke gue?” Fanny menunjuk dirinya sendiri bingung karena mengapa pertanyaan itu tertuju padanya, padahal bukan hanya ia yang satu kelompok dengan Rahmat.
“Ya terus Mamat harus tanya ke siapa,” bukan Rahmat yang menjawab tetapi Alief—yang juga satu kelompok dengannya, Fanny tidak tahu motif dari Alief yang menyebut nama Rahmat diganti dengan Mamat.

Panggilan kesayangan mungkin karena mereka sama-sama retjeh.

“Lo yakin Fan kalo gue yang ditunjuk mereka jadi ketua dikelompok ini?” kini Alfin angkat bicara, tangan Alfin bersedekap didepan tubuhnya dan alisnya terangkat satu seolah menunggu jawaban dari Fanny.
“Kenapa lo harus gue raguin? Disini kan lo juga ketua kelas,” ucap Fanny dengan santai membuat Alief dan Rahmat mengangguk antusias mendengar penuturan Fanny yang ternyata satu pikiran dengan dua lelaki itu.

Alfin menghembuskan nafasnya pelan, jika sudah begini mana mungkin Alfin menang untuk tidak menjadi ketua kelompok. Padahal menjadi ketua kelas juga bukan keinginannya, itu juga karena pemilihan pengurus kelas dilakukan voting.

“Eh pada bahas tugas ya? Kok gue nggak diajak,” celetuk seseorang yang tidak lain yaitu Agnes, gadis itu tiba-tiba duduk dikursi milik Raina yang entah dimana teman satu mejanya itu pergi.
“Menurut lo Alfin cocok kan Nes jadi ketua kelompok?” meskipun Fanny jarang berbincang-bincang dengan Agnes, bagaimanapun juga ia harus terbiasa untuk saat ini karena mereka satu kelompok.

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang