“M-mau dita-ro m-mana muka gu-gue, Nay hiks.” Fanny menangis tersedu-sedu dihadapan sahabatnya itu, kini mereka sedang duduk di kursi yang berada di taman kota selepas pulang sekolah.
Naya tampak peka kepada Fanny, melihat wajah murung gadis itu hingga membuat hatinya tergerak untuk menghibur.
Naya tersenyum sembari mengusap lengan Fanny untuk menguatkan. “Lo itu ngga salah, Fan. Jadi ngga perlu malu buat nunjukin muka lo”
“Lo ngga ngerasain gimana rasanya ada di posisi gue, Nay. Gue malu karna nama gue disebut, gue malu kalo mereka ngira gue murahan, gue juga malu sama guru-guru.” Tangis Fanny kian menjadi membuat Naya menghela nafas sejenak.
“Gue bantu cari siapa dalangnya”
Fanny hanya sedikit bercerita tentang kejadian tadi saat di sekolah kepada Naya hingga membuat sahabatnya satu itu sedikit bingung dengan minimnya penjelasan yang diberikan oleh Fanny.
Naya menepuk pelan paha Fanny yang mana membuat gadis itu menghentikan tangisnya.
“Gue tadi liat Dzaki, Dewa, sama kelas sebelah gue lupa siapa namanya. Di hukum sama Pak Yusuf di lapangan, di jam saat rekaman tadi disiarin cuman ke jeda beberapa menit.” Ucap Naya.
“Kan gue jadi nethink.” Lanjutnya.
“Kelas sebelah siapa Nay namanya?” Fanny mengerutkan dahi.
“Lupa dah seriusan gue, terus juga anehnya Alfin keluar kelas waktu kejadian itu. Keluar kelasnya barengan sama duo D terus waktu dihukum kok Alfin gaada.”
Fanny terdiam, ia belum bercerita kepada Naya jika Alfin tadi menghampirinya.
“Eh iya! Kabar Kak Naufal gimana dong?” Ucap Naya.
Fannya tersenyum sedih. “Udah selesai.”
“Selesai gimana?!” Naya tampak syok dengan jawaban Fanny.
“Ceritanya udah selesai.”
“K-kok bisa?”
Gadis itu tampak memejamkan matanya sejenak, mencoba menetralkan emosinya. Agar air matanya tidak keluar untuk yang kesekian kalinya. “Apa lo bisa terima, ketika lo dijadiin pelampiasan sama seseorang?” Balas Fanny yang justru bertanya pada Naya.
Naya menggeleng.
“Gue juga.” Balas Fanny.
“Oke, gue paham.” Naya tersenyum tipis.
“Yaudah Nay, pulang aja yuk.”
~~~
38 Panggilan tidak terjawab
Fanny menghembuskan nafasnya pelan saat membuka ponsel itu yang menampilkan nama mantan kekasihnya, ia meraih benda pipih tersebut kemudian menekan tombol blokir lalu mengembalikannya ke tempat semula.
Saat hendak menuju ruang tamu, tiba-tiba ponsel Fanny kembali berdering membuat gadis itu berdecak kesal. Tanpa babibu Fanny pun menggeser tombol hijau kemudian mendekatkan ponselnya ke telinga kanan tanpa melihat siapa nama penelponnya yang kemudian dijawab sewot oleh gadis tersebut.
“Hallo”
“Ya Allaah dek, sewot amat. Sampe kaget”
Fanny membelalakkan matanya kemudian menjauh benda pipih itu sejenak tertera nama Kak Vira disana, gadis itu terkejut bukan main namun kembali ia dekatkan ponselnya ke telinga.
“Ehehe maaf lah kak”
“Kenapa gitu sewot?”
Fanny memilih untuk duduk sejenak ditepi ranjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanny
Teen Fiction- Judul sebelumnya Quickly Passed - Kisah tentang dua orang lawan jenis yang menjalin suatu hubungan persahabatan. Menghabiskan waktu berdua, saling bertukar gombalan, dan perhatian satu sama lain membuat hidup mereka seakan saling bergantung. 10 ta...